Lyra hanyalah gadis biasa yang hidup pas-pasan. Namun takdir berkata lain ketika ia tiba-tiba terbangun di dunia baru dengan sebuah sistem ajaib!
Sistem itu memberinya misi harian, hadiah luar biasa, hingga kesempatan untuk mengubah hidupnya 180 derajat. Dari seorang pegawai rendahan yang sering dibully, Lyra kini perlahan membangun kerajaan bisnisnya sendiri dan menjadi salah satu wanita paling berpengaruh di dunia!
Namun perjalanan Lyra tak semudah yang ia bayangkan. Ia harus menghadapi musuh-musuh lama yang meremehkannya, rival bisnis yang licik, dan pria kaya yang ingin mengendalikan hidupnya.
Mampukah Lyra menunjukkan bahwa status dan kekuatan bukanlah hadiah, tapi hasil kerja keras dan keberanian?
Update setiap hari bisa satu episode atau dua episode
Ikuti perjalanan Lyra—dari gadis biasa, menjadi pewaris terkaya dan wanita yang ditakuti di dunia bisnis!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Madya_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18. Pengawal?
Pagi itu, Lyra membuka mata dengan semangat seperti biasa. Cahaya matahari yang menembus tirai tipis kamar villanya terasa hangat. Udara pagi di Starlight terasa segar, membuat Lyra menarik napas panjang sebelum bangkit dari tempat tidur.
(Ding, selamat pagi Lyra. Hadiah hari ini: 7 pengawal robot kelas premium dengan kemampuan setara Roy, 15% saham di perusahaan kosmetik internasional L’Orvelle, dan gelang pertahanan diri dengan sistem barrier otomatis.)
Mata Lyra melebar. “T-tunggu, tujuh pengawal?” Ia bahkan langsung terduduk, seolah tak percaya. “Zen, serius?”
(Ding, benar. Mereka akan setia padamu sepenuhnya, sama seperti Roy. Setiap pengawal memiliki keahlian spesialisasi tempur dan perlindungan berbeda.)
Tak lama, pintu kamarnya diketuk. Saat terbuka, berdirilah tujuh sosok humanoid berpenampilan elegan dan tampan, mirip manusia sungguhan namun dengan aura dingin yang profesional.
Roy berdiri di samping mereka dan memperkenalkan satu per satu.
“Ini Kai, ahli bela diri tangan kosong. Lalu Noah, spesialis senjata jarak dekat. Zane, sniper dan pengintai. Elias, hacker serta pakar teknologi. Raven, ahli strategi tempur. Lucian, spesialis medis. Dan yang terakhir, Arven, pengemudi dan pengawal jarak dekat terbaik.”
Mereka menundukkan kepala serempak, gerakan yang begitu sinkron hingga membuat Lyra terkesima.
“Kami akan selalu melindungimu, Nona Lyra,” ujar Kai, suaranya dalam dan mantap.
Lyra menghela napas lega. “Akhirnya… aku merasa lebih aman sekarang. Terima kasih kalian semua.”
Roy menambahkan, “Selain itu, gelang ini akan memunculkan barrier pelindung jika kamu dalam bahaya. Barrier ini dapat menahan serangan fisik dan senjata api selama beberapa menit.”
Lyra menerima gelang itu. Desainnya minimalis dan elegan, dengan permata kecil yang berpendar lembut. “Bagus sekali…,” gumamnya sambil mengenakannya di pergelangan tangan.
Tak lama, ponsel Lyra berdering. Nama Hera muncul di layar.
“Lyra! Malam ini ada acara penggalangan dana. Temanku yang jadi host, dan akan ada lelang barang antik. Kamu harus ikut!”
Lyra tersenyum kecil. “Baiklah. Aku ikut.”
...----------------...
Malam Penggalangan Dana
Ballroom hotel mewah itu dipenuhi cahaya lampu kristal yang memantul dari dinding berlapis emas. Gaun-gaun elegan dan setelan jas mahal memenuhi ruangan. Musik klasik mengalun pelan, memberi kesan megah namun tetap hangat.
Begitu Lyra memasuki ballroom, semua mata tertuju padanya. Gaun lengan panjang berwarna biru tua yang membalut tubuhnya memberi kesan anggun sekaligus misterius, sementara rambutnya ditata dengan rapi. Di belakangnya, tujuh pengawal robot berjalan dengan formasi yang rapi dan dingin.
Bisik-bisik mulai terdengar.
“Siapa dia? Cantik sekali… dan lihat pengawal-pengawal itu…”
“Sepertinya dia berasal dari keluarga kaya raya. Tapi kenapa aku belum pernah melihatnya sebelumnya?”
Hera menoleh dengan sedikit ragu. “Lyra, mereka…?”
Lyra tersenyum tipis. “Pengawal pribadiku. Setelah kejadian kemarin, aku tidak ingin lengah lagi.”
Hera mengangguk pelan, memahami alasan Lyra tanpa banyak bertanya.
Ketika acara lelang dimulai, Lyra duduk dengan tenang bersama Hera. Beberapa barang antik dan perhiasan mewah mulai dilelang. Lyra sesekali mengangkat paddle nomornya dengan santai.
“Barang antik dari abad ke-18, tawaran dibuka di angka 1 miliar!” seru pelelang.
“3 miliar,” ucap Lyra dengan suara tenang.
Kerumunan sontak berbisik. Angka yang keluar dari bibir Lyra terdengar begitu ringan, seakan uang bukan masalah baginya.
Barang demi barang dilelang, dan Lyra terus mengangkat paddle tanpa ragu. Total 10 miliar dihabiskan untuk beberapa perhiasan antik dan barang berharga lainnya. Tatapan kagum sekaligus iri mulai bermunculan.
“Dia… siapa sebenarnya?” bisik seseorang.
“Pasti pewaris keluarga kaya yang sengaja disembunyikan…”
Dari kejauhan, keluarga Kandiswara memperhatikan Lyra dengan mata penuh kebencian—kecuali ayah Lyra yang justru tersenyum licik ia mulai memikirkan untuk memanfaatkan situasi ini untuk keuntungannya. Ia mulai mendekati beberapa tamu dan berkata lantang, “Itu anak saya, Lyra. Kami sangat dekat.”
Lyra mendengar kata-kata itu, langkahnya melambat. Tatapannya meredup dingin.
Ia berjalan mendekat, senyumnya tipis namun mengandung ketajaman.
“Maaf, Tuan. Saya tidak mengenal Anda,” ucap Lyra datar. “Apalagi memiliki hubungan baik dengan Anda. Hubungan baik macam apa yang mengirim pembunuh untuk membunuhku?”
Ruangan menjadi sunyi. Ayah Lyra tercekat, wajahnya merah padam. “Kau… anak tak berbakti!”
Lyra menatapnya tajam. “Anda tidak berhak mengatakan itu. Anda tak pernah ada di hidupku, bahkan ketika aku kecil dan berjuang sendiri. Jadi jangan pernah mengaku-ngaku sebagai ayahku.”
Tanpa menunggu jawaban, Lyra berbalik meninggalkan tempat itu bersama Hera dan pengawalnya. Barang-barang hasil lelang akan dikirimkan ke villanya esok hari.
...----------------...
Di jalan
Dalam perjalanan pulang, suasana mobil terasa hening. Hera sesekali melirik Lyra yang duduk dengan wajah tenang.
Namun Zen memperingatkan, (Ding, Lyra. Ada mobil mencurigakan yang mengikuti dari belakang.)
Lyra melirik kaca spion. Matanya menyipit. “Kali ini… aku tidak akan panik.”
Kai, yang duduk di kursi depan, menoleh. “Nona Lyra, tetap tenang. Kami akan menanganinya.”
Mobil yang mengikuti mereka tiba-tiba melaju lebih cepat. Suara ban berdecit, udara malam yang tadinya tenang mendadak dipenuhi ketegangan.
“Ada senjata,” ujar Zane, matanya menyala merah mendeteksi ancaman.
Lyra hanya terkekeh pelan. “Ayo kita lihat… seberapa kuat mereka.”
Begitu mobil lawan menutup jarak, pengawal Lyra bergerak serempak. Arven yang menyetir memutar kemudi dengan presisi, membuat mobil Lyra melesat ke jalur yang lebih lebar. Kai dan Noah membuka pintu mobil saat kecepatan melambat sedikit, melompat keluar dengan gerakan mulus.
Dalam hitungan detik, suara dentuman terdengar—jeritan singkat, suara besi beradu, dan kemudian… senyap.
Lyra memperhatikan dari dalam mobil. Matanya sedikit membelalak melihat betapa mudahnya para pengawalnya melumpuhkan lawan.
“Sudah selesai, Nona,” ujar Kai melalui alat komunikasi.
Mobil melaju kembali dengan tenang. Lyra menghela napas panjang, menyandarkan kepalanya ke kursi. “Jadi begini rasanya… punya perlindungan yang bisa diandalkan.”
Roy yang duduk di kursi penumpang depan menoleh. “Kamu aman sekarang. Kami akan selalu menjagamu.”
...----------------...
Di villa
Sesampainya di villa, Lyra langsung mengganti pakaiannya dan menuju ruang tamu. Pear, si kucing putih, berlari kecil menghampirinya.
“Pear…” Lyra tersenyum, menggendongnya erat. “Untung kamu nggak lihat yang tadi.”
(Ding, kamu terlihat lebih kuat, Lyra. Lebih berani.) Zen berbicara lembut.
Lyra mengelus kepala Pear, matanya menerawang. “Mungkin… tapi aku harus begitu. Dunia ini nggak akan ramah pada orang yang terlalu baik.”
Malam itu, Lyra duduk di sofa bersama Pear di pangkuannya, dikelilingi para pengawal yang berdiri menjaga dengan tenang. Untuk pertama kalinya, ia merasa benar-benar aman—meski jauh di dalam hatinya, Lyra tahu badai yang lebih besar pasti akan datang.
Data diri
Nama: Lyra Kandiswara
Umur: 19 tahun
Tinggi Badan: 161+ cm
Penampilan: 82+ (semakin cantik)
IQ: 116+ (normal)
Ruang belajar sistem
Keterampilan: Mengemudi, membaca, berbahasa Inggris, memasak, berenang
Aset: Villa di Starlight, Villa di Pinggir Pantai, Restoran Luminare,Jalanan Kuliner, Hotel Mewah Imperial Grand, Mall Mewah Aurora Plaza, Gedung Perkantoran Imperial Tower, Rumah Sakit di Jakarta, 25% saham di perusahaan penerbangan Astra Wings, Saham 15% Haute Élégance, 15% saham di perusahaan kosmetik internasional L’Orvelle
Saldo: Rp.11.482.442.000.000