Tentang sebuah ruang yang ku sebut bahagia.
Sebuah kisah tentang persahabatan di sebuah GC di mana canda dan tawa di tuangkan dalam tulisan menjadi sebuah karya dan bisa di nikmati banyak orang.
Yang tanpa bertatap ataupun berjabat tapi saling bersahabat.
This is The Random Zodiak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Indri Diandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 18: Semua karena cinta.
Putra baru tiba di rumah Brandon. Ia berlari menuju kamar sang kaka, untuk memberi kabar baik.
"Kak, buka pintu nya, kak buka!" Ucap Putra dari balik pintu kamar Brandon.
Dua menit tiga menit tak ada jawaban dari sang kakak. Putra mengulang lagi panggilan."Kaka! Buka!" Teriak Putra.
Ceklek... Pintu pun terbuka. "Lo ngapain teriak-teriak kayak di hutan aja sih," keluh Putra.
"He... he... maaf. Aku pikir kakak, itu ngapain di kamar kok dari tadi ngga di bukain pintu," Putra menggaruk kepalanya yang tidak gatal karena merasa malu dengan sang kakak.
"Mau, ngapain? Ini udah malam lo," tanya Brandon. Ia menguap berkali-kali karena rasa kantuk nya.
"Ini tentang kak Ayako. Dia masih hidup kak, kata kakek tunggu satu minggu nanti dapat kabar di mana keberadaan kak Ayako," ucap Putra dengan senang.
"Yakin kakek bisa membantu?" tanya Brandon yang, sebenarnya dia sendiri ragu akan hal itu.
"Iya kak,"
"Semoga saja bisa, makasih ya," Brandon mengacak rambut adik sepupu nya. Karena dirinya anak tunggal Putra sudah di anggap adik kandung nya sendiri.
"Jangan gini kak ," protes Putra yang tidak suka kalau di perlakukan seperti anak kecil.
"Iya, ngga lagi," Brandon malah memeluk Putra dengan erat. Dia gemas melihat tingkah adik nya. Malah justru ia semakin menggoda nya.
"Kakak!" Putra berusaha melepas pelukan sang kakak.
"Iya," Brandon semakin menggoda adik nya.
"Lepas kak, nanti peluk kak Ayako aja. Mau nya sih gue di peluk Alisya, bukan di peluk kakak," celetuk Putra.
"Alisya? Cewek yang ketemu di cafe waktu itu? Kalian pacaran?" tanya Brandon.
Putra nyengir, ia malu harus menjawab apa. "Iya, dia belum pacar sih. Tapi gue udah lama suka sama dia."
"Oh, gitu. Gas aja lah, anak nya tapi cuek gitu ya. Mau gue kasih tips ngga?"
"Tips apa kak?"
"Kalau lo beneran sayang dan cinta sama dia, jaga baik-baik. Jangan mainin perasaan nya! Berilah dia perhatian, dari hal kecil misal nya selalu kirim pesan duluan. Balas pesan nya! Jangan abaikan dia! Gue dulu sama Ayako kurang perhatian, dia wanita yang baik dan sabar, bahkan saat pertama kali kita kencan. Dengan sabar dia menunggu selama satu jam. Gue udah takut kalau dia marah. Tapi, jawaban nya ngga apa-apa hanya satu jam padahal waktu itu dia terlihat kesal. Di situ gue yakin cinta Ayako tulus ke gue. Sekarang gantian gue nunggu dia. Terlalu banyak kenangan yang sulit untuk di hapus. Terlalu sakit saat tak bisa memeluk dia. Semua jadi satu dan kadang membuat ku sesak. " Brandon memberi nasihat pada Putra dan juga menceritakan kenangan nya dengan Ayako dulu.
Waktu itu terlalu berharga. Setiap jam, menit bahkan detik yang terlewat itu sangat bermakna. Jika ada seseorang yang sudah berada di sisi mu, jangan sia-sia kan dia. Jangan lah kau abaikan! Karena sesungguhnya suatu hubungan itu hancur tak hanya dari orang ketiga. Mungkin, kau sendiri penyebab semua nya retak.
Putra mengangguk paham. Betapa ia melihat pancaran ketulusan dari sang kakak dan begitu besar cinta nya untuk Ayako.
"Oh, iya lupa belum balas pesan dari Alisya," Putra menepuk jidat nya pelan.
"Udah, ya kak, mau ke kamar dulu. Lupa belum balas pesan Alisya," lanjut Putra. Ia segera berlari meninggal kan Brandon begitu saja.
"Dasar, dulu gue juga kayak gitu ya," Brandon tertawa melihat tingkah Putra.
...----------------...
Di rumah kakek Putra.
"Kek, kenapa tadi Putra ngga nginep aja di sini?" tanya sang nenek.
Pasangan yang sudah tidak muda lagi itu sedang duduk di atas ranjang berdua. Hal yang biasa mereka lakukan adalah mengobrol sebelum mereka tidur.
" Dia kasian Brandon di rumah sendiri. Tentang cucu mantu kita. Sepertinya tebakan kakek bener, dia lah dalang di balik semua ini. Karena selama hampir satu tahun kakek belum bisa menemukan nya. Dan tadi, Putra datang membawa kabar bahwa Ayako dalam bahaya. Petunjuk yang kakek dapat Ayako di negara Asia. Itu artinya kita masih bisa mengerahkan segala cara untuk menemukan nya. Tebakan kakek ada di Singapura, dan yang memberikan petunjuk adalah seseorang di masa lalu yang pernah kita tolong dulu. Menggunakan tarot, sebagai ramalan. Kakek tahu dan ahli tarot, tapi kakek tak paham terlalu dalam seperti Maria. Karena dia punya kemampuan lebih dari hanya sekedar meramal menggunakan media kartu. Selama ini kakek hanya mencari di Jepang dengan bantuan orang-orang kepercayaan kita. Pantas saja, tidak ketemu. Ternyata lawan kita bukan orang sembarangan dan kakek yakin dia lah orang nya. Musuh sesungguhnya bagi keluarga Wijaya.
"Maria? Dia kan perempuan yang dulu kita tolong saat kita di Jawa kan? Dia di Jakarta? Nenek ingat dulu dia menangis di pinggir jalan hanya ingin belajar tarot. Kedua orang tuanya tidak mengizinkan, kakek yang akhirnya membujuk orang tuanya dan kalian berdua belajar bersama." Nenek memastikan lagi siapa kah, perempuan yang di maksud sang suami adalah orang yang juga dia kenal.
" Iya, dia Maria. Sekarang di Jakarta dan suami nya adalah dosen Putra.
" Dan orang yang menculik cucu mantu kita, orang itu?" tanya nenek lagi.
"Iya, kakek sudah bilang pada Putra. Kalau bisa berdamai lebih bagus. Tapi, kalau harus perang, jangan sampai keluarga Wijaya kalah."
"Iya nenek paham kek,"
...----------------...
Putra beberapa kali mencoba menghubungi Alisya, tapi tak kunjung di jawab. Dia sudah mondar-mandir tak karuan karena takut Alisya marah. Kalau ini orang lain ia tak akan bingung seperti ini. Tapi, karena ini adalah orang yang dia cintai tentu saja ia takut.
"Duh, sial! Kenapa ngga di angkat sih! Repot ini kalau dia udah ngambek. Lagian napa gue lupa balas pesan dia sih," ucap Putra pada dirinya sendiri.
Keesokan harinya....
Alisya sengaja tidak membalas pesan dari Putra. Padahal begitu banyak pesan chat yang Putra kirim padanya. Tapi, karena ia merasa di abaikan tak ada satupun yang ia balas. Gantian, ngga akan ia balas pesan dari Putra.
Di kampus Alisya berjalan sendiri setelah selesai dari kantin. Karena Mona, Lulu, Vi dan Nikki sudah masuk ke dalam kelas duluan. Suasana nya lumayan sepi, karena ini adalah jam masuk kelas dan juga Alisya berjalan di bagian samping kampus. Jalan pintas tercepat dari kantin ke kelas nya.
Ada seseorang yang menarik tangan Alisya. "Eh, ini ngapain tarik-tarik tangan gue, lepas ngga! Mau di bawa ke mana gue! Lo denger ngga sih!"
Orang itu tak ngga peduli dengan teriakan Alisya. Ia semakin membawa Alisya ke tempat yang sepi.
tenang aja, aku masih setia menunggu kok./Facepalm//Facepalm/
Perempuan yg tidak pernah marah, sekalinya dia marah konahan pun akan hancur🙂
tidak ada kata toxic di antara kalian
wish you all the best wat kalian