Jacob hanyalah pria biasa. Tanpa kekuatan. Tanpa keluarga. Tanpa masa depan. Di dunia di mana kekuatan dan status menentukan segalanya, ia berada di posisi terbawah. la bekerja keras hanya untuk bertahan hidup, merawat adik perempuannya setelah orang tua mereka tiada. Namun, sekeras apa pun ia berusaha, hidup tak pernah memberinya kesempatan. Dan setelah kehilangan satu-satunya pekerjaannya, Jacob siap untuk menyerah sepenuhnya. Kemudian sesuatu yang aneh terjadi. Tepat saat ia hendak mengakhiri hidupnya, sebuah suara asing bergema di telinganya. [Selamat datang di Sistem Miliarder Hebat.] Dan untuk pertama kalinya, Jacob punya cara untuk melawan. Dari yang lemah dan bangkrut, ia akan naik ke puncak-satu koin dan satu pekerjaan pada satu waktu. Karena di dunia di mana uang dapat membeli kekuasaan, Jacob akan menjadi orang terkaya dan terkuat di dunia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRAXX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KETAKUTAN
Jacob mulai berjalan. Dia begitu tenang dan penuh perhitungan hingga dia bahkan berani memasukkan tangannya ke dalam saku saat mengikuti dua gadis itu. Langkahnya tidak tergesa. Yah, dia memang tidak perlu terburu-buru.
Gang di samping gedung sekolah itu sepi. Tempat itu teduh karena pohon-pohon yang tinggi dan tembok beton yang membentang di belakang. Itu adalah tempat yang sempurna bagi anak-anak untuk menyelinap atau nongkrong tanpa terlihat. Sayangnya bagi Ellie dan Belle, mereka sangat terlihat.
Saat Jacob berbelok di sudut, dia langsung melihat kedua gadis itu. Namun, dia tidak langsung maju. Sebaliknya, Jacob bersandar pada sudut tembok, menyilangkan tangan. Dia memastikan dirinya tidak terlihat.
Dia tidak ingin ada yang melihatnya, terutama dua anak itu. Dia tetap di sana cukup lama, mendengarkan percakapan mereka.
"Ibuku mengatakan aku masih terlalu kecil untuk mendapatkan tas desainer baru." rengek Ellie, suaranya penuh dengan nada manja yang menyebalkan. "Dia benar-benar sangat membosankan . Aku tahu aku baru 11 tahun, tapi aku sudah dewasa!”
"Aku juga," jawab Belle, suaranya pelan dan sedih, tapi kamu bisa mendengar rasa kesal di baliknya. "Mereka memperlakukan kita seperti seorang bayi."
"Setidaknya kita tidak seperti Selena itu. Dia selalu memakai pakaian yang sama setiap hari." Ellie mendengus sambil memutar matanya. "Ya, dan sepatunya juga seperti... Sudah usang sekali," gumam Belle.
"Bsnar sekali!" Ellie mengangguk. "Dan ibuku mengatakan kalau keluarganya miskin. Sangat miskin. Itu sebabnya dia tidak pernah membawa makanan yang bagus.”
"Mungkin itulah sebabnya dia menjadi cengeng!" Belle berpura-pura terkejut dengan nada mengejek. "Seperti minggu lalu, saat aku tidak sengaja' menjatuhkan tasnya dari meja dan dia hanya berdiri di sana seperti patung. Dia bahkan tidak berkata apa-apa! Benar-benar sangat membosankan!”
"Itu sebabnya seru! Dia tidak pernah melawan, dan walaupun dia mengadu, tidak ada yang percaya padanya." Belle tertawa seolah-olah pengetahuan itu memberinya kebahagiaan.
Jacob menyipitkan matanya sambil mendengarkan dengan seksama. Setiap kata jahat yang ditujukan pada Selena terasa seperti pukulan ke wajahnya sendiri. Tangannya masih di saku, tapi jarinya sudah menggenggam menjadi kepalan.
Dia bisa tahu bahwa kedua anak itu tidak sadar ada orang yang sedang mendengarkan percakapan mereka. Mereka terlalu terbiasa mengatakan apapun yang mereka inginkan tanpa konsekuensi. Seolah-olah mereka bukan anak-anak lagi.
Itu membuatnya berpikir tentang seperti apa orang tua mereka. Mereka pasti orang tua yang buruk, karena tidak bisa mendidik anak-anak mereka.
"Sejujurnya." Ellie mendesah sambil duduk di tanah, "aku harap dia dipindahkan ke kelas lain. Aku tidak suka dia. Wajahnya sangat menyebalkan dan pacarku mengatakan kalau dia cantik! Aku tidak mau itu."
"Tidak apa-apa, Ellie." Belle menepuk punggung Ellie. "Kalau tidak, kita bisa membuatnya pergi!"
‘Anak-anak sialan ini..’
Itu sudah cukup.
Jacob melangkah keluar dari sudut tempat dia bersembunyi. Dia melangkah maju, kini terlihat sepenuhnya. Begitu Ellie dan Belle melihatnya, mereka menghentikan kata-kata mereka dan terkejut.
Mata kecil mereka melebar, tubuh mungil mereka langsung berdiri tegak. Tapi tetap saja, mereka tidak terlihat takut. Seolah-olah mereka tahu bahwa meskipun bermasalah, mereka akan dengan mudah lolos karena orang tua mereka pasti akan melindungi mereka seperti biasanya.
"Selamat pagi, anak-anak, apa yang sedang kalian lakukan di sini?" Jacob tersenyum manis. Senyumnya begitu manis hingga dia bisa merasakan sudut bibirnya sakit saat dia mengulurkannya lebar-lebar.
Ellie dan Belle berkedip menatapnya. Ada jeda singkat sebelum akhirnya mereka kembali ke sikap sombong biasanya.
"Kau siapa?" tanya Ellie dengan dahi berkerut. "Ini sekolah. Kamu tidak boleh ada di sini."
"Ya, dasar paman aneh!" Belle menambahkan dengan ejekan.
Senyum Jacob sedikit bergetar.
"Oh, tidak," katanya dengan tenang, "bukan seperti itu. Aku hanya lewat dan mendengar ada anak-anak yang akan membully seorang gadis bernama Selena. Nama itu terdengar familiar. Aku pikir aku mengenalnya."
"Kenapa kau kenal dia? Dia kan orang yang tidak berguna.” Mata Ellie menjadi penasaran saat menatap pria tinggi di depannya.
"Ya! Ya! Dia juga membosankan!" Belle menyahut sambil menyilangkan tangan. "Mengapa kau berbicara dengan kami? Kau bukan guru atau orang tua."
"Tidak," jawab Jacob sambil tersenyum lebih lebar. "Aku kakaknya."
Untuk sesaat, kedua gadis itu terdiam. Tapi kemudian Ellie tertawa sombong, jelas tidak takut.
"Terus apa? Kau akan menangis untuknya?"
Belle ikut terkikik di sampingnya.
Dan itu sudah cukup.
Senyum Jacob lenyap.
Kesabarannya menipis, apalagi terhadap anak-anak seperti ini. Itu salah satu hal yang paling dibenci di dunia.
Jacob melangkah maju. Senyumnya turun, dingin. Dia tidak pernah menyakiti perempuan, apalagi anak-anak.
"Aku awalnya tidak berniat ikut campur," katanya tenang, "karena kupikir mungkin kalian hanya anak-anak yang belum tahu apa-apa."
Satu langkah lagi.
"Tapi sekarang aku melihat kalian memang tahu. Dan kalian tetap melakukannya."
Ellie secara refleks mundur selangkah. Tawa kecil Belle terhenti di tenggorokannya, dan dia jadi terdiam.
Jacob sedikit jongkok, menurunkan tubuhnya agar sejajar dengan mata mereka, tapi tetap cukup tinggi untuk membuatnya terasa terancam.
"Kalian pikir menyenangkan membuat orang lain merasa kecil?" katanya sambil memiringkan kepala. "Menertawakan orang karena mereka miskin?" Matanya menggelap, ekspresi manisnya sudah lama hilang.
"Biarkan aku menjelaskannya dengan sederhana. Kalau aku mendengar salah satu dari kalian bahkan hanya menatap adikku dengan cara yang salah lagi," dia mendekat, suaranya kini hanya setingkat bisikan.
"Aku akan menculik kalian berdua dan membuang kalian ke laut, oke?"
Mulut Ellie sedikit terbuka, wajahnya tiba-tiba pucat. Sementara Belle berkedip, tidak yakin harus menjerit, menangis, atau lari.
"A-a-apakah kau serius…?” suara Ellie bergetar. Dagunya gemetar saat dia secara refleks bersembunyi di belakang Belle, rasa percaya dirinya kini hilang.
"Kau tidak boleh berkata begitu!" Belle tiba-tiba bersuara, tapi nadanya pecah. "Itu... Itu jahat! Kau akan mendapatkan masalah!"
"Mungkin." jawab Jacob datar sambil berdiri kembali. "Tapi bagaimana mereka tahu itu adalah aku, kalau aku lebih dulu sudah membuang kalian ke laut?" Jacob tersenyum lagi.
"Jadi... Apakah sudah jelas?"
Kedua gadis itu tidak menjawab. Mereka hanya berdiri kaku dengan tangan gemetar.
"Aku tanya. Apakah... Kalian… Mengerti?"
"Y-ya." gumam Ellie dengan suara pecah. Belle juga cepat-cepat mengangguk.
"Bagus." Senyum Jacob kembali, tapi kali ini bukan manis. Senyumnya dingin dan penuh arti.
"Sekarang," dia memberi isyarat dengan tangannya, "jangan mengatakan ini kepada siapapun, oke? Kalian akan melihat apa yang terjadi jika melakukan itu."
"Y-ya.." jawab mereka berdua hampir bersamaan, suara mereka kecil. Mereka ingin menangis keras-keras dan kabur, tapi terlalu takut.
"Baiklah. Pergi sekarang."
Tanpa sepatah kata lagi, kedua gadis itu langsung lari terbirit-birit seperti kucing ketakutan.
Jacob bahkan bisa mendengar mereka menangis sambil berlari, saling menyalahkan.
"Huh–itu sangat mudah." Jacob hampir tertawa.
【Ding!】
【Selamat, Tuan Rumah!】
【Misi Selesai.】
【Anda mendapatkan +1 pengaruh.】
【+$1,000 telah ditambahkan ke kekayaan Anda.】