Seorang wanita mendatangi klinik bersalin di tengah malam buta. Wanita itu meringis menahan rasa sakit. Sepertinya dia ingin melahirkan.
Setelah mendapatkan pertolongan dari Bidan, kini wanita itu menunggu jalan lahir terbuka sempurna. Namun, siapa sangka ia akan di pertemukan oleh lelaki yang sengaja ia hindari selama ini.
"Lepas, Dok! Aku tidak butuh rasa kasihan darimu, tolong jangan pernah menyakiti hatiku lagi. Sekarang aku tak butuh pria pengecut sepertimu!" sentak wanita itu dengan mata memerah menahan agar air mata tak jatuh dihadapannya.
"Alia, aku mohon tolong maafkan aku," lirih lelaki yang berprofesi sebagai seorang Dokter di sebuah klinik bersalin tempat Alia melahirkan. Lelaki itu menatap dengan penuh harap. Namun, sepertinya hati wanita itu telah mati rasa sehingga tak terusik sedikitpun oleh kata-kata menghibanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Risnawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menikah
Setelah tiga hari berada di kediaman orangtuanya, kini Hanan kembali ke RS tempat Alia di rawat. Hanan dan Hendra mendapatkan izin oleh Prof Johan untuk mengurus masalah yang ada.
Hanan sengaja membawa Hendra untuk menjadi saksi pernikahannya. Dan rencananya ijab Kabul akan di laksanakan di RS. Meskipun banyak pro dan kontra mengenai niat baiknya untuk menikahi Alia dengan kondisi kejiwaannya sedang terguncang.
Namun, Hanan akan tetap dengan pendiriannya, niatnya baik, biarkan Tuhan yang akan menilainya sendiri. Hanan ingin merawat Alia saat sudah menjadi istrinya.
Hanan menemui Dokter yang menangani Alia untuk menanyakan tentang kejiwaan Alia selama tiga hari ini ia tinggalkan.
"Bagaimana perkembangannya, Dok?"
"Belum ada perkembangan, kami masih memberikan obat penenang untuk membuatnya tidur, karena setiap malam dia menangis dan bicara sendiri," jelas sang dokter.
Setelah mendapatkan penjelasan Dokter, Hanan segera menuju ruang rawat Alia. Terlihat gadis itu sedang menangis sembari menimang boneka yang ada dalam pelukannya.
Hanan menghela nafas pelan, perlahan ia mendekati Alia. "Hai, lagi ngapain?" tanyanya dengan lembut, dan tak lupa mengukir senyuman.
Alia membalas dengan tatapan datar. "Awas kamu Hanan!" Alia menolak tubuh Hanan agar menjauh. "Aku sedang menidurkan bayiku. Ini bayiku, bukan bayimu," ucapnya sembari mendekap boneka itu dengan erat.
Hanan menatap sedih, tangannya terulur mengusap kepala gadis itu dengan lembut. "Semoga kamu cepat sembuh, Dek," lirihnya dengan mata berkaca-kaca. Hatinya terasa sakit melihat keadaan gadis polos yang dulu begitu ceria dan selalu tersenyum pada siapapun. Tapi lihatlah sekarang, kini senyum itu telah hilang dan digantikan dengan air mata.
Hanan semakin tak kuasa menahan rasa bersalahnya. Karena kesalahan yang ia lakukan membuat hidup Alia hancur. Kini ia harus menyelamatkannya agar Alia kembali tersenyum seperti dulu lagi.
Bugh!
Seketika tangan Alia memukul dada Hanan dengan kuat. Tatapan gadis itu begitu tajam. Hanan tak menampik segala prilaku Alia, seandainya saja dengan menghajar tubuhnya bisa membuat Alia sembuh, sungguh dia sangat rela.
"Aku benci kamu Hanan! Aku benci! Kamu yang membuat bayiku pergi. Hiks..." Gadis itu meratap pilu sembari menguatkan pelukannya pada bonekanya.
"Alia, aku mohon maafkan aku, tapi aku tidak membuat bayi kita meninggal. Sadarlah Alia, bayi kita sudah tenang di dalam pelukan sang khalik," lirih Hanan sembari memeluk ibu dari anaknya.
Alia tak menyahut dan juga tak memberontak saat Hanan mendekapnya. Hanya isakan kecil keluar dari bibir tipisnya.
"Tenanglah Alia, ikhlaskan kepergian anak kita. Kamu harus sembuh," lirih Hanan di telinga gadis itu.
"Hahaha... Hanan bodoh, aku ini tidak sakit, kenapa minta aku sembuh?" racau wanita itu sembari mendorong tubuh Hanan agar melepaskan pelukannya.
Hanan menghela nafas pelan, ia mengusap sisa air mata di pipi Alia dengan lembut. Tak ada rasa marah ataupun tersinggung atas ucapannya.
"Kamu duduk disini ya, kamu mau makan sesuatu?" tanya Hanan dengan tatapan teduhnya.
Alia tak menyahut, ia hanya fokus dengan boneka yang dia anggap sebagai bayinya. Hanan meninggalkan Alia di ruangan itu. Ia segera menyiapkan segala sesuatunya untuk ijab Kabul yang akan di laksanakan di kamar rawat itu.
Kini penghulu dan saksi sudah ada didalam ruang rawat Alia. Salah satunya dari saksi adalah Hendra. Hanan hanya menggunakan pakaian sederhananya.
"Apakah anda benar-benar sudah siap untuk menikahi gadis ini? Bukankah Anda tahu bahwa akalnya tidak normal?" tanya penghulu memastikan sekali lagi.
"Insya Allah saya siap Pak," jawab Hanan dengan yakin.
"Baiklah, tapi ingat, jangan menzolimi, jika niat anda memang tulus untuk ibadah, dan merawatnya, semoga Allah berikan kemudahan segala niat baik anda," ucap Pak wali hakim memberi nasehat.
"Insya Allah, terimakasih Pak."
"Baiklah, mari kita mulai ijab Kabulnya."
Hanan duduk di hadapan penghulu dengan penuh keyakinan untuk menghalalkan Alia sebagai istrinya. Sekali sentak Hanan mengucapkan kalimat sakral dengan lancar.
"Bagaimana saksi?" tanya penghulu pada Hendra dan yang lainnya.
"Sah!"
"Sah!"
Kedua saksi mengucapkan kata 'sah' yang berarti kini Hanan dan Alia telah menjadi pasangan halal.
"Alhamdulillah...." Mereka bersama mengucapkan rasa syukur.
Hanan menatap Alia yang masih sibuk dengan boneka yang ada dalam timanganya.
"Alia, seperti apapun kondisi kamu sekarang, aku akan selalu menjagamu. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Semoga kamu segera sembuh, Dek," ucap Hanan dalam hati.
Setelah merampalkan Do'a, wali nikah itu segera pamit meninggalkan ruangan tempat Alia di rawat. Kini hanya tinggal Hanan dan Hendra disana.
"Apa rencana kamu sekarang, Han?" tanya Hendra sembari menatap Hanan dan Alia secara bergantian.
"Seperti rencanaku kemaren, yaitu membawa Alia pulang kerumah orangtuaku," jawab Hanan yakin.
"Apakah kamu yakin? Bagaimana dengan pengobatan Alia?" tanya Hendra sedikit ragu.
"Aku akan melanjutkan pengobatan di RS prof Johan. Dan aku akan minta kembali bertugas disana," jawab Hanan sudah memantapkan hatinya.
"Baiklah, mari kita urus kepulangan Alia."
Hanan meminta pada suster menyediakan segala sesuatunya untuk kepulangan Alia. Sementara itu Hendra menyelesaikan administrasinya.
Kini pasangan halal itu sudah berada di perjalanan menuju kediaman orangtua Hanan. Hendra menatap Alia yang duduk berdampingan dengan Hanan.
Seketika ia teringat oleh seorang wanita yang sudah hampir satu tahun tak ia temui. Ya, wanita itu adalah istrinya yang di jodohkan oleh kedua orangtuanya.
Hendra sangat mengerti bagaimana beratnya menerima jodoh yang tak ia cintai, maka dari itu ia mendukung keputusan Hanan saat menolak perjodohan kedua orangtuanya. Namun, kini ia tak menyangka bahwa sahabatnya itu harus menikahi Alia sigadis yang dulu ia kenal sebagai kurir pengantar pakaian di laundry.
"Semoga kamu cepat sembuh Alia," gumam Hendra dalam hati.
"Hanan, kita mau kemana? Apakah kamu mau membawa aku bertemu dengan bayiku?" tanya Alia dengan rengekkan manja.
"Alia, sini tatap aku." Hanan merangkum kedua pipi Alia agar bisa menatap matanya. "Alia, bayi kita sudah meninggal. Tolong kamu ikhlaskan, tolong jangan merusak hidupmu," ucap Hanan menatap dengan lembut.
Alia terdiam, ia menatap wajah Hanan dengan seksama. Kembali dua titik cairan bening menetes disudut matanya.
"Tidak! Bayiku belum meninggal Hanan. Aku benci padamu!"
BUGH! BUGH!
Alia memukuli Hanan menggunakan boneka yang ada di tangannya. "Dasar bodoh bodoh!" Tangan wanita itu masih menghajar Hanan sesuka hatinya.
"Pukul, Dek, pukul! Jangan berhenti memukulku jika itu bisa membuat hatimu puas, tapi, aku mohon tolong sembuhlah Alia, ingatlah kembali," lirih Hanan sembari meraih tangan Alia, lalu mengecupnya dengan lembut.
"Hendra menatap dengan sedih. Semoga kamu mampu melewati ujian ini Han. Aku akan selalu mendoakan yang terbaik," bisik hati pria itu sembari menatap dari cermin kecil yang ada di depan.
Bersambung..
NB. Mohon bantuan para raeder untuk memberikan bintang 5. Karena novel ini ratingnya turun karena ada pembaca yang tidak paham dengan memberikan bintang 4😭😭 aku benar-benar kecewa. Semangatku jadi kendor saat tahu novel ini ratingnya turun 🥺😢 tolong bantuannya buat raeder yang masih ingin novel ini berlanjut. Terimakasih sebelumnya saya ucapkan 🙏🙏
fix no debat