Terlahir menjadi anak yang terbuang tak membuatnya berkecil hati. Semangat yang dimilikinya kembali berkobar kala melihat banyaknya orang yang menyayanginya.
Namun dunianya berubah kala dirinya memutuskan untuk menikah. Meski harus merasakan kepahitan akan cinta pertamanya. Denisa tetap bisa bertahan meski pada akhirnya dia memilih mematikan hatinya demi membuang rasa sakitnya.
~Kau tak pernah tahu perihnya luka yang tak nampak namun terasa sangat menyayat jiwa. Jika luka gores itu akan hilang dengan sendirinya namun tidak dengan luka hati, sampai kapanpun dia akan tetap kekal abadi.... Denisa
~ Kuakui aku bodoh. Seharusnya aku menggunakan akal dan hatiku bukan menggunakan emosiku... Raka.
Bagaimana kisah mereka mengarungi biduk rumah tangga dengan bayang bayang cinta lain yang masih melekat di hati Raka.
Mampukah Denisa kembali merasakan cinta dalam hatinya yang telah mati?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serra R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 Sisa waktu
Mentari menampakkan kuasanya, sinarnya nampak terang menyapa bumi meski waktu masih terlihat sangat pagi.
Denisa menggeliat kan tubuhnya dan mengernyap pelan. Di perutnya masih melingkar lengan Raka yang terpejam lelap.
Denisa melirik jam yang berada di narkas. Menguap kecil kemudian mencoba melepas likitan lengan sang suami.
"Ras, mau kemana? masih pagi ini."
Tubuh Denisa membeku, bukan sekali ini dia mendengar nama wanita lain keluar dari bibir sang suami. Denisa mencoba untuk tenang, menahan dadanya yang sesak dan mencoba tersenyum meski terpaksa.
Turun dari atas kasur dia pandangi lekat lekat wajah suami tampannya itu. Ada sakit yang tak terlihat dari tatapan matanya. Ada luka yang tak kentara dalam hatinya.
Dengan langkah pelan dia keluar dari dalam kamar. Menuju dapur tempat yang paling disukainya kala sedang gunda. Banyak yang Denisa pikirkan dan banyak pertimbangan yang dia coba cari yang terbaik.
Hanya tinggal 1 bulan dari waktu satu tahun yang Raka minta untuknya. Satu tahun untuk dia pergi dari kehidupan lelaki itu. Satu tahun yang akan Denisa kenang dalam segenap hati dan jiwanya. Denisa tersenyum kecil menyemangati dirinya sendiri.
Berharap ada perubahan setelah apa yang terjadi beberapa bulan ini. Namun akhirnya Denisa sadar se sadar sadarnya jika memang hati, pikiran dan juga jiwa sang suami bukan miliknya sejak awal. Harusnya dia tahu diri dan tak menginginkan lebih.
Sikap peduli dan juga perlakuan lembut yang ditunjukkan suaminya beberapa waktu terakhir hanya untuk membuatnya terkesan dan bahagia sebelum waktunya untuk berpisah. Denisa tersenyum kecut, dengan jarinya dia mengusut air mata yang tiba-tiba keluar di ujung matanya dengan lancang.
Mendongakkan wajah agar cairan bening yang tidak sopan keluar tanpa permisi itu tak lagi menderas.
"Aku harus kuat!! bukankah memang ini endingnya? lalu kenapa aku harus bersedih dengan apa yang memang sudah pasti akan terjadi. Kuat lah Denisa, aku yakin kamu bisa bertahan. Hanya tinggal sebulan lagi maka semuanya akan kembali normal, kau bisa kembali ke kehidupan nyata dan melupakannya. Sadarlah jika kehadiran dirimu hanya sebagai pelengkap saja selama ini." Denisa berbicara pada dirinya sendiri.
Setelah sedikit tenang, tangan mungilnya mulai lincah mengolah bahan menjadi menu sarapan yang special. Meskipun akan berpisah, Denisa ingin memberikan kesan terbaik bagi suaminya. Setidaknya lelaki itu akan mengingat bahwa pernah ada seorang gadis bernama Denisa pernah melayaninya.
"Pagi sayang, kenapa tak membangunkanku?"
Raka datang, lelaki itu masih seperti biasanya. Memeluk tubuh Denisa dari belakang dan memendam kan kepalanya ke ceruk leher gadis itu. Aroma tubuh Denisa seolah menjadi candu baginya. Ada rasa kurang ketika dia tak melakukannya atau disaat dia terburu-buru berangkat ke kantor karena kesiangan.
"Mas tidurnya nyenyak banget, aku nggak tega baguninnya." Denisa menjawab dengan senyum kecil di ujung bibirnya.
Begitulah dia, sesakit apapun hatinya Denisa akan tetap tersenyum dan tenang. Apa yang dialaminya cukup dia pendam sendiri selama ini.
"Lain kali bangunin aku, ok. Aku juga ingin memasak bersama."
Denisa menganggukkan kepalanya. Raka yang masih menempel padanya memejamkan mata. Merasakan kenyamanan yang perlahan hadir dalam hatinya.
Bagaimana dengan Laras? masih ingatkah dia dengan sang kekasih?
Tentu saja, Raka belum bisa melupakan gadis itu hingga detik itu. Hubungan jarak jauh yang terjalin seolah sudah biasa. Meski kadang ada rasa rindu yang menggebu di hatinya. Akan tetapi beberapa bulan terakhir ini Raka lebih nyaman dan sedikit melupakan keberadaan Laras, ya hanya sedikit.
"Dalam seminggu ke depan aku akan sibuk. Ada beberapa proyek yang harus ku tangani. Aku juga akan melakukan perjalanan ke luar kota. Ada 1 proyek yang sedang berjalan disana. Kamu tak apa aku tinggal sendiri?"
"Tak apa mas, lagipula aku bekerja juga kan? jadi waktuku di sini hanya untuk istirahat."
Raka mengangguk, "Tapi tetap jaga kesehatanmu, jangan sampai kamu sakit."
Keduanya menyelesaikan sarapan dan bersiap bekerja. Denisa tersenyum getir, kebersamaan mereka akan semakin berkurang karena kesibukan Raka. Waktu satu bulan yang rencananya akan Denisa gunakan sebaik mungkin nyatanya tak sesuai dengan apa yang sudah dia rancang.
"Hati hati mas, jangan lupa makan siang ya."
"Ya, ya sudah aku berangkat ya sayang."
Mereka berpisah di basement seperti biasa, kecupan kecil diujung kepala Denisa menjadi pertanda bahwa pagi ini mereka akan berpisah sementara. Masih sementara karena masih ada waktu tersisa untuk kebersamaan keduanya. Entah Raka sadar atau tidak, namun yang jelas Denisa telah menyiapkan semuanya.
Rival yang tanpa sengaja melintas disana melihat bagaimana Raka mencium Denisa meski hanya diujung kepala. Menggeleng keras mengenyahkan pikirannya yang berkelana entah kemana. Beberapa kali Rival berusaha meyakinkan hatinya untuk ikhlas.
Beberapa waktu pun Rival berusaha menjaga jarak dengan Denisa bukan membencinya namun lebih menghargai gadis itu yang nyata nyata sudah menjadi milik orang lain. Meski ada yang mengganjal dalam pikirannya selama ini. Tentang Raka yang dia tahu adalah kekasih Laras.
Denisa melangkah pasti dengan senyuman yang tak pernah lepas dari bibir mungilnya. Hatinya bahagia dan bahagia itu tak bisa dia lukiskan dengan kata kata.
"Selamat pagi." Sapanya pada rekan kerjanya yang kebetulan bertemu.
Melangkah menuju loker kerjanya dan mengambil baju ganti. Senyum itu masih bertahan di ujung bibirnya.
Sementara itu Raka yang sedang melajukan mobilnya menepikan mobilnya sebentar setelah mendengar ponselnya beberapa kali berdering. Dengan mendengus kesal dia mengangkat telpon yang masuk.
"Ya, Hallo."
"... "
"Sedang dalam perjalanan ke kantor. Ada apa?"
"... "
"Tidak juga. Hanya saja aku sibuk untuk beberapa waktu ke depan. Mungkin tak akan bisa menghubungi dirimu setiap saat."
"... "
"Ya, ada proyek yang harus aku kerjakan."
".... "
"Tentu.Kamu juga jaga diri baik baik."
".... "
"Aku juga akan merindukanmu."
Raka mengusap wajahnya kasar. Tatapannya nanar menatap ponsel yang perlahan meredup. Hubungannya dengan Laras kian hampa terasa. Namun untuk menghentikan semuanya rasanya Raka belum sanggup. Entah mengapa hatinya masih sering menolak kenyataan bahwa disana sang kekasih sedang berselingkuh.
Raka menipiskan segala rasanya, lelaki tampan itu kembali menginjak gasnya dan melajukan mobilnya perlahan.
Hidupnya penuh liku, tidak tahu hubungan yang bagaimana yang sedang dijalaninya. Bahkan Raka mengingkari hatinya sendiri. Dia hanya ingin menjalani apa yang ada dihadapannya saat ini. Hidupnya sudah cukup membingungkan bahkan hubungan dengan sang mama pun belum juga membaik sampai sekarang.
Raka memarkirkan mobilnya ditempatnya. Sudah ada sekertaris nya menunggu didepan ruangannya.
"Sudah siap semuanya?"
"Sudah Tuan, kita ada pertemuan pagi ini di restoran X juga setelah makan siang nanti kita akan kembali bertemu dengan klien."
"Baik.Persiapkan semua dan juga tentang proyek luar kota itu, kita akan pergi meninjau nya besok."
"Baik tuan."
Raka memijit pelipisnya pelan, senyum terukir diwajah tampannya ketika bayangan Denisa melintas dihadapannya.
tpi rayyan udah sama jennie kan thor di kota B..
selamat ya ren
jangan menunda momongan lah.. biar kan berjalan sesuai kehendak yg kuasa.. kalian cukup ngadon aja 🤭
mau liat live streaming ini 🤣🤣
gass yok
ibu telat 🤭🤭
akhirnya rencana berjalan lancar.
selamat untuk rena dan radit