Naolin Farah Adyawarman, gadis berusia delapan belas tahun yang baru menyelesaikan pendidikan SMA-nya.
Tidak ada yang istimewa dari hidup Naolin, bahkan dia hampir tidak pernah melihat dunia luar.
Karena Naolin adalah anak yang harus disembunyikan, dari khalayak luas. Sebab Naolin adalah anak har*m, sang Papi kandung dengan entah siapa Mami kandungnya.
Hal itu terjadi karena Naolin, diberikan secara sukarela oleh Mami kandungnya yang merupakam gund*k, dari Papinya.
Menurut cerita keluarga Papi, Mami kandungnya Naolin ingin hidup bebas dan belum siap memiliki anak.
Tapi entahlah itu benar atau tidak. Yang jelas, keputusan Maminya itu justru menjerumuskan Naolin ke lembah kesengsaraan!
Karena Naolin akhirnya hidup dengan Mama dan Kakak tiri yang jah*t. Sementara Papi kandungnya selalu berusaha untuk tutup mata, karena katanya merasa bersalah sempat menduakan sang istri sah.
Tapi saat Naolin telah menyelesaikan SMA-nya secara homeschooling, dia dibebaskan dari rumah yang iba
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss D.N, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
"Tapi, sebaiknya kita bunbun, saja dulu Kak Siti. Kalau sudah meninggal, kan kita tinggal kubur saja bersama-sama," jawab Ibu Dwina.
"Baiklah, sepertinya ini adalah waktu yang tepat untuk kita terbebas dari sosok Kak Siti yang sombong dan menyebalkan itu!" oceh Ibu Ratih.
Aku tersenyum tipis mendengarnya, karena sepertinya aku harus menyelamatkan Kak Naura dan Tegar terlebih dahulu.
Jadi saat giliranku membayar, aku langsung memberikan kartu ATM. Setelah menyelesaikan proses transaksi, aku langsung menaiki mobil.
Aku langsung menekan nomor Kak Naura, dan berdoa semoga dia segera mengangkat panggilanku. Alhamdulillah, doaku terkabul ...
"Hallo, bagaimana Miss N? Apa benar Mas Arya berselingkuh, dan keluarganya mendukung perselingkuhan itu?" tanya Kak Naura.
Aku langsung merasa sedih mendengarnya, karena Kak Naura mulai menunjukkan tanda kecemasan dan pikiran-pikiran berlebihan di kepalanya.
"Kakak nggak usah memikirkan apapun ya. Sekarang secepatnya Kakak bereskan barang-barang kamu, dan Tegar."
"Aku akan jemput Kakak, dan segera membawa kalian berdua ke rumah sakit. Karena Kakak dan Tegar, sama-sama butuh pertolongan medis. Langsung share lock ya Kak," jawabku.
"Iya, iya, aku langsung siap-siap. I-ini langsung share lock juga," jawab Kak Naura, yang terdengar gugup tapi lega juga.
Aku langsung mematikan sambungan telepon, dan tidak lama terdengar suara notifikasi pesan masuk ke handphoneku.
Saat aku lihat ternyata itu adalah share lock, yang sudah dikirimkan oleh Kak Naura.
Aku langsung melajukan mobil, mengikuti arahan dari alamat yang diberikan oleh Kak Naura.
Sepanjang jalan aku berpikir, sepertinya aku tidak usah meminta pertolongan pada Kak Hanny. Karena nanti aku jadi berurusan dengan Pak Naufal, malas sekali!
Tiga puluh menit kemudian, aku akhirnya sampai di depan sebuah rumah mewah berpagar tinggi.
Lalu di depannya tampak ada seorang wanita muda yang sangat kurus, sedang menggendong seorang bayi menggunakan kain jarik.
Aku memakai topi dan masker terlebih dahulu, sebelum turun dari mobil.
"Kak Naura?" tanyaku, setelah berdiri di depannya.
"I-iya, kamu Miss N ya?"
"Benar, ayo Kakak naik dulu ke dalam mobil ya. Biar barang-barang Kakak, aku masukkan ke bagasi," jawabku.
Kak Naura mengangguk, dan langsung naik di bangku belakang sesuai dengan arahanku. Karena aku ingin Kak Naura dan Tegar merasa nyaman, bisa duduk di tempat yang luas.
Sementara aku memasukkan satu buah koper berukuran sedang, dan dua buah tas jinjing ke dalam bagasi mobil.
Setelah itu, aku langsung melajukan mobil menuju rumah sakit terdekat. Tampak wajah Kak Naura begitu pucat, nafasnya juga seperti tersengal.
Sementara Tegar, bayi kecil itu tampak tertidur pulas di dalam dekapan hangat Ibu kandungnya.
Tidak lama kami sampai di rumah sakit, dan aku bergegas turun untuk meminta bantuan dari para medis.
"Mbak perawat, tolong bantu turunkan teman saya dari mobil. Karena dia sudah hampir satu tahun, terus-terusan dicekoki obat Trihexyphenidyl, oleh suaminya," ucapku.
Para perawat langsung tampak kaget, saat mendengar nama obat Trihexyphenidyl.
"Cepat, bahaya ini," ucap para Mbak perawat.
Mereka bergerak cepat mengambil brankar, lalu menjemput Kak Naura dan Tegar yang masih berada di dalam mobilku.
"Pelan-pelan saja Ibu, anaknya berikan kepada Mbak Ani ya. Dia akan membantu memeriksa anak Ibu," ucap salah satu perawat senior.
Tampak Kak Naura hanya pasrah saja, lalu seorang perawat laki-laki mengangkat tubuh kurusnya ke atas brankar.
Sementara aku langsung mengurus masalah administrasi. Lalu aku memutuskan untuk meminta pertolongan para medis, untuk melaporkan hal ini ke kepolisian.
"Ibu, bisa saya minta tolong?" tanyaku.
"Bisa, apa ya Mbak?" tanya Ibu itu.
"Tolong hubungi pihak kepolisian, dan bantu laporkan kalau Kak Naura serta anaknya sudah menjadi korban penyekapan."
"Pelakunya adalah, suami Kak Naura dan keluarga besarnya. Ini semua bukti rekaman video dan rekaman suara, sebagai buktinya," jawabku, sambil memberikan semua barang bukti.
"Baiklah, kami akan langsung menghubungi pihak kepolisian ya Mbak. Terima kasih juga sudah membantu kami," jawab Ibu itu.
"Ya, sama-sama Ibu. Lalu tolong hubungi juga kedua orang tua Kak Naura di kampung ya Ibu."
"Karena sebenarnya hubungan mereka tidak baik, semenjak pernikahan Kak Naura dan suaminya. Sementara saya hanya orang lain, yang takut tidak bisa menjelaskan kepada kedua orang tuanya Kak Naura. Tentang kondisi Kak Naura dan anaknya," pintaku.
"Baik, nanti kami akan tanyakan kontak kedua orang tuanya Ibu Naura."
Aku langsung merasa lega, mendengar jawaban Ibu itu.
Sebelum pulang, aku ambil dulu sejumlah uang di ATM. Lalu setelah itu, aku langsung mendatangi Kak Naura yang sudah dipindahkan ke kamar rawat inap.
"Hallo Kak Naura," sapaku.
"Miss N, terima kasih banyak ya. Karena berkat anda, saya jadi bisa pergi dari rumah itu. Saya juga bisa melapor kebej*tan, keluarga Mas Arya ke kepolisian dengan dibantu oleh pihak rumah sakit."
"Dan yang paling penting adalah, sebentar lagi kedua orang tua saya akan datang dari kampung. Mereka bilang sudah memaafkan saya," ucap Kak Naura, dengan wajah yang sudah tampak lebih segar.
Aku tersenyum mendengarnya, karena akhirnya berhasil menolong Kak Naura.
"Alhamdulillah, kalau memang seperti itu. Ini ada sedikit uang, semoga bisa membantu Kakak dan kedua orang tua untuk melanjutkan hidup."
"Masalah biaya rumah sakit, tidak usah dipikirkan ya Kak. Karena sudah aku bayarkan. Lalu kalau ada biaya tambahan, aku sudah bilang pada pihak rumah sakit untuk hubungi aku saja," ucapku.
"Alhamdulillah, ya Allah. Aduhh, bagaimana saya membalas semua kebaikan Miss N?" tanya Kak Naura, yang tampak menangis haru.
"Gampang, caranya Kakak harus hidup lebih baik ke depannya ya. Jangan pernah kembali melakukan kesalahan yang sama."
"Besarkan Tegar dengan baik, lalu Kakak lanjutkan juga kuliah ya. Kakak harus menjadi Ibu yang baik, hebat dan pintar untuk Tegar," jawabku.
Kak Naura tersenyum, dan aku langsung memeluk dirinya yang menangis.
Setelah Kak Naura tenang, baru aku pamit pulang. Aku juga sudah minta pada Kak Naura, tidak mau sampai dijadikan saksi di kepolisian.
Sesampainya di rumah, aku sudah kelaparan lagi. Jadi aku langsung ke dapur, untuk masak nasi, mie goreng jumbo dua bungkus, lalu memanaskan semua lauk yang aku beli di rumah makan Padang.
Setelah semua makananku tersedia di meja ruang keluarga, aku menghidupkan televisi. Ternyata langsung hidup channel berita.
"Telah ditangkap satu keluarga, yang sudah menyekap seorang wanita berusia dua puluh tahun yang baru melahirkan bayi berusia dua bulan."
"Mereka mencekoki wanita muda itu, dengan obat Trihexyphenidyl. Karena ingin mengambil bayinya, dan berencana memasukkan Ibunya ke rumah sakit jiwa."
Aku langsung tersenyum, saat melihat keluarga Pak Arya tampak babak belur. Wajah mereka seperti ada banyak bekas cakaran, lalu rambut juga acak-acakan.
Sepertinya mereka saling serang, karena tidak mau disalahkan. Lucu sekali, tadi bicara di rumah makan Padang seperti sangat berani.
Akhirnya aku alihkan ke channel mukbang, dan mulai makan.
Setelah selesai makan dan membereskan semuanya, aku langsung membaca DM, dari klien yang baru.
Dan, unik sekali kasus ini ...