NovelToon NovelToon
Kutukan Seraphyne

Kutukan Seraphyne

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Cintapertama / Reinkarnasi / Iblis / Fantasi Wanita / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:677
Nilai: 5
Nama Author: Iasna

Dua abad lalu, Seraphyne membuat satu permintaan pada Batu Api yaitu menyelamatkan orang yang ia cintai. Permintaan itu dikabulkan dengan bayaran tak terduga—keabadian yang terikat pada kutukan dan darah.

Kini, Seraphyne hidup di balik kabut pegunungan, tersembunyi dari dunia yang terus berubah. Ia menyaksikan kerajaan runtuh, kekasih yang tak lagi mengenalnya, dan sejarah yang melupakannya. Batu itu masih bersinar merah dalam genggamannya, membisikkan harapan kepada siapa pun yang cukup putus asa untuk mencarinya.

Kerajaan-kerajaan jatuh demi kekuatan Batu Api. Para bangsawan memohon, mencuri, membunuh demi satu keinginan.
Namun tak satu pun dari mereka siap membayar harga sebenarnya. Seraphyne tak ingin menjadi dewi. Tapi dunia telah menjadikannya iblis.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Iasna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17: Perasaan Saat Itu

Di tengah kabut tipis yang menggantung abadi di antara punggungan pegunungan, berdirilah sebuah rumah megah berarsitektur klasik yang tampak seperti potongan dari masa lampau. Pilar-pilar tinggi menopang atap runcing berlapis batu abu-abu tua, sementara dinding-dindingnya dilapisi sulur tanaman liar yang tumbuh tak terkendali, seolah alam perlahan-lahan menelan kembali kejayaan yang pernah ada.

Jendela-jendelanya besar namun tertutup debu dan sarang laba-laba, memantulkan cahaya redup dari matahari senja yang malu-malu menyusup di sela awan. Pintu kayunya yang lebar masih berdiri kokoh, namun engselnya berkarat dan mengeluarkan derit tajam saat disentuh angin.

Di dalamnya, karpet merah kusam terbentang di lorong panjang yang lantainya mulai retak. Lampu gantung kristal berayun pelan di tengah aula utama, dengan sisa-sisa cahaya yang terperangkap dalam pecahan kristal kotor. Meja makan panjang masih tertata, namun piring-piring porselen tertutup lapisan debu tebal dan bunga kering di vas tengah telah lama gugur.

Meski ditinggalkan, rumah itu memancarkan aura agung yang belum benar-benar pudar. Setiap ruang menyimpan bisikan masa lalu—tentang tawa, derita, dan kutukan yang belum selesai.

Alvaren masuk ke rumah tersebut dengan hati yang berat. Bukan karena rumah itu menakutkan, tapi rumah itulah yang pernah dia dan Seraphyne janjikan dulu untuk tinggal bersama. Tapi tidak terjadi karena kematian yang memisahkan mereka.

Alvaren menatap meja kayu di tengah ruangan, diatasnya terdapat sebuah peti kecil. Itu adalah peti yang ditinggalkan Seraphyne.

Peti itu tak terbuat dari kayu biasa—ia terbuat dari fragmen ingatan, pecahan waktu yang membeku sejak malam Alvaren terbaring tak bernyawa di pelukan Seraphyne. Ketika tutupnya dibuka, bukan emas atau permata yang tampak, melainkan kabut hitam pekat yang berputar perlahan, seperti asap luka yang tak pernah benar-benar reda.

Di dalamnya, terlipat rapi sehelai kain merah tua—kain yang pernah membalut luka di dada Alvaren, kini mengering dan menghitam, namun masih menghangat seakan nyawanya tak benar-benar pergi. Di sudut peti, ada kelopak bunga magnolia yang telah membusuk, kenangan akan janji yang pernah mereka ukir di taman Everielle. Hancur, namun tetap harum.

Lalu ada botol kecil, retak, berisi air mata yang tak pernah sempat jatuh. Air mata Seraphyne. Ia menahannya saat seluruh istana bersujud palsu pada kematian sang raja, sementara sang pengkhianat berdiri dengan tangan berlumur darah di balik kata-kata manisnya. Setiap tetes air di botol itu membawa rasa marah, kecewa, dan cinta yang kehilangan tempat kembali.

"Seraphyne.." tangan Alvaren bergetar, hatinya sakit seolah tersayat pedang.

Dia merasa bersalah karena meninggalkan Seraphyne sendirian saat itu sampai akhirnya wanitanya bersimpuh di depan batu api purba untuk menukar nyawanya.

"Maafkan aku.. maaf, Seraphyne.." Alvaren sudah tidak sanggup menahan air matanya. Dia menangis sejadi-jadinya sambil menggenggam erat kain merah tua yang pernah membalut lukanya dulu.

Di dalam ingatan terakhirnya, Seraphyne menangis sambil memeluknya. Wanita itu berkata lirih.

"Suatu hari nanti aku akan membalaskan ketidakadilan yang kau rasakan, mereka akan membayarnya dengan nyawa. Mereka saat ini mungkin akan berpesta atas kematianmu, tapi aku akan memastikan mereka menderita suatu hari ini. Aku bersumpah atas nyawaku sendiri!"

Lalu dalam sejarah Seraphyne, beberapa bulan setelah kematian suaminya—dia membakar habis istana dengan batu api sampai menjadi abu. Tidak ada yang selamat, tidak ada yang sempat melarikan diri, mereka semua hilang—lenyap bagai tidak pernah ada. Dalam sejarahnya Seraphyne dikenal jahat karena mengabulkan permintaan orang yang dibayar dengan nyawa, ia digambarkan sebagai perenggut nyawa paling kejam.

Tapi yang tahu benar Seraphyne adalah Alvaren. Dalam sejarahnya dia dikenal kejam, tapi Alvaren tahu wanita itu rapuh dari dalam. Dan itu semua karena dirinya.

...****************...

Seraphyne membuka matanya perlahan. Bau obat-obatan menyeruak di hidungnya yang menandakan bahwa saat ini dia berada di balai pengobatan.

"Kau sudah sadar," Mareen meletakkan ramuan obat di atas meja, kemudian dia duduk di samping Seraphyne.

"Apa yang terjadi?" tanyanya yang membuat Mareen menghela napas.

"Kau sudah tidak sadarkan diri selama seminggu, Ephyra. Panglima tidak tenang dan bolak-balik ke balai pengobatan untuk memastikan keadaanmu."

Seraphyne memejamkan matanya sebentar. Dia baru ingat jika terakhir kali, sebelum tumbang—Alvaren yang membawanya.

"Panglima juga menghadap raja, meminta keringan untukmu. Sekarang, balai pengobatan hanya akan buka selama empat hari dalam seminggu, hanya dari pagi sampai sore." jelas Mareen dengan napas lega. "Panglima juga meminta penambahan tenaga kerja di balai pengobatan. Minggu depan kau diminta untuk menyeleksi orang-orang baru yang akan bekerja di bawah perintahmu," lanjutnya.

"Benarkah panglima meminta itu semua demi aku?" tanya Seraphyne yang membuat Mareen menganggukkan kepalanya.

"Ephyra, sebenarnya.." Mareen menggantung ucapannya. "Panglima sudah mengingat semuanya. Tapi sebelum panglima ingat, aku lebih dulu memberitahunya bahwa kau adalah Seraphyne. Maafkan aku.."

Belum sempat Seraphyne menjawab, terdengar langkah kaki berat yang masuk ke balai pengobatan. Itu adalah Alvaren. Mareen langsung meninggalkan mereka berdua, memberi celah untuk mereka melepas rindu yang sudah lama mereka tahan.

Mereka saling tatap, hening menyelimuti mereka. Lalu Alvaren duduk di samping Seraphyne dan menyentuh dahinya. "Syukurlah, panasmu sudah turun."

Seraphyne beranjak duduk, dibantu oleh Alvaren. "Kau.."

"Iya, aku mengingat semuanya, Seraphyne."

"Maafkan aku.."

Seraphyne menggenggam tangan Alvaren sambil menggelengkan kepalanya. "Kau tidak salah apa-apa, kau tidak perlu meminta maaf."

"Aku meninggalkanmu sendirian, Seraphyne. Dua ratus tahun kau sendirian, dikenal kejam oleh sejarah. Aku benar-benar meninggalkanmu sendirian, Seraphyne. Akulah yang tidak menepati janji, sementara kau menungguku."

"Kau juga korban dari kejamnya takdir ini, kau tidak bisa menyalahkan dirimu sendiri."

Alvaren menggelengkan kepalanya, matanya sudah berkaca-kaca. "Bahkan aku tidak mengenalimu, Seraphyne. Aku tidak mengenali orang yang telah mengorbankan segalanya untukku. Bahkan kau.. kau bersimpuh di batu api purba demi aku."

Seraphyne langsung memeluk Alvaren dengan erat. Mereka menangis bersama.

"Bahkan kau benar-benar membalas mereka, demi aku.." Alvaren sudah terisak, hatinya sesak setiap memikirkan Seraphyne sendirian tanpanya. "Maafkan aku, Seraphyne.."

"Dulu aku tidak pernah takut kehilangan apa-apa, Alvaren, bahkan aku tidak takut jika akan kehilangan nyawaku sendiri. Tapi sekarang aku mulai takut. Di masa ini semuanya kembali terulang, sejarah lama yang telah mati kembali berlanjut. Aku takut akan kehilanganmu sekali lagi." ucap Seraphyne yang membuat Alvaren langsung melepaskan pelukan mereka.

Alvaren menatap Seraphyne lekat sambil menyeka air mata di pipi Seraphyne. "Kali ini aku akan melindungimu dengan benar, aku tidak akan membiarkanmu sendirian lagi, Seraphyne. Aku bersumpah atas nyawaku, kita akan hidup bersama selamanya. Aku mencintaimu, Seraphyne."

Hati Seraphyne menghangat. "Aku juga mencintaimu.."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!