Dua Orang yang tidak mempercayai cinta, dipertemuan dalam sebuah pernikahan yang dilakukan hanya untuk pencitraan semata
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Its Zahra CHAN Gacha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengakuan
"Aku sadar jika pernikahan adalah hal yang sakral dan jika perlu hanya dilakukan sekali seumur hidup, itulah alasan ku memilih menikah kontrak denganmu, lagipula karena kita berdua sama-sama sadar melakukannya jadi aku rasa tidak ada yang dirugikan dalam hal ini, tapi aku juga tidak memaksa jika kau ingin mengakhiri kontrak ini," sambungnya pasrah
Lala sejenak terdiam mendengar penjelasan Dhiv. Sebenarnya ia bersimpati kepada lelaki itu namun bagaimanapun juga ia masih tak bisa menerima kematian ibunya dan menganggap Dhiv sebagai orang yang harus bertanggung jawab atas semua itu.
*Dret, dret, dret!!
Dhiv segera mengangkat ponselnya yang bergetar.
"Halo??" lelaki itu beranjak keluar agar bisa berbicara lebih santai.
"Saya dokter William yang merawat ibu anda. Hari ini pasien sangat drop setelah melakukan cuci darah. Sebaiknya kau segera datang ke rumah sakit untuk membantu pemulihannya. Aku takut jika pasien dibiarkan sendiri makan akan berakibat fatal baginya,"
"Baik dok, saya akan segera ke sana," jawab Dhiv mematikan ponselnya.
Lelaki itu segera masuk kedalam rumah dan berpamitan kepada Lala.
"Maaf sepertinya aku harus ke rumah sakit, ibuku sedang drop jadi aku harus menemaninya," ucap Dhiv dengan wajah gusar
Ia segera bergegas menuju ke mobilnya.
*Tok, tok, tok!!
Dhiv membuka kaca mobilnya saat Lala mengetuknya.
"Biarkan aku ikut denganmu?" ucap Lala membuat Dhiv ternganga mendengarnya
Ia kemudian membuka pintu mobilnya dan mempersilahkannya masuk. Keduanya kemudian meluncur menuju ke rumah sakit.
Setibanya di rumah sakit, Dhiv segera menuju bangsal perawatan ibunya di lantai dua.
Lelaki itu langsung menggenggam erat jemari ibunya, "Kau harus kuat Bu, kamu harus bertahan. Berjuanglah untuk kesembuhan mu dan aku juga akan berjuang demi untuk menyelamatkan dirimu," ucap Dhiv sembari mengusap lembut rambutnya.
Tidak lama Inggit perlahan membuka matanya saat merasakan kehadiran putra semata wayangnya.
Dhiv tampak berbinar-binar saat melihat ibunya siuman. Ia segera mengusap air matanya dan tersenyum melihat wanita itu.
"Ibu sudah siuman??" tanyanya lirih
Wanita itu mengedipkan matanya mengiyakan pertanyaan putranya.
"Syukurlah, aku hampir saja terkena serangan jantung saat dokter mengatakan ibu drop, makannya buru-buru ke sini untuk melihat keadaan Ibu," ucap pemuda itu begitu senang
Inggit menatap lekat kearah Lala yang berdiri dibelakang Dhiv.
Seperti tahu apa yang dipikirkan oleh ibunya, Dhiv kemudian memperkenalkan Lala kepada wanita itu.
"Perkenalkan dia Lala, calon istriku," ucap Dhiv mengandeng lengan Lala
Lala segera menghampiri wanita itu dan menyalaminya.
"Assalamualaikum Ibu, saya Lala maaf baru bisa menyapa," ucap gadis itu memperkenalkan dirinya
"Apa dia wanita yang dijodohkan ayahmu?" tanya Inggit
Dhiv menggelengkan kepalanya"Bukan Bu, kebetulan Lala adalah wanita pilihan Dhiv sendiri,"
"Syukurlah, aku harap kalian benar-benar menikah karena cinta bukan karena yang lain," jawab wanita itu
"Doakan saja semuanya berjalan lancar," imbuh Dhiv
"Aamiin,"
"Kalau begitu aku pamit dulu Bu, aku harus menemui dokter William. Ibu silakan ngobrol dulu dengan Lala agar kalian bisa saling kenal," ucap Dhiv berpamitan
Inggit segera menarik lengan pemuda itu saat beranjak dari duduknya.
"Jangan pernah mendonorkan ginjal mu untuk Ibu, aku tidak mau hidupmu menjadi terganggu karena aku. Mendengar mu akan menikah saja sudah membuatku bahagia, jadi jangan korbankan masa depanmu hanya untukku. Aku bisa bertahan hidup dengan satu ginjal jadi jangan khawatir," ucap wanita itu berkaca-kaca.
Dhiv mengangguk kemudian meninggalkan ruangan itu.
Lala kemudian duduk disamping Inggit, gadis itu tak pandai berkata-kata hingga hanya terdiam selama Dhiv pergi.
"Kamu tinggal dimana?" tanya Inggit
"Banjaran," jawab Lala singkat
"Oh orang Banjaran, memangnya kalian bertemu dimana dan sudah berapa lama kalian saling kenal hingga Dhiv begitu mudah memutuskan untuk membuka hatinya dan menikah denganmu?" selidik Inggit
"Kebetulan kami bertemu di restoran tempat saya bekerja. Waktu itu Dhiv dan Sam sedang makan di sana, dan ada insiden kecil yang akhirnya mempertemukan kami. Aku dan Dhiv memang belum lama kenal, tapi dia sudah menceritakan semuanya padaku. Meskipun aku tahu dia belum bisa move on dari mantan kekasihnya tapi aku akan memberikan kesempatan padanya untuk dekat denganku. Dan setelah beberapa kali kita jalan akhirnya dia meminta ku untuk menjadi istrinya , meskipun aku sangat terkejut pada awalnya, namun apa salahnya mencoba.Toh selama ini aku juga memang sedang mencari pendamping hidup bukan seorang kekasih," jawab Lala
"Bagaimana bisa semudah itu kau mempercayainya, apa kau tidak takut jika dia memanfaatkan dirimu dan membohongi mu?" telisik Inggit
"Mulut memang pandai berbohong, tapi mata tidak akan pernah bisa berbohong. Aku bisa melihat itu dari Dhiv. Meskipun ia sedikit dingin namun setelah mengenalnya aku tahu dia sebenarnya pribadi yang hangat dan penyayang. Jika ia begitu menyayangi ibunya maka aku yakin dia juga akan lebih menyayangi istrinya kelak," jawab Lala membuat Inggit tersenyum kecut mendengarnya
"Semoga saja, apa yang kau katakan itu benar,"
"Tentu saja Ibu, apa kau tidak melihat kejujuran di mataku?" tanya Lala tersenyum menatap wanita itu
Ia kemudian menggenggam erat jemari Inggit dan menatapnya lekat.
"Aku baru saja kehilangan Ibuku, satu-satunya orang yang menyayangi ku selama ini, aku harap kau mau menganggap ku sebagai putrimu agar aku tidak kesepian lagi. Aku yakin kau adalah ibu yang baik yang akan menyayangi menantu mu seperti anak kandung mu sendiri. Jadi aku harap ibu segera sehat agar bisa menyaksikan pernikahan kami. Aku berjanji akan menjaga dan merawat ibuku seperti ibu kandung ku sendiri dan aku harap ibu juga melakukan hal yang sama. Jadi tetaplah sehat karena aku tidak mau kehilangan ibu untuk kedua kalinya," ucap Lala berkaca-kaca
"Maaf aku permisi kebelakang sebentar," ujar Lala berpamitan
Dhiv yang sedari tadi mendengar obrolan keduanya begitu bangga dengan Lala. Bagaimanapun juga ia salut kepada gadis itu yang sangat pandai berakting bahkan terlihat begitu natural tanpa melebih-lebihkan.
Ia kemudian kembali memasuki ruang perawatan ibunya dan membawakan makanan kesukaannya.
"Bagaimana menurut ibu, apa aku tidak salah pilih kali ini?" tanya Dhiv menginterogasinya
"Entahlah, meskipun ia terlihat tulus, namun aku belum bisa menilai karakternya hanya karena sudah mengobrol dengannya beberapa menit saja," sahut Inggit
"Maaf ibu aku tidak bisa lama-lama menjagamu, karena ayah memintaku segera kembali ke Jakarta,"
"Tidak apa, aku senang sekarang kau mau tinggal lagi di sana. Aku harap kau bisa akur dengan ayahmu dan juga kakak sulung mu Raffa," ujar Inggit
"Kenapa ibu tiba-tiba membicarakan baj*ngab itu?" tanya Dhiv mengerutkan keningnya
"Memangnya kenapa, apa kalian masih suka bertengkar ??" telisik Inggit
"Bukan itu, tapi dia terlalu ikut campur urusanku dan aku tidak suka,"
"Aku yakin dia melakukan semua itu karena sayang padamu, karena tidak ada yang lebih menyayangi mu di rumah itu selain Raffa, jadi berdamailah dengannya," ucap Inggit membuat Dhiv terkejut mendengarnya
ada