LANJUTAN OH MY JASSON. HARAP BACA OH MY JASSON TERLEBIH DULU
Kimmy mencoba berusaha melupakan Jasson, laki-laki yang sudah ia sukai sejak dari kecil. Ia memilih fokus dengan pendidikannya untuk menjadi calon dokter.
Setelah tiga tahun, Kimmy kembali menjadi wanita dewasa dan mendapat gelar sebagai seorang dokter muda. Namun pertemuannya kembali dengan Jasson, pria yang memiliki sikap dingin itu justru malah membuat usahanya selama ini menjadi sia-sia.
Sebuah jebakan memerangkap mereka berdua dalam sebuah ikatan pernikahan. Namun pernikahan mereka berdua semata hanya tertulis di atas kertas dan di depan keluarga saja. Perjanjian demi perjanjian mereka sepakati bersama. Meskipun dalam hubungan ini Kimmy yang paling banyak menderita karna memendam perasaannya.
Banyak sekali wanita yang ingin mendapatkan hati Jasson, tak terkecuali teman sekaligus sekretaris pribadinya. Lantas, akankah Kimmy mampu meluluhkan hati laki-laki yang ia sukai sejak kecil itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nona lancaster, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sungguh tidak tau malu
Mama Kelly terlihat masuk ke dalam kamar Kimmy. Ia membangunkan putrinya yang masih tertidur begitu pulas. Tangannya yang mulai mengeriput menyibakan beberapa sulur anak rambut yang membingkai wajah Kimmy. Wanita itu mengerjap. Tubuhnya terasa sakit semua, terlebih lagi lengan tangannya yang terluka semalam, kini terasa membengkak hingga ia mendesis ngilu saat ingin menggerakannya.
“Mama, tanganku sakit.” Bibir pucat nan kering itu mengaduh. Menahan rasa sakit yang sebelum-sebelumnya sama sekali tidak pernah ia rasakan. Ya, sejak kecil Kimmy dijaga dengan sangat baik oleh Mama Kelly dan juga Papa Louis. Itu sebabnya, ia sangat jarang sekali terluka. Kalaupun terluka, itu hanyalah luka kecil seperti terjepit gunting kuku, atau tergores ujung pisau.
“Ayo bangunlah, Sayang. Mama akan membantumu mandi, setelah itu Mama akan mengobatimu.” Kelly membantu putrinya tersebut untuk beranjak duduk.
“Sebentar, Sayang, Mama akan mengambilkan handuk untukmu.” Kelly berjalan mendekati lemari dan mengambi handuk baru berwarna putih yang terlipat rapi di dalam sana.
Sebelum kembali menghampiri Kimmy yang masih duduk di tepi tempat tidur, Kelly terlebih dulu membuka tirai kaca jendela supaya membiarkan cahaya matahari yang menghangatkan menelusup masuk melalui kaca transparant yang terlukis ukiran burung-burung kecil di permukaannya.
Wanita parubaya itu tiba-tiba bergeming. Matanya berpusat ke luar jendela yang menampakan sesuatu di sana. Kimmy memiringkan sedikit kepalanya sambil mengernyit. Ia begitu heran saat melihat mamanya sedaritadi mematung di balik jendela.
“Mama, ada apa?” Kelly segera mengalihkan pandangannya ke arah Kimmy. Wanita itu hanya diam menatap Kimmy yang menunggu jawaban, lalu menarik kembali pandangannya ke luar jendela.
Kimmy yang dibuat penasaran pun segera bangkit dari duduknya. Ia berjalan ke arah mamanya dan ikut melempar pandangan ke luar jendela. Sebuah mobil berwarna putih yang tak asing terlihat terparkir di sana.
“Jasson ….” Bibir iti sedikit bergetar saat mengucap nama itu. Ada titik sendu di sorot matanya.
“Sejak kapan dia ke sini?” Pertanyaan Kelly membelah keheningan saat keduanya sibuk memperhatikan mobil tersebut.
Kimmy mengedikan kedua bahunya. “Ma, Kimmy mau mandi sekarang.” Kimmy meninggalkan posisinya seolah tidak memedulikan suaminya yang tengah ada di luar sana.
“Kenapa kau tidak mau menemui Jasson?” Kelly merampas pergelangan tangan Kimmy hingga menghentikan langkah putrinya. “Temui dia dulu, Nak.”
“Kimmy mau mandi, Ma.”
“Kimmy!”
“Kimmy kan sudah bilang. Kimmy hanya mau menenangkan diri. Kimmy tidak mau bertemu dengan Jasson dulu.”
“Iya, apa alasannya sampai kau menghindari Jasson seperti ini?”
“Mama … maafkan Kimmy. Kimmy sudah menikah. Tidak semua masalah dalam rumah tangga Kimmy harus diceritakan kepada orang lain, ataupun keluarga, termasuk Mama. Tolong Mama mengertikan Kimmy,” tuturnya dengan penuh kesopanan.
Kelly menghela napasnya dengan berat. Ia tidak akan mendesak putrinya untuk berbicara tentang permasalahan rumah tangganya lagi. “Baiklah, Sayang.”
***
Matahari mulai memendarkan cahayanya. Namun, silaunya tak membuat Jasson yang kala itu tertidur di dalam mobil terbangun. Ya, semalam, laki-laki itu tak meninggalkan kediaman rumah mertuanya. Ia lebih memilih menetap di sana hingga tak menyadari bahwa dirinya tertidur di dalam mobil.
Sebuah ketukan dari luar jendela mobil membangunkan Jasson. Kedua mata laki-laki itu mengerjap. Ia mulai terganggu akan silau matahari yang sedari tadi menjamah wajahnya.
“Papa ….” Jasson mengucek kedua matanya yang sedikit buram saat melihat Papa Louis mengetuk jendela mobilnya. Saat mengetahui Jasson ada di luar rumah, Kelly menyuruh Louis untuk keluar menemui menantunya tersebut.
Jasson mengusap kasar wajahnya dengan kedua tangan, untuk memudarkan rasa kantuknya sebelum kemudian laki-laki itu membuka pintu mobil, dan turun menghampiri Papa Louis.
“Selamat pagi, Pa.”
“Kau tidur di mobil?” tanya Louis. “Sejak dari semalam?”
“Jasson ketiduran, Pa,” kata Jasson seraya mengulum senyuman. “Apa Kimmy sudah bangun, Pa? Bagaimana keadaannya? Apa dia baik-baik saja?” Jasson bertanya secara beruntun. Kecemasannya sejak semalam masih tak kunjung menyurut dari kedua manik matanya. Louis pun bisa membacanya.
“Kimmy sudah bangun. Dia baik-baik saja,” ucap Louis. Ia memperhatikan Jasson dengan seksama. “Kenapa kau semalam tidak masuk ke rumah, Nak?”
“Ehm ….” Jasson terdiam. Merasakan seseorang tengah memperhatikannya dari Kejauhan. Kimmy. Ya, Jasson menangkap basah Kimmy tengah mengawasinya dari jendela kamar. Pandangan mata mereka saling terkunci meskipun dari kejauhan. Namun, itu tidaklah lama. Karena Kimmy mengakhiri pandangannya dan memilih pergi dari sana. Jasson merasa terluka.
“Jasson?” Panggilan Louis mengalihkan kembali pandangan Jasson.
“Ayo kita masuk ke dalam.” Louis merangkul bahu Jasson, hendak mengajak menantunya itu masuk ke dalam rumah, tetapi Jasson menolaknya. Mengingat permintaan Kimmy yang tidak ingin ditemuinya selama beberapa hari.
“Maaf, Pa. Jasson harus pulang sekarang.” Jasson menjauhkan tangan Louis dengan sopan dari bahunya.
“Kenapa terburu-buru?” Louis mengernyitkan keningnya.
“Ehm, karena ada pekerjaan penting yang harus Jasson selesaikan.”
“Apa pekerjaanmu lebih penting daripada istrimu?” Pertanyaan Louis membuat suara Jasson tercekat.
“Kau tidak mau menemui putri Papa? Apa kau tidak merindukannya?” Pertanyaan kali ini serasa mencabik-caik hati Jasson. Manik mata berwarna kelabu terang itu berkilat-kilat. Bagaimana bisa Papa Louis berkata kalau dia tidak merindukan Kimmy. Alasan dia berada di sini karena jelas dia merindukan Kimmy—sangat merindukan wanita itu.
“Tentu saja Jasson sangat merindukannya, Pa.” Sorot mata yang penuh kesedihan itu tertangkap oleh Louis.
“Kalau begitu ayo masuklah dulu, Nak.”
“Papa, biarkan Jasson pulang.” Kimmy terlihat berjalan keluar menghampiri suami dan juga papanya.
“Kimmy ….”
“Jasson banyak pekerjaan, Pa, biarkan dia pulang ke rumah.” Kimmy menghentikan langkahnya di hadapan dua laki-laki yang sangat ia cintai. Kini matanya menemui Jasson. Hingga kedua pemilik manik mata berwarna perak itu sejenak saling terkunci.
“Kimmy, biarkan Jasson masuk dulu. Kita ajak dia sarapan Bersama.”
“Dia tidak terbiasa sarapan sepagi ini, Pa. Jadi biarkan dia pulang.”
“Kenapa kau berbicara seperti itu, Kimmy? Di rumah suamimu tidak ada yang membantu dan menyiapkan sarapan untuknya.”
“Ada Bibi Katty yang bisa membantu kebutuhan Jasson. Dan … ada sekretaris pribadinya juga. Jadi Papa tidak usah mencemaskannya.”
“Kimmy!” Ada guncangan kuat dari suara Jasson. Laki-laki itu merasa tidak terima.
“Aku sudah memecat Alea. Jadi jangan membicarakan dia lagi,” tutur Jasson.
“Sebenarnya ada apa ini?” tanya Louis. Ia memandang Kimmy dan Jasson secara bergantian, Namun, ia tak mendapatkan jawaban atas pertanyaannya. Merasa ada masalah pribadi antara putri dan juga menantunya. Louis memutuskan untuk berpamitan pergi meninggalkan mereka di sana.
“Papa akan masuk ke dalam. Kalian berbicaralah.”
Keheningan masih menyergap saat tatapan mata mereka saling terkunci cukup lama. Jasson meraih telapak tangan Kimmy dan menggenggamnya sesaat setelah Papa Louis lenyap dari pandangannya. “Aku dan Alea sama sekali tidak memiliki hubungan apapun. Aku memang sudah membohongimu masalah Alea yang masih bekerja denganku. Aku melakukan itu karena terpaksa. Aku terpaksa mempekerjakan dia, karena aku benar-benar butuh bantuan dia untuk menangani proyek besar. Aku sudah mau jujur kepadamu waktu itu, tapi kau—”
“Aku tidak peduli. Itu urusanmu.” Kimmy berusaha melepaskan tangannya dari Jasson. Namun, dirinya masih tetap bersikap dan berbicara sopan kepada suaminya. Jasson tak membiarkan tangannya lepas begitu saja.
“Aku masih perlu menjelaskan kedatanganku ke rumah Alea semalam.” Kimmy hanya diam seoalah tak memedulikannya. Ia tak membantah atau membrontak saat salah satu tangan Jasson mengusap kepalanya.
“Aku semalam mendatangi Alea karena mempertanyakan tentang terkuncinya kau di dalam toilet basement.” Rasa penasaran Kimmy mulai tertarik.
“Dia dan Chelia yang menguncimu di dalam toilet.” Mata Kimmy yang seketika membeliak, kini menemui Jasson. Ia begitu terkesiap.
“Mereka yang menguncimu di dalam toilet basement waktu itu. Itu sebabnya aku semalam menemui Alea untuk mempertanyakan kebenarannya.”
“Bagaimana bisa mereka melakukan itu kepadaku?” gumam Kimmy. Ia benar-benar tidak percaya. Kebisuan kembali terjeda cukup lama di antara mereka.
“Yang sudah terjadi biarkan saja. Jadi lupakan masalah itu,” ucap Kimmy. Jasson mengernyit heran. Ia sama sekali tidak melihat ada amarah atau emosi yang tersulut di wajah Kimmy. Raut wajahnya datar tanpa ekspresi sedikitpun.
“Sekarang pulanglah.”
“Kimmy ….” Rasanya Jasson tidak mau mengakhiri pertemuan yang sangat singkat ini. Begitu pun dengan Kimmy. Ia sebenarnya masih ingin berlama-lama bersama Jasson, tetapi rasa sakit dan kekecewaan yang ia dapatkan membuat dirinya tega untuk mengusir suaminya tersebut.
“Aku semalam sudah bilang kepadamu. Biarkan aku sendiri untuk beberapa hari di rumah Mama. Bisakah kau tidak datang kemari menemuiku dulu?!” Kimmy menjauhkan tangan Jasson yang masih tak berpindah dari jemari tangan dan juga kepalanya.
“Tidak bisa!” seru Jasson dengan suaranya yang ia pertegas. Namun, tatapan matanya masih menyiratkan kesedihan yang cukup mendalam.
“Tidak apa-apa kau marah kepadaku. Aku memang bersalah. Tapi tolong jangan menyuruhku untuk tidak menemuimu. Aku benar-benar tersiksa seperti ini. Tolong jangan seperti ini.” Jasson menarik tubuh Kimmy dan memeluknya begitu erat, namun tetap menjaga supaya tubuhnya tidak mengenai tangan Kimmy yang terluka.
Pelukan yang saling menghangatkan. Kimmy benar-benar merindukan pelukan ini. Pelukan yang selalu membuat dirinya nyaman dan selalu ia rindukan setiap malam. Kimmy tak kuasa. Ia berusaha menyembunyikan air matanya supaya tidak jatuh berhamburan karena ketidak berdayaannya.
“Jasson, tolong pulanglah!” Kimmy mendorong tubuh Jasson, hingga pelukan mereka berakhir. Tatapannya menatap tegas laki-laki itu. Sedikit emosi berhasil menakutinya.
Jasson bergeming. Ia malah berlama-lama menatap wajah Kimmy. Wajah wanita yang selalu membuat dirinya candu untuk selalu ingin menatapnya terus-menerus.
"Pulanglah sekarang juga!" seru Kimmy. Tatapannya semakin kesal.
“Baiklah, aku akan pulang. Tapi ingatlah ..." Jasson merengkuh pinggang Kimmy. Menatap lekat-lekat kedua manik mata wanita itu dan berujung ke bibirnya, "aku akan datang kemari setiap hari untuk menemuimu. Tidak peduli kau mau bertemu denganku atau tidak. Aku tidak peduli kau akan marah atau bahkan mau membunuuhku, aku tidak peduli. Aku akan tetap datang kemari untuk menemuimu,” ujarnya dengan suara dan tatapan mata yang serius seraya menanamkan ciuman singkat di bibir Kimmy yang sudah matanya dambakan sejak daritadi, hingga membuat wanita itu terkejut.
Jasson masuk ke dalam mobil dan melajukan mobilnya meninggalkan Kimmy yang masih mematung di halaman rumah.
“Dia benar-benar tidak tau malu. Bahkan di saat aku marah dia berani menciumku.” Kimmy tidak berhenti menggerutu akan suaminya yang ia rasa begitu menyebalkan.