Wajib membaca novel sebelumnya "Suami pengganti (menikah dengan calon kakak ipar).
Karena Kejadian yang tak terduga membuat Rahma harus menerima kenyataan pahit di benci oleh calon suaminya sendiri.
Demi kesehatan sang ayah pria bernama Riko harus tetap menikahi seorang gadis yang di jodohkan oleh ayahnya, meski kenyataannya sehari sebelum pernikahan dirinya memergoki gadis itu di sebuah hotel bersama seorang pria yang tak lain adalah adik sepupunya sendiri.
Akankah Rahma mampu membuktikan kepada Riko jika dirinya tak seburuk pemikiran Riko?? akankah Rahma bisa membuktikan jika dirinya hanyalah korban fitnah keji seseorang???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hamil.
Riko duduk bersandar di kursi kebesarannya.
"Aku sangat merindukanmu Rahma." gumam Riko dengan posisi memejamkan kedua matanya.
Cukup lama Riko berada di posisi seperti itu, sampai dengan suara ketukan pintu dari luar membuatnya membuka mata.
"Ada apa??." tanyanya pada Kumala yang baru saja masuk.
"Apakah anda belum ingin pulang, tuan??."
Mendengar pertanyaan Kumala membuat Riko spontan menatap jarum jam yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Oh astaga." gumam Riko saat melihat ternyata jarum jam telah menunjukkan pukul lima sore.
"Pulanglah !!! Sebentar lagi aku juga akan segera pulang." titah Riko.
"Baik tuan, kalau begitu saya duluan." pamit Kumala sebelum meninggalkan ruang kerja Riko.
Terlalu fokus memikirkan sang istri, Riko sampai lupa jika waktu semakin sore.
*
Keesokan harinya.
Rahma memejamkan matanya menanti benda persegi panjang di genggamannya bekerja dengan akurat.
Perlahan ia membuka kedua matanya.
Deg.
Jantung Rahma berdetak tak menentu saat melihat benda persegi panjang di genggamannya menampilkan dua garis merah.
Rahma terpaku dengan pandangan terus tertuju pada benda persegi panjang di tangannya.
"Ra...Ra..." Setelah cukup lama tidak mendapatkan sahutan akhirnya Ratu memilih masuk saja ke kamar tamu yang kini di tempati Rahma.
Rencananya Rahma baru akan menempati rumah kontrakannya Minggu depan.
Tidak menemukan keberadaan Rahma di kamar, Ratu pun beranjak menuju kamar mandi yang pintunya tidak tertutup sempurna.
"Astaga Ra....apa yang terjadi??."
Ratu di buat panik ketika mendapatkan Rahma tengah terduduk di lantai kamar mandi dengan pandangan kosong serta sebuah benda pipih di tangannya.
Meskipun belum menikah, namun Ratu tahu betul kegunaan benda yang saat ini di berada di genggaman sahabatnya itu.
Dengan hati hati Ratu meraih benda itu dari tangan Rahma, setelah melihat dua buah garis merah pada benda tersebut tanpa banyak komentar Ratu membawa tubuh Rahma ke dalam pelukannya.
"Jangan takut, aku akan selalu ada bersamamu." meskipun tidak tahu pasti apa yang membuat sahabatnya itu sampai berada di posisi saat ini, namun sebagai sahabat Ratu tidak ingin Rahma merasa sendiri.
"Aku hamil....aku hamil...." hanya itu yang terlontar dari mulut Rahma saat Ratu membawanya ke dalam pelukannya.
Akhirnya hari ini Ratu mendapatkan jawaban atas perubahan sikap Rahma beberapa Minggu terakhir. seringkali makan di waktu tengah malam padahal awalnya Rahma paling tidak suka makan di tengah malam karena menurutnya bisa merusak kesehatan.
Makanan yang sebelumnya di sukai oleh Rahma, tiba tiba ia merasa enek saat baru saja mencium aromanya. Untungnya Rahma tidak sampai merasakan mual dan muntah sehingga hal itu tidak membuat aktivitasnya sampai terganggu.
"Hiks... hiks...hiks...." hanya tangisan yang menjadi luapan perasaan Rahma saat ini. perasaan yang kini bercampur aduk antara sedih dan juga bahagia. Bahagia karena dengan kehamilannya saat ini itu artinya sebentar lagi ia akan menjadi seorang ibu, namun juga perasaan sedih karena anaknya akan lahir tanpa kehadiran seorang ayah di sisinya.
"Sudah Ra...jangan menangis lagi, apa kamu tidak kasian pada bayimu." tidak tega melihat Rahma yang terus terisak akhirnya Ratu pun membawa bawa nama bayi di dalam kandungan Rahma.
Sadar dengan apa yang di katakan Ratu ada benarnya, tangis Rahma pun perlahan terhenti.
Ratu membawa tubuh Rahma menuju tempat tidur. Setelah membantu merebahkan tubuh Rahma di ranjang, Ratu menyelimuti tubuh Rahma hingga sebatas perut. "Istirahatlah!! Aku akan kembali lebih awal hari ini." beritahu Ratu.
Meskipun tidak tega rasanya harus meninggalkan Rahma dalam kondisi seperti ini namun Ratu juga tidak bisa meninggalkan pekerjaannya begitu saja. Untungnya hari ini Rahma sendiri jadwalnya sedang libur sehingga ia tidak perlu cemas tak berangkat kerja.
*
Sesuai dengan janjinya, Ratu pulang satu jam lebih awal dari biasanya. Ratu membawa sebungkus nasi Padang kesukaan Rahma akhir akhir ini.
Ratu meletakkan kantong plastik yang berisi sebungkus nasi Padang di atas nakas. "Sebentar aku ambil piring dulu di dapur." ucapnya sebelum kemudian beranjak.
Tak berselang lama, Ratu kembali dengan sebuah nampan yang berisi sebuah piring serta segelas air di tangannya.
"Makanlah!!! Aku tidak ingin keponakanku di dalam sini sampai kelaparan." ucapnya dengan tersenyum pada Rahma.
Dan Rahma pun menerimanya.
"Kenapa kau tidak bertanya kenapa sampai aku seperti ini???" tanya Rahma dengan kedua mata yang mulai berkaca-kaca.
"Aku bukan seorang ha_kim yang pantas mengadilimu, tetapi aku ini hanya seorang sahabat dan sebagai seorang sahabat aku hanya bisa menemani sahabatku dalam kondisi terburuk sekalipun. aku hanya ingin kau tahu Ra, aku sayang padamu jadi jangan pernah merasa kau sendirian, kita akan menghadapinya bersama sama."
"Dan bagiku tidak lah penting mengapa kau bisa sampai seperti ini, saat ini yang terpenting bagiku adalah bagaimana aku bisa memastikan kau dalam kondisi baik-baik saja sampai dengan melahirkan nanti." lanjut Ratu.
Rahma dibuat terharu mendengarnya.
"Thank you...Aku janji suatu saat nanti aku akan menceritakan semuanya padamu." kata Rahma, dan tanpa terasa air matanya jatuh membasahi pipi.
"Sudah, jangan menangis lagi, ayo di makan makanannya keburu dingin!!" pinta Ratu dan Rahma pun mulai menyuap sesendok nasi ke mulutnya.
"Besok aku akan menemanimu memeriksakan kandunganmu ke dokter." ucap Ratu ketika Rahma selesai makan, dan Rahma pun mengiyakannya dengan sebuah anggukan.
*
"Pah, apa akhir akhir ini papa tidak melihat sikap Aneh anak kita??." tanya Mama Rika pada suaminya.
"Aneh gimana maksud mama??." bukannya menjawab papa Abraham justru balik bertanya karena belum bisa menebak maksud ucapan istrinya.
Mama Rika memandang sekelilingnya memastikan keberadaan Riko.
"Gimana nggak aneh coba, seumur hidup baru tadi pagi Riko mau mencicipi gulai kambing masakan mama, mana lagi Riko makannya lahap banget pah." beritahu mama Rika tentang kejadian pagi tadi.
"Bagus dong mah, akhirnya putra ki_" jawaban papa Abraham terhenti begitu saja saat mama Rika lebih dulu menyela.
"Apa jangan-jangan Saat ini menantu kita sedang hamil ya pah, sampai sampai anak kita yang ngidam." tebakan mama Rika spontan membuat papa Abraham teringat kala sang istri tengah mengandung Riko puluhan tahun lalu.
Saat itu papa Abraham begitu menginginkan buah durian padahal buah tersebut merupakan buah yang paling tidak disukainya.
"Apa mungkin mah?? Jika dugaan mama benar, papa harus turun tangan sendiri untuk mencari keberadaan menantu kita mah." jawab papa Abraham yang mulai kembali kepikiran dengan kondisi menantunya jika dugaan sang istri benar adanya.
"Mama rasa juga sebaiknya begitu pah, bukannya tidak ingin menghargai keputusan besan pah, tapi mama hanya tidak mau sampai terjadi sesuatu pada calon cucu kita pah, kalau Rahma benar benar sedang mengandung sekarang ini." kini feeling mama Rika sebagai seorang ibu semakin membuatnya mencemaskan keadaan Rahma saat ini.