Memiliki watak yang berbeda dengan saudaranya yang lain, membuat Erina sulit diatur. Bahkan ia tidak mengindahkan permintaan orang tuanya untuk segera menikah. Ia lebih memilih tinggal di luar negeri dan sibuk dengan karirnya. Hingga pada suatu saat, ia tidak menyangka bisa berjumpa dengan seseorang yang dapat menaklukkan hatinya. Pertemuan mereka yang tidak disengaja mampu merubah kehidupan Erina. Meski awalnya ia tidak tertarik namun akhirnya ia yang tidak bisa menjauh darinya.
Laki-laki tersebut adalah seseorang yang juga sedang sibuk dengan dunianya sendiri. Namun setelah bertemu dengan Erina, ia mulai merubah pandangannya terhadap seorang wanita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Milikku adalah milikmu
"Kenapa tidak membangunkan aku?"
Suara Rasyad mengejutkan Erina yang baru saja selesai berdzikir.
"Hem, kamunya susah dibangunin."
"Oh ya, masa' sih?"
Erina tidak tahu jika semalam suaminya harus mandi dan susah untuk tidur kembali. Ditambah lagi Rasyad harus menahan hasratnya.
"Iya, sudah aku ulang berkali-kali juga."
"Coba praktekin gimana cara banguninnya tadi?"
"Dih, ngapain. Udah cepat bangun, shalat."
"Sama suami kok jutek banget, dosa lho. Aku yakin kamu lebih ngerti itu."
Erina baru menyadari ucapannya yang ternyata masih nge-gas.
"Ehem... baiklah, aku ulang. Suamiku, bangunlah. Sudah waktunya shalat Shubuh." Ujar Erina dengan mendayu-dayu dengan lagaknya yang sok manis.
Hal tersebut sontak membuat Rasyad tergelak.
"Kok ketawa sih."
Rasyad tudak menjawabnya lagi. Ia pergi ke kamar mandi untuk mandi dan berwudhu'. Setelah itu ia shalat.
Sedangkan Erina, sedang mengaji surat Al-Waqi'ah dari Al-Qur'an digital di handphone nya dengan suara yang amat pelan.
Setelah selesai shalat dan berdo'a Rasyad kembali membuka bajunya dan menyisakan singlet. Saat ini Erina sedang duduk di ujung tempat tidur.
"Ish kebiasaan." Ujar Erina sambil menutup matanya.
"Ehem, kenapa? Ini belum dibuka semua lho."
"Apaan sih kak."
"Ganti nggak panggilannya! Sekarang kita suami istri, jangan panggil aku kak lagi!"
Erina terdiam memikirkan sesuatu.
"Hei, malah bengong!"
Rasyad menyentil hidung istrinya.
"Au, sakit tahu! Belum apa-apa udah KDRT."
Sontak Rasyad langsung mengusap hidung Erina.
"Maaf-maaf, tadi cuma bercanda."
Dag dig dug
Baru dipegang hidungnya, darah Erina sudah mendidih. Sentuhan sederhana yang dilakukan oleh Rasyad membuatnya merinding disko.
Saat sadar, keduanya sama-sama salah tingkah.
"Aku mau tidur lagi, masih ngantuk." Ujar Rasyad, langsung naik ke tempat tidur di sebelah pojok tempat semalam Erina tidur.
"Ish, itu tempatku. Aku juga mau tidur."
"Tuker dulu."
"Nggak mau, aku lebih suka dekat tembok."
"Biar apa? Biar dengerin suara aneh semalam?"
"Ng-nggak lah. Ya, sudah aku tidur di sini. "
Rasyad mengulum senyum saat istrinya merajuk. Kali ini ia punya hobby baru, yaitu menggoda sang istri. Karena mengantuk, keduanya pun tidak butuh waktu lama untuk tertidur.
Dua jam berlalu.
Akhirnya Erina terbangun dari tidurnya. Ia melihat jam di handphonenya sudah jam 7. Pantas saja ia sudah merasa lapar. Ia menoleh ke samping kanan, ternyata suaminya masih tidur pulas.
"Suami.... Secepat itu engkau merubah statusku ya Allah. Huh... benar kata Bunda walau bagaimana pun statusku sudah berubah jadi aku harus belajar untuk menjadi istri yang baik." Batinnya.
Erina beranjak dari tempat tidur dan pergi ke kamar mandi untuk buang air kecil dan mencuci muka. Setelah itu ia duduk di kursi sambil menunggu suaminya bangun. Saat melihat batrei handphone-nya sudah tinggal 5%, Erina baru ingat jika ia tidak membawa changer.
"Mungkin dia bawa. Tapi nggak sopan kalau aku nggak izin orangnya kan."
15 menit kemudian, Rasyad belum bangun juga. Erina sudah bosan menunggu karena tidak ada yang bisa ia lakukan. Handphone nya sudah hampir sekarat. Karena sudah merasa lapar, ia pun memutuskan untuk membangunkan suaminya dan akan mengajaknya mencari sarapan karena di penginapan tersebut tidak disediakan makanan.
"Duh, gimana bangunin-nya ini. Tadi aja susah banget." Gumamnya.
Erina mendekat dan naik ke tempat tidur lalu membangunkan suaminya dengan menggoyang lengannya.
"Kak, bangun... bangun."
Rasyad berbalik ke kiri.
"Kak, bangun... aku sudah lapar. Ayo kita keluar cari makanan."
"hem..."
"Ayo..."
"Ayo apa?"
"Ayo keluar."
Erina menarik tangan Rasyad.
Tiba-tiba Rasyad menariknya kembali sehingga tubuh Erina terjatuh menimpa tubuh Rasyad.
"Aa..."
"Ssttt... jangan berisik. Nanti dikira kita ngapain."
Rasyad menutup mulut Erina dengan telapak tangannya. Pandangan keduanya bertemu. Wajah keduanya sangat dekat. Erina tertegun sejenak sebelum akhirnya ia sadar posisinya saat ini salah. Ia segera menggeser tubuhnya, namun Rasyad lebih dulu bertindak dan membalik posisi sehingga Erina berada di bawahnya.
Mata Erina berkedip berkali-kali seperti boneka. Nafas keduanya memburu.
"K-kamu mau ngapain, kak?"
Tangan Erina berusaha mending tubuh Rasyad.
"Sudah kubilang ganti panggilanmu.Aku suamimu, bukan kakakmu. Belajarlah dari hal kecil. Aku pun akan begitu."
"Ba-baiklah. Tapi kamu turun dulu."
Sebenarnya Rasyad masih ingin menggoda Erina, namun niatnya ia urungkan karena cacing dalam perut Erina bersenandung. Ternyata istrinya benar-benar lapar. Rasyad pun pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka. Sama dengan Erina, ia pun tidak mandi lagi.
"Ayo." Ajak Rasyad.
"Apa kamu bawa changer?"
"Iya bawa."
"Boleh pinjam?"
"Nggak boleh, harus sewa."
"Ish pelit. Sama istri sendiri gitu."
Rasyad menahan tawa mendengarkan. Secara tidak sengaja Erina sudah mengakuinya sebagai suami.
"Biarin, istriku aja pelit." Balas Rasyad.
"Kapan aku pelit?"
"Semalam, sekarang juga pelit. "
Erina memicingkan matanya seolah meminta penjelasan suaminya.
"Pelit apaan sih?"
"Istriku, bisakah kamu tersenyum di hadapan suamimu ini? Senyum saja, gampang kok."
"Oh ya Allah... jadi cuma itu yang menyebabkan aku disebut pelit."
"Ada lagi sih, tapi.... ah sudahlah! Ayo kita pergi cari sarapan. Ini changernya silahkan dipakai sesuka hati. Mulai sekarang milikku adalah milikmu." Ujar Rasyad seraya memberikan changer, lalu keluar duluan.
Mendengar ucapan suaminya, Erina mengulum senyum. Ternyata Suaminya itu tidak seburuk yang ia pikirkan. Erina pun memakai changer untuk mengisi saya handphone- nya.
Mereka keluar dari penginapan dengan berjalan kaki pergi ke pusat kuliner yang tidak jauh dari penginapan. Erina sudah terbiasa berjalan kaki sejak lima tahun yang lalu, jadi ia tidak pernah mengeluh. Rasyad pun demikian. Di sana menjual beberapa olahan roti untuk menu sarapan dan juga beberapa makanan dari negeri tetangga seperti kebab, baklava, dan beberapa makanan yang cukup terkenal lainnya.
Mereka memutuskan untuk membeli kebab dan roti yang disajikan dengan kentang, jagung dan kacang hijau. Mereka mencari bangku untuk duduk.
"Alhamdulillah, ada yang kosong. "
Erina memakan kebabnya. Sedangkan Rasyad memakan sandwich. "
"Enak? " Tanya Erina.
"Hem." Rasyad mengangguk.
"Cobalah! " Tiba-tiba Rasyad menyodorkan sandwich ke mulut Erina. Erina masih menutup mulut.
"Eh, maaf tidak usah. Pasti kamu jijik."
Saat a rasyad ingin menurunkan tangannya, justru Erina menahannya dengan tangannya.
"Nggak kok. Sini aku coba." Ujar Erina seraya tersenyum.
Senyum itu nampak manis sekali di mata, Rasyad.
Rasyad menyuapi Erina dengan tangannya.
"Hem... iya enak. "
Erina makan seperti anak kecil. Caosnya belepotan mengotori ujung bibirnya. Melihat hal itu, Rasyad mengeluarkan sapu tangan dari kantongnya. Tanpa permisi, ia mengusap ujung bibir istrinya.
"Pelan dong makannya. "
"Ahh... demi apa pun suamiku ternyata romantis."
Batin Erina.
Bersambung....
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Semoga kalian berdua segera saling membuka hati, apalagi kedua ortu kalian dah memaksa kalian untuk tinggal bersama ?? Hayo kita semua dah siap nungguin kalian berdua belah duren 🤣🤣🤣🤩🤩🤩🙏