Siapa yang ingin hidup dalam kekurangan semuanya pasti mau hidup serba berkecukupan. Tapi itu takdir tak seorang pun tau hidup mereka akan seperti apa.
Ira seorang ibu rumah yang dulu berada diatas di hantam badai hingga terjatuh kebawah.
Mana dulu yang mengaku sebagai saudara? Tak satu pun ada yang peduli. Suaminya terpaksa jadi ojol untuk mencukupi kebutuhan hidup. Akankah hidup Ira berubah?Lantas bagaimana dengan keluarganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ima susanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Dua kakak lelaki Ita tinggal di kota lain. Abang tertuanya lebih menyayangi Mia dari pada dirinya. Hanya abang keduanya yang lebih sering membela dirinya.
Kedua abangnya terbilang sukses dengan usaha mereka. Walau mereka tidak pernah membantu Ira dan anak - anaknya Ira tetap menghormati mereka.
"Assalamualaikum, dek." sapa Haris yang kebetulan pulang lebih awal.
"Waalaikumsalam, udah pulan aja mas?" Ira mencium punggung tangan suaminya sebagai tanda anakmu seorang istri yang menghormati suaminya.
"Alhamdulillah, mas dapat borongan hari ini dek. Ini uangnya."Haris menyerahkan tiga lembar uang pecahan lima puluh ribu.
"Alhamdulillah." Ia mengucapkan syukur atas rezeki hari ini.
"Ini juga ada makanan buat makan malam kita bersama anak - anak." Haris juga menyerahkan empat bungsu nasi box ketangan istrinya.
"Alhamdulillah, rezeki hari ini ya, mas. Kalau boleh tau, tadi abang dapat borongan apa?" tanya Ira penasaran dari mana suaminya mendapatkan uang dan makanan.
"Tadi abang di tawarin customer untuk membantu mengangkut barang - barang ke rumah barunya yang tidak jauh dari rumah lamanya. Katanya kalau menyewa mobil mahal, lagian yang di pindahin hanya beberapa dus dan koper saja. Sementara perabot di biarkan di rumah lama karna anaknya yang akan menempati." cerita Haris.
"Baik ya orangnya, mas. Udah di kasih uang dikasih makanan juga."
"Iya, dek. Sebenarnya tadi di kasih dua ratus, lima puluh ribu mas beliin bensin dan top up." jelas Haris tadi lupa mengatakan pada istrinya.
"Kaya banget ya orangnya, bang?" tanya Ira penasaran.
"Banget dek, ruamh lamanya aja bagus, apalagi rumahnya yang baru lebih bagus lagi. Sudah seperti istana." kekeh Haris.
"Jarang orang kaya baik kaya gitu bang, biasanya orang kaya kalau liat orang miskin itu jijik."
"Ga semua orang kaya kaya gitu, dek. Buktinya bu haji tadi, baik banget orangnya. Oh iya abang sampai lupa tadi bu haji berpesan jika ada orang yang bisa mengajari cucunya ngaji ia minta mas bawa aja kerumahnya. Kamu ada kenalan guru ngaji ga?"
"Umur cucunya berapa tahun, mas?" tanya Ira.
"Seumuran Dhani kalau ga salah, bu haji maunya guru ngajinya perempuan karna cucunya juga perempuan."
"Kalau aku jadi guru ngajinya boleh ga, mas?" Ira mencoba menawarkan dirinya.
"Kamu sanggup tidak?" tanya Haris.
"Bismillah aja dulu, mas. Kalau memang rezeki insya Allah aku siap."
"Baiklah kalau gitu, nanti mas akan memberitahu Bu haji dulu. Jika bu hj setuju mas akan antar kamu kerumahnya." Haris tau jika istrinya termasuk pintar dalam membaca al quran. Walau berusia sudah kepala empat istrinya masih rutin ikut kelas tahsin untuk memperbaiki bacaannya. Istrinya juga sudah belajar juga jadi hafizah. Walau baru tiga jus yang ia hapal tapi itu sudah lebih baik.
Ira berharap agar bu hj menerima dirinya mengajar cucunya. Setidaknya ia mendapatkan penghasilan tambahan untuk membantu perekonomian keluarganya serta ia juga bisa berbagi ilmu yang sudah ia pelajari pada yang lain.
Malam itu mereka begitu menikmati makan malam yang begitu mewah. Sudah lama sekali mereka tidak memakan makana itu. Dulu sewaktu suaminya masih banyak uang makanan ini adalah makanan kesukaan anak - anak mereka.
Senyum bahagia terpancar dari wajah mereka. Dan tak lupa mereka memanjatkan syukur atas rezeki hari ini.
"Assalamualaikum kk, thor up lg ya.
Jangan lupa dukungannya berupa like dan komen serta vote yang banyak biar thor makin semangat menulis bab selanjutnya 😘😘🙏🙏🙏
nauzubillah mindalik