Sinopsis
Arta, Dewa Kekayaan semesta, muak hanya dipuja karena harta dan kekuasaannya. Merasa dirinya hanya 'pelayan pembawa nampan emas', ia memutuskan menanggalkan keilahiannya dan menjatuhkan diri ke dunia fana.
Ia terperangkap dalam tubuh Bima, seorang pemuda miskin yang dibebani utang dan rasa lapar. Di tengah gubuk reot itu, Arta menemukan satu-satunya harta sejati yang tak terhitung: kasih sayang tulus adiknya, Dinda.
Kekuatan dewa Arta telah sirna. Bima kini hanya mengandalkan pikiran jeniusnya yang tajam dalam menganalisis nilai. Misinya adalah melindungi Dinda, melunasi utang, dan membuktikan bahwa kecerdasan adalah mata uang yang paling abadi.
Sanggupkah Dewa Kekayaan yang jatuh ini membangun kerajaan dari debu hanya dengan otaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khusus Game, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 17
Pagi berikutnya, Bima sudah berada di pusat perbelanjaan kelas atas bersama Risa. Keputusan ini merupakan bagian tak terpisahkan dari strategi ekspansi vertikal. Bima memandang bahwa jaringan sosial yang akan Risa buka pada acara gala memiliki valuasi yang jauh lebih besar daripada sekadar harga sepotong pakaian, oleh sebab itu, setiap detail penampilan Risa harus dihitung sebagai biaya investasi yang memberikan keuntungan maksimal.
Mereka memasuki butik pakaian formal yang elegan, jauh dari restoran pizza waralaba kemarin. Bima tidak tertarik dengan merek, fokusnya hanya pada kualitas bahan yang berbicara tentang kestabilan finansial.
{Citra Diri adalah mata uang pertama yang dipertukarkan di lingkaran modal besar. Roni Sanjaya meremehkan Yura berdasarkan pakaian Bima, dan para angel investor akan menilai kredibilitas Risa sebagai wakilku. Pakaian ini bukan pengeluaran konsumtif; ini adalah investasi di Kredibilitas Fungsional, sebuah Leverage Sosial yang krusial untuk membuka gerbang Rp 250.000.000.}
"Kita mencari sesuatu yang mencerminkan profesionalitas, Risa," kata Bima sambil menyentuh tekstur gaun malam berwarna biru tua. "Bukan kemewahan palsu, tapi representasi dari kesiapan Yura untuk beroperasi pada skala korporat."
Risa mengangguk, matanya menunjukkan pemahaman terhadap logika bisnis Bima. Dia sadar bahwa kehadirannya di pesta gala bukan hanya tentang kecantikan, tetapi tentang menjadi jembatan yang kokoh bagi Bima.
"Aku mengerti," sahut Risa. "Aku akan pastikan mereka melihat bukan hanya model, tapi perwakilan CEO yang memiliki visi."
Bima tersenyum tipis, persis seperti senyum seorang manajer aset yang mendapati asetnya telah memahami fungsinya. Gaun yang mereka pilih, meski harganya mencapai jutaan, tetap dianggap Bima sebagai pengeluaran yang efisien. Gaun itu berfungsi sebagai seragam yang menanggalkan stigma 'toko rongsokan' di mata para investor.
Setelah gaun Risa diamankan, Bima memilihkan sebuah setelan jas sederhana berwarna abu-abu gelap. Risa terkejut, namun Bima segera menanggapi ekspresinya.
"Ini bukan untuk pesta gala," jelas Bima. "Ini adalah investasi jangka pendek untuk bertemu dengan kontraktor pabrik. Seorang CEO yang meminta kontrak pengadaan aset sisa korporat tidak bisa menggunakan kemeja seadanya. Kepercayaan diukur dari kesiapan dan detail."
Risa menyadari Bima telah melihat beberapa langkah ke depan. Bima tidak hanya menyiapkan Risa; dia juga menyiapkan dirinya sendiri untuk fase ekspansi selanjutnya. Total biaya untuk kedua pakaian itu hampir mencapai Rp 8.000.000, modal yang sama dengan gaji bulanan Tuan Banu. Namun, Bima merasa investasi ini sepadan dengan risiko gagal mendapatkan koneksi strategis.
Di sudut kafe setelah berbelanja, Bima memberikan kartu nama Yura yang dicetak dengan desain minimalis dan profesional kepada Risa. Dia juga menyerahkan sebuah flash drive kecil berisi ringkasan presentasi Yura.
"Pesan utamamu sangat sederhana," kata Bima, suaranya tenang dan penuh otoritas. "Beri tahu mereka bahwa Yura Restorasi adalah entitas yang mengubah aset yang dinilai nol menjadi margin keuntungan 400%. Kami tidak mencari utang, kami mencari Validasi Kepercayaan dan koneksi ke sumber pasokan skala korporat. Fokus pada angka rotasi modal Rp 68.000.000 bulan lalu. Gunakan itu untuk membuktikan efisiensi kami."
Risa memegang kartu nama itu dengan hati-hati, memahami bobot tanggung jawab yang Bima berikan. Di antara mereka kini terjalin aliansi yang solid, di mana aset emosional jangka panjang dan konsolidasi modal jangka pendek berjalan seiringan. Target Rp 250.000.000 kini sepenuhnya bergantung pada kemampuan Risa untuk menjalankan peran barunya sebagai Jaringan Pengaman Sosial.
Setelah Investasi Citra Diri selesai, Bima kembali ke toko permanen Yura dengan fokus yang kembali tajam pada operasi dasar. Acara gala Risa baru akan berlangsung minggu depan, yang berarti Bima memiliki enam hari untuk menstabilkan masalah pasokan yang diakibatkan oleh Pak Tejo dan meningkatkan stok aset restorasi. Membiarkan roda operasional melambat hanya karena menunggu koneksi strategis adalah kerugian modal yang tidak dapat diterima.
Di dalam toko, Tuan Banu tampak sedang berbicara dengan Rio. Wajah Tuan Banu terlihat kusut, sebuah indikasi adanya hambatan yang mengancam likuiditas inventaris.
"Selamat siang, Tuan Banu. Rio," sapa Bima, nada bicaranya memancarkan ketenangan yang menular. "Apa ada masalah yang harus kita pecahkan?"
Tuan Banu segera berdiri tegak, rasa hormatnya terhadap Bima telah bercampur dengan ketulusan yang tulus. "Begini, Pak Bima. Sejak Pak Tejo menaikkan harga beli rongsokan elektronik 10% di seluruh lapak langganan saya, pasokan kita turun 30%. Stok laptop yang layak restorasi hampir habis. Kalau begini terus, kita tidak akan mencapai target rotasi modal bulan ini."
Rio, yang memegang daftar inventaris, menambahkan dengan nada cemas, "Stok aset A-Grade, terutama laptop dan konsol game lama, tinggal 15 unit, Pak. Sisanya barang-barang kecil dengan margin yang lebih rendah."
{Pak Tejo, sang Pesaing Jangka Panjang, memang menjadi katalisator yang sempurna. Persaingan harga ini memaksa Yura untuk meninggalkan zona nyaman pasar rongsokan individual, sebuah langkah yang harus dilakukan cepat atau lambat. Risiko ini, meski kecil, mengancam likuiditas jangka pendek. Aku harus segera mencari sumber sekunder sebelum acara gala Risa.}
Bima meletakkan tas belanjaannya di meja, matanya menelusuri daftar inventaris yang ditunjukkan Rio. Kerugian 30% pasokan di lapak kecil merupakan ancaman, tetapi Bima sudah memiliki rencana cadangan untuk menghadapi tantangan ini.
"Rio, fokus pada 15 unit aset A-Grade itu," instruksi Bima, suaranya menunjukkan otoritas seorang CEO yang menghadapi krisis dengan tenang. "Prioritaskan restorasi mereka. Kita akan menjualnya dengan harga premium untuk menutupi penurunan pasokan kuantitas."
Kemudian, Bima beralih menatap Tuan Banu, Manajer Pengadaan Aset Yura. "Tuan Banu, kita akan mengalihkan fokus sementara. Lupakan lapak-lapak kecil itu selama seminggu. Kita akan melakukan diversifikasi pasokan secara agresif. Aku ingin kamu mencari informasi tentang lelang aset sisa dari bank yang bangkrut, atau pelelangan aset IT korporat yang sedang melakukan pembaharuan besar-besaran."
Tuan Banu terkejut. Langkah itu membutuhkan jaringan yang berbeda, jauh di atas pasar rongsokan yang selama ini ia kenal. "Lelang korporat, Pak? Itu skala yang jauh lebih besar. Modal yang dibutuhkan untuk depositnya..."
"Aku tahu," potong Bima. "Kita tidak akan mengambil deposit lelang besar sekarang, tetapi kita akan mencari broker atau perantara yang memiliki akses ke daftar aset-aset tersebut. Peranmu, Tuan Banu, adalah menjadi Pencari Gerbang Pasokan. Gunakan gaji dan bonus yang kita berikan, gunakan koneksi jaringan lamamu untuk mendapatkan akses ke informasi lelang skala korporat. Kita perlu tahu bagaimana sistem mereka bekerja sebelum aku bisa masuk dengan modal Rp 250.000.000."
Tuan Banu mengangguk, rasa takutnya kini tergantikan oleh tantangan baru yang menarik. Bima tidak membiarkan Pesaing Jangka Panjang mendikte strategi Yura; sebaliknya, Bima menggunakan Pak Tejo sebagai dorongan untuk melompat ke skala pasokan yang lebih tinggi.
"Satu hal lagi," tambah Bima, memandang Rio. "Selama minggu ini, kita akan meluncurkan kampanye mikro di media sosial: 'Yura Membeli Aset Rusak Anda'. Rio, siapkan spesifikasi dan harga beli yang jelas untuk laptop dan komputer yang rusak. Dengan Leverage Waktu-mu, kamu bisa menjemput aset dari pelanggan individual di sekitar kota. Ini adalah metode akuisisi aset yang lebih lambat, tetapi margin keuntungannya stabil dan tidak terpengaruh oleh Pak Tejo."
Bima memastikan setiap orang memahami peran fungsional mereka dalam menghadapi ancaman pasokan. Tuan Banu fokus pada pencarian gerbang korporat, Rio fokus pada akuisisi aset individu dan restorasi, sementara Bima (Arta) sendiri akan menyiapkan proposal presentasi akhir dan mengukur likuiditas kas untuk deposit lelang skala kecil. Dengan begitu, roda operasional Yura tetap berputar dengan kecepatan maksimum, bahkan saat Risa bersiap membuka gerbang menuju Validasi Kepercayaan Jangka Panjang.