CEO DAN GADIS TULALIT

"Honey, sebaiknya kamu kembali ke kamar dan aku sebentar lagi pulang,". ucap Zara.

"Ngapain kamu pulang. Ayo tidur sama aku malam ini. Aku kangen kamu," Zain memaksa Zara untuk tetap tinggal.

"Tapi nanti orang punya pikiran lain tentang kita," ucap Zara.

"Kita tidak melakukan zina. Kenapa kamu begitu takut. suami istri lakukan apa saja sah. Sudah sayang, kita punya Allah. Serahkan semuanya sama Allah...!" ucap Zain agar Zara mau menuruti permintaannya.

"Kalau begitu tunggu agak sepi. Nanti aku ke kamarmu. Tidak sekarang. Aku harus membereskan dapur sebentar ya. Tapi aku tidak bawa baju ganti," ucap Zara.

"Tenang saja sayang. Aku sudah bawa lengerie untukmu," goda Zain dan itu benar adanya. Ia sudah mempersiapkan semuanya untuk istrinya. Bahkan skin care istrinya pun dibawa semua sama Zain. Saking ingin bersama dengan istri kecilnya itu.

"Ishh...! Kau ini niat sekali untuk bisa bersamaku," sungut Zara.

"Benar sekali baby tebakan mu. Aku tidak akan bisa tidur nyenyak jika jau darimu. Pasti kamu akan merasakan hal yang sama denganku," ucap Zain.

"Terserahlah. Aku pergi dulu dan jangan genit dengan wanita lain atau akan pulang," ancam Zara langsung kabur dari taman.

Zain tersenyum melihat tingkah kocak istrinya yang sangat menggemaskan nya. Ia mengambil rokok lalu menyulut korek api di rokoknya. Ia ingin menikmati suasana malam di taman itu hingga ia tidak sadar tuan Aryo menegurnya.

"Ehmm...!" deheman lelaki paruh baya itu mengagetkan Zain yang langsung membalikkan badannya melihat wajah tuan Aryo yang penuh kharisma.

"Tuan Aryo...? Maaf apakah anda belum tidur.

"Bagaimana aku bisa tidur kalau mataku cukup terganggu dengan adegan mesra salah satu relasiku dengan asisten chef hotel ini," sindir tuan Aryo.

Zain terlihat kaget dan iapun buru-buru menepis tuduhan tuan Aryo.

"Maaf tuan. Ada banyak hal yang tidak bisa saya jelaskan kepada anda karena ada alasan kuat dibalik kisah cinta kami berdua," jelas Zain.

Tuan Aryo menepuk pundak Zain. Ia tersenyum seakan memahami tutur kata Zain barusan. "Apakah kalian sudah menikah? usia setua ini mampu membaca situasi sekitarnya tanpa butuh pengakuan mu karena wanitamu itu memiliki karakter kuat untuk tidak menjatuhkan harga dirinya demi seorang pria sepertimu," ucap tuan Aryo.

..."Iya tuan. Zara adalah putri satu-satunya nyonya Sarah. Pertemuan kami di hari kecelakaan ibu mertuaku. Aku menikahinya disaat dia dalam keadaan terpuruk. Dia kehilangan dunianya dan aku menggantikan dunianya yang hilang itu." Zain terlihat berkaca-kaca bagaimana ia menjalani perannya sebagai suami dan CEO perusahaan milik Zara....

"Sudah aku duga sebelumnya kalau diantara kalian memiliki sesuatu. Karena kamu berkelit jadi aku memilih diam. Namun sejalannya waktu aku bisa melihat kebenarannya," jelas tuan Aryo membuat Zain malu hati.

"Baiklah, ini sudah malam. Aku masuk dulu. Aku tidak sabar menunggu pagi agar bisa menyicipi masakan istrimu," canda tuan Aryo.

"Baik tuan. Selamat malam. Semoga mimpi indah..!" ucap Zain tulus.

"Kalau bisa jangan membuat istrimu kecapean malam ini karena ia harus bangun lebih awal untuk menyiapkan makanan untuk para tamu hotel ini," Zain tersenyum karena tuan Aryo sudah bisa menebak kalau dirinya ingin menghabiskan malam ini berdua dengan Zara.

"Siap tuan." Tuan Aryo menghilang dari pandangannya Zain dan muncul istrinya yang langsung disambut Zain.

"Sebaiknya kamu mandi dulu sebelum tidur sayang. Badanmu lengket sekali karena keringat," ucap Zain.

"Iya. Aku juga tidak betah. Apakah kamu juga mau mandi?" tanya Zara.

"Boleh. Ide yang bagus sayang," Zain mengedipkan matanya nakal membuat Zara mencubit perutnya.

Dalam beberapa menit kemudian kamar mandi itu sudah berisik dengan suara erotis yang memabukkan.

...----------------...

Pagi tiba, Zara dan timnya sudah berjibaku dengan masakan. Suara peralatan dapur saling bertautan. Aroma berbagai masakan mengunggah selera. Zara begitu cekatan mengerjakan segalanya.

Chef Juno yang masih cemburu mendiamkan Zara dari pukul 4 pagi ketika mereka mulai memasak. Zara pura-pura tidak tahu dan bahkan tidak mau tahu dengan perasaan Juno karena ia merasa perbuatannya semalam dengan suaminya tidak merugikan siapapun.

Sekitar pukul enam pagi makanan sudah siap di wadah nya masing-masing di ruangan restoran itu. Zara terlihat sangat lelah sambil memukul bagian pundaknya. Jika dia tidak mengenakkan hijab maka orang lain bisa melihat leher, dada dan bahunya banyak sekali tanda kepemilikan suaminya yang membekas di kulit putihnya. Bahkan bagian intinya masih terasa sakit karena suaminya terus saja menggempurnya walaupun ia sudah memejamkan matanya.

"Zara bisa bicara sebentar...!" ajak Juno agak pelan pada Zara.

"Silahkan chef...!" ucap Zara tetap bersikap biasa.

"Tidak disini Zara tapi di gudang makanan," tolak Juno.

"Maaf chef. Itu akan menimbulkan fitnah jika kita berdua-duaan di dalam sana," tolak Zara halus.

"Jadi kamu mau kita ngobrol di mana, Zara?" tanya Juno dengan tatapan romantis namun Zara tidak mempedulikannya.

"Di sini saja," ucap Zara.

"Tidak Zara. Aku ingin lebih privasi. Di sini banyak teman-teman. Itu sangat menganggu," dalih Juno.

"Baiklah. Kalau begitu di luar dapur saja," Zara masih bersikap sopan walaupun ia tahu ke mana tujuan Juno padanya.

"Baiklah. Ayo kita keluar...!" Juno merangkul lengan Zara namun Zara langsung menepis tangan kekar Juno.

"Dasar munafik...! Apakah karena aku hanya seorang chef sehingga kamu menolakku dibandingkan dengan priamu semalam yang merupakan CEO perusahaan?" gerutu Juno membatin.

Setibanya di luar dapur, Zara mencari tempat duduk yang lebih dekat dengan banyak pohon yang terasa cukup adem pagi itu. Juno duduk di sebelah Zara dan mencoba merapatkan tubuhnya pada Zara namun Zara segera menggeserkan bokongnya.

Istri Zain ini menunggu ucapan apa yang akan dikatakan dari mulut chef Juno padanya. Sementara itu di restoran sana sudah banyak tamu yang sibuk menikmati masakan hotel yang sangat lezat menurut mereka. Zain hanya memilih masakan yang dimasak oleh istrinya karena dia sudah tahu bocorannya dari Zara semalam.

"Apakah yang kamu makan itu masakan istrimu?" tanya tuan Aryo dan Zain mengangguk. Pria tua itu langsung menciduknya ke piringnya dengan senyum bahagia.

Zain duduk dan makan dengan tenang. Namun perasaannya begitu gelisah sehingga ia memberanikan diri menanyakan salah satu pelayan hotel itu yang berdiri tidak jauh dari mejanya.

"Apakah kamu tahu di mana Zara?" tanya Zain.

"Maksud tuan Zara anak magang itu?" tegas pelayan itu.

"Ya. Apakah kamu bisa memanggilnya?" pinta Zain.

"Apakah ada masalah dengan makanannya tuan?"

"Kurasa begitu. Tolong panggilkan gadis itu...!" pinta Zain lagi.

"Tapi aku lihat chef Juno mengajak Zara keluar dari dapur sepertinya mereka sedang ngobrol di taman dapur dan....-" ucapan pelayan itu belum selesai karena Zain sudah cabut dari tempat itu untuk melihat istrinya.

Benar saja apa yang ditakutkan oleh Zain terjadi karena saat ini Zara hampir dilecehkan oleh Juno yang ingin memeluk dan mencium Zara.

"Lepaskan istriku bajingan....!" teriak Zain membuat Juno kaget.

"Istri...?!" gumam Juno terkejut.