NovelToon NovelToon
Pemain 999

Pemain 999

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Horror Thriller-Horror / TKP / Romansa / Trauma masa lalu / Permainan Kematian
Popularitas:533
Nilai: 5
Nama Author: Halo Haiyo

Marina Yuana Tia, dia menyelesaikan permainan mematikan, dan keluar sendiri dalam waktu sepuluh tahun, tetapi di dunia nyata hanya berlangsung dua minggu saja.

Marina sangat dendam dan dia harus menguak bagaimana dan siapa yang membuat permainan mematikan itu, dia harus memegang teguh janji dia dengan teman-temannya dulu yang sudah mati, tapi tak diingat keluarga mereka.

Apakah Marina bisa? Atau...

ayo baca guys

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Halo Haiyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18. Bertemu teman baru

Bab 18

"Terimakasih... Pak... Eh, Mas..."

"Terserah Nona mau panggil saya apa." Ucap pengawas, dia telah mengantar Aileen sampai ke kamar mandi, dan menunggu sampai selesai.

Kini perasaan gadis itu jauh lebih lega, dia menunduk wajah menahan rona merah di pipinya."Eung, apa aku harus kembali ke tempat tadi Pak?"

"Iya silakan Nona,"

Tapi saat Aileen mau jalan, dia dihadang oleh pengawas. Dia dibuat terpojok di tembok, dagu gadis itu terangkat. Kedua pupil matanya bertemu dengan pandangan gelap milik pengawas.

"Pa...Pak..."

"Ah bukan apa-apa Nona,"

Aileen kebingungan sendiri, kenapa pria didepannya melakukan hal seperti itu padanya? Bahkan mata mereka tadi sempat bertemu. Tapi gadis itu malu-malu, dia menyembunyikan kedua tangan kurusnya dalam-dalam.

"Ma...maaf Pak... Saya harus kembali,"

"Oh, silakan..."

Aileen segera belok kiri, tapi pengawas cepat menegurnya."Belok kanan Nona,"

"Ah...oh maaf!" Kata gadis itu, terkejut sendiri. Dia segera mengangguk cepat, berlari ke arah lawan yang benar. Pengawas itu diam-diam mengelap bibir dengan lidah, dia mengecap itu dengan jempol.

"Dirimu, mengingatkanku pada seseorang,"

.

.

.

Saat Aileen bertabrakan dengan seseorang, ia terpental jatuh mundur.

"Akh!" Dia terjatuh, memegang kepala sendiri. Saat membuka mata, ada tangan seorang laki-laki berseragam sama jas biru dongker sepertinya. Mereka satu sekolah.

"Maaf aku tidak sengaja, kamu gak apa?"

Aileen melihat tangan yang dijulurkan padanya, dia berdiri membersihkan roknya sendiri.

"Ah iya, terimakasih." Jawab gadis itu sopan, lalu menunduk.

Lelaki itu tersenyum kecil,"sepertinya kita satu sekolah ya? Kamu kelas berapa?"

"A...aku kelas 10..."

"Oh, jadi aku kakak kelasmu. Salam kenal ya!"

Gluk... gadis itu langsung meneguk ludah, rasanya tak bisa berkata-kata. Di saat orang lain menjauhi nya tanpa alasan, ada sosok laki-laki yang tidak menjauhinya.

"Namaku William, panggil saja Will."

"Kamu?"

"A...aku... Aileen bisa dipanggil Ai..."

"Ai ya? Seperti cinta dalam bahasa jepang,"

"Jepang?"

"Oh... negara yang-"

Tingg... suara mic yang nyaring, membuat mereka semua saling menatap ada juga yang berhenti makan."Waktu makan kalian 1 setengah jam, jadi gunakan waktu sebaik mungkin,"

William melihat wajah Aileen yang sangat rusuh, tangannya tanpa sadar membersihkan debu kotor menempel diwajahnya.

"Ini, kotor,"

Gadis itu terkejut, dia membersihkan dengan punggung tangannya."Oh, maaf, aku lupa membersihkan di toilet tadi..."

"Kamu habis ke toilet?" Tanya William.

Gadis itu mengangguk, dia menggaruk tangannya saking gugup harus bicara didepan mata seorang laki-laki seumuran dengannya.

"Kamu sudah makan?"

"Apa? Apa ada makanan?"

"Em... Kamu belum ngambil?"

"Memang dimana?"

"Di depan sana, Mow tadi sudah bilang pada kita,"

"Siapa Mow?"

"Ah maaf, akhir-akhir ini pendengaranku buruk sekali, aku tak bisa mendengar dengan baik,"

"Oh begitu, kalau begitu ini ambil saja bekalku."

"Makanlah disana, tunggu aku ya?"

"Oh.... Eung..." Angguk Ai, melihat kebaikan hati Will dia menerima bekal kotak makan ditangannya dan hanya bisa menunggu.

'Dia baik padaku, '

Beberapa orang dibelakang iri melihat kedekatan mereka, apalagi yang tadi menutup hidung karena bau tak sedap gadis itu.

"Lihatlah mereka,"

"Sangat dekat, sampai mata ku perih melihatnya."

"Ya kan mereka satu sekolah, golongan seperti mereka pasti menyatu seperti kita,"

"Aish, tapi... Ada yang aneh bukan sih? Laki-laki itu, kenapa dia ga ngerasa bau atau jijik sama sekali ya?"

"Em... Iya benar juga katamu, apa itu termasuk aneh?"

"Bukan aneh lagi, mereka adalah pasangan gila dan konyol, hahahaha!"

Aileen mencari tempat kosong, dia melihat ujung tembok disana. Dia duduk sendirian menunggu, Will datang membawa satu kotak makan lagi, lelaki itu duduk disampingnya.

"Huh~ sebenarnya aku takut, kalau tidak ada orang yang ku kenal bagaimana? Aku sangat takut,"

"Kalau kamu?" Tanya Will padanya.

Ai yang ditatap memanas sendiri, ia adalah tipe gadis yang tak bisa ditatap lama-lama. Ia mengangguk malu-malu,"aku juga,"

"Kamu juga? Ya kan, kita sama. Aku bingung apa misi yang akan mereka berikan setelah ini, aku merasa tak bisa," Kata Will, dia tiba-tiba menyandarkan kepala ke gadis disampingnya.

Aileen tak percaya, ada kepala seorang laki-laki dipundaknya. Dia senyum-senyum tak jelas.

Ia alihkan itu untuk membuka kotak makan bekal,"ini sosis gurita kesukaanku, mama selalu masakin buatku,"

"Oh, aku tak suka. Ini buat kamu saja,"

"Bu...buatku?" Tanya Ai, dia tersenyum tak henti, dia mendapat dua sosis di kotak bekalnya, sungguh senang sekali.

"Te...terimakasih..."

"Tak apa," Ucap Will, dia menaruh tangan di atas kepala gadis itu, mengelusnya pelan. Ai makin melebarkan senyum.

.

.

.

Setelah semua pemain selesai makan, mereka perlahan berkumpul. Mow tidur sambil melayang-layang.

"Kukkkhhh~gukkhhh~" Suara dengkuran Mow sampai ke telinga pemain."Hei! Hei Mow!"

"Mow bangun! Kami sudah siap!!"

"Mow!!"

"Jangan panggil gitu, liat cara ku."

"Pi sapi!!!"

"Hah! SIAPA YANG PANGGIL AKU SAPI! DILARANG PANGGIL..."

"Eh para pemain-pemain yang aku cintai, kalian semua sudah kenyang? Aku lama menunggu kalian makan tak selesai-selesai, tapi kalian memasang wajah siap bermain, itu artinya tak perlu istirahat setelah makan kan?"

"Haish untuk apa! Cepatlah! Tak perlu lama-lama!"

Mow tersenyum, dia mulai mendekat ke arah kepala pemain. Di ujung kiri belakang sana, Gevan dan Bu Siska saling bersandingan.

Bu Siska terus berbisik di samping muridnya."Gamenya mudah atau susah ya nak..."

Gevan menahan amarah, tapi dia ingat dengan hal yang paling penting. Yang sering diucapkan Marina padanya.

'Hitam adalah lawan terkuat, merah ada ditengah kesusahan, sedangkan tak masalah dengan warna lain, '

'Kalau itu pasti tetap ada. '

"Saya juga tidak tau bu,"

'Kenapa tidak nanti saja tanyanya? Dasar guru beban. '

Ai bersama Will ikut menatap ke depan, Will melihat Ai akan jatuh. Untungnya segera dia tangkap,"kamu tak apa?"

"Kepalaku... Pusing..."

"Aku, pendengaranku semakin buruk kak Will, maafkan aku... Aku merepotkan, aku harus membuatmu mendengar semua ini lalu membantuku,"

Will membantu gadis itu berdiri, dia genggam tangannya."Tak apa, repotkan saja aku. Aku tambah senang,"

Aileen tersenyum.

.

.

.

Mereka melihat layar yang terpampang di depan mereka, di atas kepala mereka ada layar biru yang hanya bisa dilihat masing-masing pemain.

Gevan melihat data dirinya sendiri, kekuatan: 5 kecerdasan: 20 misi terpecahkan: 0. Dia menggenggam tangan erat, seolah dia baru saja diremehkan.

Mereka semua disana memiliki keunggulan yang berbeda-beda. Aileen terus memompa dada melihat layar biru miliknya, begitupun sama halnya dengan William.

Mow mengeratkan sabuk yang menjadi pengikat celana merahnya.

'Kalau begitu kita mulai saja permainan kita ini, '

Bersambung...

1
Fanchom
silakan komen atau report kalau ada salah kata penulisan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!