Atas desakan ayahnya, Poppy Yun datang ke Macau untuk membahas pernikahannya dengan Andy Huo. Namun di perjalanan, ia tanpa sengaja menyelamatkan Leon Huo — gangster paling ditakuti sekaligus pemilik kasino terbesar di Macau.
Tanpa menyadari siapa pria itu, Poppy kembali bertemu dengannya saat mengunjungi keluarga tunangannya. Sejak saat itu, Leon bertekad menjadikan Poppy miliknya, meski harus memisahkannya dari Andy.
Namun saat rahasia kelam terungkap, Poppy memilih menjauh dan membenci Leon. Rahasia apa yang mampu memisahkan dua hati yang terikat tanpa sengaja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Poppy yang sedang asyik bermain kartu akhirnya berhasil mengalahkan mereka. Satu per satu kartunya jatuh di atas meja dengan mantap—kombinasi yang sempurna. Tiga lawannya terdiam, lalu saling pandang dengan wajah tak percaya.
“Minum!” seru Poppy sambil tersenyum lebar.
Terpaksa, tiga pria itu meneguk minuman mereka, menghabiskan beberapa kaleng bir yang sudah berderet di atas meja. Tak butuh waktu lama, satu mulai tertawa tanpa sebab, satu lagi berbicara ngawur, sementara yang terakhir bahkan sudah tertunduk tak sadarkan diri, kepalanya nyaris menyentuh meja.
Sementara itu, meski menang, Poppy sendiri sempat kalah beberapa kali sebelumnya. Pengaruh alkohol perlahan mulai terasa di kepalanya. Pandangannya sedikit berkunang, tubuhnya terasa ringan, langkahnya tak lagi stabil.
“Hei, bangun… dan main lagi denganku?” ucap Poppy sambil tertawa kecil, menggoyang-goyangkan tubuh mereka yang sudah tepar di atas kursi. Namun tak ada jawaban lain selain dengusan napas berat.
Tidak lama kemudian, suara langkah kaki terdengar mendekat. Javier tiba bersama anak buahnya. Suasana ruangan yang semula riuh seketika berubah tegang saat kehadiran mereka menyelimuti tempat itu.
Salah satu anak buah Javier memandang empat orang yang setengah sadar itu, lalu mengernyit saat melihat tumpukan kaleng bir di sekitar mereka.
“Tidak berguna sekali. Melawan seorang gadis seperti ku saja kalian bisa kalah,” sindir Poppy sambil melipat tangan di dada. Nada suaranya menantang, meski tubuhnya sedikit goyah.
Javier menatap keadaan itu dengan rahang mengeras. Matanya beralih pada Poppy yang duduk santai di tengah kekacauan yang ia buat sendiri.
“Apa yang mereka lakukan? Bukankah seharusnya mengawasi gadis itu?” tanyanya, menahan emosi yang semakin memuncak.
Salah satu bawahannya tertunduk, tak berani menjawab.
“Tangkap gadis itu, dan bawa pergi dari sini!” perintah Javier dingin.
Dua pria langsung melangkah maju, namun sebelum mereka sempat menyentuhnya, senyum Poppy melebar, tatapannya penuh tantangan.
“Hei, Kakak… mari sini, main bersamaku!” ajaknya sambil menunjuk ke arah Javier.
Ruangan mendadak hening. Semua menunggu reaksi Javier.
“Apakah Leon Huo menyukai gadis kecil ini? Banyak wanita cantik mengejarnya, tapi tidak satu pun mampu membuatnya tertarik. Apa dia suka daun muda?” tanya Javier sinis, sambil menyunggingkan senyum miring.
Poppy yang sudah setengah mabuk hanya terkekeh. Pipinya sedikit memerah, tubuhnya bergoyang pelan sementara tangannya masih menggenggam kartu.
“Kakak, walau kau tidak tampan, tapi… kau bisa menjadi teman mainku,” ujarnya dengan senyum miring dan mata yang setengah terpejam, jelas sudah tak sepenuhnya sadar dengan apa yang ia katakan.
Tatapan Javier mengeras. Otot di rahangnya menegang.
“Masih saja berani menghinaku,” gumamnya pelan, penuh peringatan.
Namun Poppy justru semakin lancang. Ia lalu melambaikan tangannya pada Javier, seolah sedang mengundang anak kecil bermain.
“Walau pamanku lebih tampan… tapi di sini kau bisa jadi pengganti pamanku. Main denganku, cepat!” serunya, tertawa kecil tanpa rasa takut.
Beberapa anak buah Javier saling pandang. Gadis ini benar-benar tidak tahu dengan siapa ia sedang berbicara.
“Kau berani menganggapku sebagai pengganti?” Javier menyeringai tipis, namun tatapan matanya gelap. “Gadis ini memang cari mati.”
Suasana di sekitar mereka semakin mencekam.
Tiba-tiba, dari kejauhan terdengar suara hentakan kaki yang serempak, berat dan penuh tekanan. Suara itu semakin mendekat, memecah keheningan.
Dari pintu masuk, terlihat Leon muncul, memimpin sejumlah anak buahnya. Aura dingin langsung menyelimuti ruangan. Mereka bergerak cepat, mengepung tempat itu tanpa banyak kata, membuat anak buah Javier langsung waspada dan menegang.
Leon melangkah perlahan ke depan. Tatapannya yang tajam langsung mengunci sosok Poppy di tengah kerumunan. Mata dinginnya memindai keadaan: meja berantakan, kaleng bir berserakan, tiga pria yang tak sadarkan diri… dan gadis itu… duduk sambil memegang kartu.
Untuk sepersekian detik, ada sesuatu yang berubah di sorot matanya.