Kisah tragis harus dialami oleh wanita bernama Bilqis Adara Alkyara Putri, disaat usianya yang masih berusia 20 tahun ia harus menerima kenyataan pahit, hidupnya hancur akibat ulah kekasih dan Sandra Oktaviani, wanita yang sudah ia anggap sudah seperti saudara kandungnya sendiri.
Mengandung darah daging dari Lelaki bernama Rahendra Wijaya, tapi nasib malang menghampiri wanita itu sadar sang kekasih tak mau mempertanggung jawabkan perbuatannya, dibenci bahkan tak dipedulikan keluarga akhirnya wanita itu memilih pergi meninggalkan kota dimana ia dilahirkan.
Memutuskan menetap dan memulai kehidupan baru di kota ( J ) siapa sangka ia dipertemukan dengan sesosok nenek yang sangat baik sudah menganggapnya seperti cucu kandungnya sendiri.
Tak hanya bertemu nenek, ia juga bertemu Elgar Kenanndra Putra, lelaki menyebalkan yang siapa sangka ia cucu kandung dari nenek tersebut.
Akankah cinta Adara akan berlabuh pada Elgar, ataukah malah bersatu kembali dengan Hendra?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Fatimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24 [ Siapa sangka ]
"Kau gila?"
Elgar tak bisa menstabilkan ekpresi wajahnya yang kini berubah ikut menajam setelah mendapatkan tamparan tak terduga dari Adara.
"Pak! Saya bukanlah wanita sekotor itu yang bisa anda perintahkan sesuka hati anda! Biarpun aku mengandung tanpa jelas siapa Ayah dari anak ini, aku bukanlah wanita sekotor itu yang membiarkan seorang Pria bejat menikmati tubuhku, anda paham!"
"Hah!"
Iya! Hanya satu kata itu yang bisa Elgar balas setelah mendengar ocehan wanita dihadapannya yang tiada henti.
Terlihat nafas Adara masih naik turun setelah melayangkan semua kata-kata yang ia pendam.
"Heh! Anda pikir aku bakal mau menikmati tubuh anda yang sudah dicicipi oleh Pria lain? Asal anda tau maksud kata-kataku aku lapar itu aku lapar sungguhan bukanlah lapar seperti yang ada di ot4k kamu! Kau paham!"
"Tunggu! Maksudnya?"
"Sekarang sudah menunjukkan pukul 09:00 waktu biasanya aku sarapan pagi. Anda sebagai Sekretaris! Aku kasih tau dan buka telingamu secara lebar-lebar sekarang waktunya untukku untuk sarapan! Ketimbang otakmu geser berfikir yang tidak-tidak lebih baik anda pergi dan carikan saya sarapan, anda tidak budek kan? Cepat pergi!"
Adara seperti kehabisan kata-kata setelah mendengar penjelasan yang akhirnya bisa ia cerna. Tak bisa berkata lagi bahkan untuk menatapnya saja ia sudah tak mampu.
Ia akhirnya memutuskan untuk keluar rasa malunya tak bisa terbendung, ia pun bingung gimana caranya menyembunyikan rasa malu terbesarnya ini.
"Gila! Kau sungguh sangat gila bisa-bisanya otak kamu berfikir sampai sejauh itu Adara? Dimana otak kamu Adara ...dimana?"
Ia ngoceh dengan sendirinya sampai beberapa karyawan pada memperhatikannya menyadarinya Adara bergegas pergi.
Menghampiri meja kerja yang ditempati Fero, wajah Adara yang masih memerah mengalihkan fokus lelaki itu.
"Ada apa? Apa Tuan Elgar mengerjai kamu?"
"Aku mau tanya apa benar jam 09:00 Tuan Elgar waktunya untuk sarapan?"
"Iya! Memang jam segini biasanya ia baru akan sarapan, kenapa?"tanya balik Fero yang tak memahami maksud Adara.
"Tidak! Terus biasanya dia sarapan apa?"
"Belikan saja dia nasi goreng didepan sana, pesankan yang jangan pedas."
"Baiklah sekali lagi terima kasih, ya sudah saya permisi."
"Baiklah."
Perginya Adara, Fero masih menatap punggung Adara yang mulai hilang dari pandangannya, ia pula masih tak memahami keanehan yang terjadi pada Adara.
"Apa yang terjadi dengannya apakah Tuan sungguh melakukan sesuatu padanya? Aku kasih tau Nyonya dan Tuan Bram apa tidak ya?"
Sambil menggaruk kepalanya Fero masih bimbang antara memberitahu atau tidak.
Fero lalu bangkit menyadari ada sesuatu yang ingin ia bicarakan dengan tuannya, seusai mengetuk dan dipersilahkan masuk langkahnya memasuki ruangan Tuannya.
Setibanya Fero melihat Elgar yang sedang mengigit ujung bolpoin itu sambil fokus pada pandangan yang seakan-akan sedang ada sesuatu yang Tuannya pikirkan.
Lamunan Elgar yang sedari tadi dipanggil olehnya tidak kunjung ada balasan, sesaat pria itu melemparkan kertas yang sudah ia rem4s-rem4s lalu ia lemparkan kearah Tuannya.
Terkejut Elgar spontan melirik kearah anak buahnya dengan wajah terkejutnya.
"Kenapa?"tanya Elgar.
"Harusnya saya yang tanya Tuan kenapa? Apa tuan ada masalah?"tanya Fero, Elgar yang mendengar ia hanya menggelengkan kepalanya.
"Sudahlah jangan berbohong! Saya kenal tuan bukan satu tahun atau dua tahun jadi cerita lah!"titahnya yang menyarankan.
"Apa dari tampang ku ini kelihatan kalau aku lelaki mesum?"
Fero seketika terbelalak, ia melebarkan matanya tak mengerti Tuannya akan memberikan pertanyaan seperti ini padanya.
"Maksudnya?"
"Sudah janganlah dibahas!"
Elgar mengalihkan pembicaraan, tapi tak bisa dibohongi keanehan kini ikut terjadi pada diri Elgar.
BERSAMBUNG.
lanjut thor