NovelToon NovelToon
Terjerat Cinta Wanita Bayaran

Terjerat Cinta Wanita Bayaran

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Nikahmuda / Cinta setelah menikah / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Evita Lin 168

Hanya demi uang, Celline rela menjual dirinya pada seorang CEO perusahaan besar yang bernama James Chandra. James hanya menginginkan seorang anak. Dia rela membayar seorang wanita untuk melahirkan seorang anak sebagai penerus untuknya.
Jika Celline dapat melahirkan seorang anak untuk James, maka Celline akan mendapatkan uang sebesar 1 milyar Rupiah dari James. Dan Celline bisa keluar dari rumah pamannya.
Semenjak orangtua Celline meninggal dunia akibat kecelakaan, Celline harus tinggal bersama dengan keluarga om-nya yang tidak pernah memperlakukan dirinya secara manusiawi. Mereka selalu saja menyiksa Celline baik secara fisik maupun psikis. Kalau Celline tidak mau menurut apa yang mereka katakan dan inginkan.
Bagaimakah kisah Celline bisa bertemu dengan James? Dan bagaimanakah cara Celline bisa keluar dari rumah om-nya itu? Apakah Celline bisa merubah sikap dingin James pria itu? Ikuti perjalanan hidup Celline yang penuh dengan lika-liku kehidupan!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evita Lin 168, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18

Telepon pun terputus. James segera mencari keberadaan Celline. Dia berjalan menuju kamar gadis itu.

“Celline…..! Celline…..!” Panggil James berulang kali, sehingga membuat Denny jadi terusik.

“Ada apa sih, kak? Celline lagi ada di dapur sama Bibi Siti. Tadi katanya dia mau kupas mangga.”

Tidak menghiraukan adiknya, James langsung berjalan menuju dapur.

“Celline…….”

“Iya, tuan.”

“Kamu ke sini sebentar. Ikut saya!”

James langsung meraih pergelangan tangan Celline dan membawanya ke kamar gadis itu.

“Cepat kemasi pakaianmu! Bawa beberapa saja.”

“Memangnya kita mau pergi kemana, tuan?”

“Sudah, kamu jangan banyak tanya! Ikuti saja apa yang saya perintahkan!”

“Tapi, pekerjaan saya bagaimana, tuan? Besok saya harus masuk kerja lagi.”

“Apa kamu lebih mementingkan pekerjaanmu itu, dibanding perintah saya?!”

“Tidak, tuan. Saya tidak berani. Perintah tuan lebih penting dari segalanya.”

“Makanya, ikuti saja perintah saya dan jangan banyak membantah!”

“Baik, tuan.”

“Aish….. Menyebalkan sekali dia itu!” Kata Celline dalam hati.

Setengah jam kemudian, Benny datang dengan dua buah tiket di tangannya. Denny merasa sangat penasaran, saat melihat James dan Celline membawa koper segala.

“Kakak, mau bawa Celline kemana?” Cegah Denny saat melihat Celline memasukkan koper ke dalam bagasi mobil.

“Kami ada urusan mendadak. Kamu jaga mansion.”

“Lho…. Lho….. Tidak bisa begitu, kak! Kalau kakak ada urusan di luar kota, kakak tinggalkan saja Celline di sini. Biar Celline jaga mansion sama Denny.”

Enak saja kami ini! Kalau Celline saya tinggal, bisa-bisa Celline kamu embat juga.” Gerutu James dalam hati.

“Sudah, jangan berisik! Kami ada urusan mendadak. Biar nanti Celline bisa bantu aku di sana.”

Sementara itu, mendengar jawaban James, Celline terlihat berpikir sejenak, mengapa dia dibawa kalau hanya untuk dijadikan asistennya. Terlihat dari wajah Celline mendadak jadi layu.

“Ayo Celline, cepat!” James memanggil Celline karena Celline terlihat diam terpaku.

“Tuan Denny, saya pergi dulu.”

Denny pun melambaikan tangannya, walau di hatinya sangat tidak iklas. Kakaknya itu benar-benar sangat keterlaluan sekali. Baru saja dia sangat senang bertemu dengan Celline yang menurutnya sangat berbeda dengan wanita lain. Tapi, malah dibawa kakaknya itu pergi. Denny pun jadi terlihat lesu tak bersemangat.

Mobil pun kini melaju, memecah angin dan debu jalanan. Mendahului mobil-mobil sebelumnya, karena takut mereka akan terjebak macet saat menuju bandara.

*****

Beberapa menit kemudian, Celline sudah duduk di kursi VIP dalam sebuah pesawat. Ini adalah pertama kalinya dia naik pesawat.

Sejujurnya di dalam hati Celline, dia sangat takut. Namun, rasa takut Celline jadi sirna saat melihat ada pria tampan duduk di sampingnya dengan tenang.

Sesekali Celline mencuri pandang ke arah pria tampan itu. Rasanya dia tidak percaya, kalau pria itu adalah suaminya. Bibirnya mengulas sebuah senyuman. Lamunannya membuat kedua pipinya menjadi merona sempurna.

Tak sebanding dengan perasaan di samping Celline, meskipun mata pria itu terpejam, namun pikirannya kemana-mana. Mengingat mantan kekasihnya sedang dalam kondisi sakit.

James jadi teringat, jangan-jangan mantan kekasihnya itu sengaja memutuskan hubungan dengannya hanya karena hal ini.

Beberapa waktu kemudian, pesawat yang mereka tumpangi sudah mendarat sempurna. Akhirnya Celline bisa bernapas dengan lega, untuk pendaratan pertamanya ini. Sepanjang perjalanan di bandara, Celline terus saja mengikuti langkah kaki James. Pria itu tak mau bertegur sapa dengannya. Hanya ada kebisuan saja. Karena James kini sedang dilanda galau yang sangat berat.

Setelah dijemput, mereka pun menuju hotel. Saat di meja resepsionis, James kembali jadi bingung. Apakah dia harus memesan satu atau dua kamar.

Sayangnya, ternyata kamar di hotel itu hanya tersisa satu kamar saja. Karena hari ini hari weekend banyak hotel yang penuh di tempat itu.

“Ayo cepat, Celline!” Ajak James dengan nada datar.

Saat ini dia tidak fokus lagi pada rencana membuat anak. Bagi dirinya mencari mantan kekasihnya jauh lebih penting dari apa pun sekarang.

“Di sini, tuan?”

“Iya. Hanya ada satu kamar yang kosong. Sekarang kamu istirahat saja di sini. Saya mau keluar dulu.”

“Tuan mau kemana?” Karena Celline sedikit takut berada di tempat asing seorang diri. Tiba-tiba saja Celline jadi berani banyak bertanya pada James.

“Bukan urusanmu!”

Jlep……..

Seketika hati Celline terasa sangat sakit. Setelah itu Celline jadi diam dan tidak berani bicara banyak lagi. James pun sudah pergi meninggalkan dirinya sendiri di kamar hotel.

*****

Sudah lima jam lebih Celline menunggu James di kamar hotel. Pria itu meninggalkan gadis itu sendiri di dalam kamar hotel.

Lagi-lagi penyakit lambungnya kambuh. Sore itu, Celline merasa sangat lapar. Entah lupa atau bagaimana, James tidak memesankan makan siang untuk Celline.

Sekarang perut Celline terasa perih karena kosong belum diisi. Sampai akhirnya Celline memutuskan untuk keluar kamar mencari makanan untuk mengganjal perutnya.

Tadi James sudah memberikan kartu access kamar pada Celline. Jadi, Celline bisa keluar masuk tanpa menunggu pria itu pulang.

Beberapa waktu yang lalu, James ada memberi uang pada Celline. Dan Celline memutuskan untuk mencari tempat makan di sekitar hotel.

Saat masuk ke dalam lift, kepalanya celingukan. “Hotel ini sepi sekali. Seperti kuburan saja!” Gerutu Celline sambil memencet tombol di dalam lift.

Begitu sampai di lantai dasar, Celline kembali melihat sekelilingnya. “Mau cari makan, dimana ya?” Celline bicara pada dirinya sendiri.

Setelah keluar dari dalam hotel, Celline berjalan memilih jalan agak jauh dari hotel. Di ujung jalan sana, ada sebuah kafe. Kemudian Celline memutuskan untuk makan di kafe itu.

Gadis itu berjalan dengan santai di trotoar menuju kafe yang sudah terlihat tempatnya. Sampai seseorang menyenggol tubuhnya.

“Hati-hati kalau jalan, mas!” Celline mengusap tangannya. Hampir saja dia terjatuh.

“Maaf, mbak.”

Celline pun meneruskan jalannya. Tanpa dia sadari, dompet yang ada di dalam tasanya, ternyata sudah diambil pria yang menabraknya tadi.

Celline yang tidak tahu apa-apa, tetap saja berjalan santai menuju arah kafe. Di dalam kafé, Celline memesan makanan dan minuman.

Beberapa saat kemudian, Celline berniat pergi meninggalkan kafe. Kini perutnya sudah kenyang, namun saat dia hendak bayar, Celline terkejut.

“Kemana dompetku?” Celline memeriksa isi tasnya sekali lagi. Handphonenya pun tidak ada.

“Kemana barang-barang yang ada di dalam tas ini?” Celline terus mencari.

Sampai seorang pelayan datang dan membawakan bill. “Haduh…. Bagaimana ini, mbak? Sepertinya saya kecopetan.”

Seketika Celline teringat saat ditabrak oleh orang asing tadi, sebelum dirinya ke kafe ini. Seketika itu juga wajah pelayan kafe yang tadinya ramah dan murah senyum, kini berubah menatap Celline dengan tatapan sinis.

“Itu alasan saja, mbak!” Kata pelayan itu dalam hati.

Karena Celline tidak ada uang untuk bayar makanan yang sudah dia pesan, maka pelayan tadi menyuruh Celline untuk ke dapur.

“Kamu cuci semua piring kotor ini! Kamu boleh pulang kalau sudah jam Sembilan malam.” Perintah kepala pelayan kafe itu.

Tak ada uang, handphone pun juga raib. Akhirnya Celline terpaksa melakukan pekerjaan itu sebagai ganti makanan yang tadi dia makan.

*****

Tak terasa, sekarang jam sudah menunjukkan pukul Sembilan malam.

“Mbak, apa saya sudah diizinkan pulang?” Celline bertanya dengan penuh hati-hati.

“Hm….. Lain kali, kalau kamu mau makan enak, harus kerja. Jangan menipu seperti itu lagi!” Cibir wanita itu.

Celline hanya diam saja dan tidak menjawab ucapan wanita itu.Dia menerima semua hinaan yang ditujukan pada dirinya. Dengan langkah gontai, Celline meninggalkan kafe itu.

Hari sudah larut malam, saat Celline kembali ke hotel. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam. Pasti James akan marah pada dirinya lagi. Celline jadi bertambah lesu saat mengingat hal itu.

Bersambung………

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!