NovelToon NovelToon
Dewa Ninja Lima Element

Dewa Ninja Lima Element

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Reinkarnasi / Kelahiran kembali menjadi kuat / Epik Petualangan / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Ilmu Kanuragan
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Igun 51p17

menceritakan kisah seorang pemuda yang menjadi renkarnasi seorang lima dewa element.

pemuda itu di asuh oleh seorang tabib tua serta di latih cara bertarung yang hebat. bukan hanya sekedar jurus biasa. melainkan jurus yang di ajarkan adalah jurus dari ninja.

penasaran dengan kisahnya?, ayo kita ikuti perjalanan pemuda tersebut.!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Igun 51p17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 17

Di dalam hutan lebat yang nyaris tidak tersentuh oleh banyak manusia, berdiri tegak sebuah perguruan dari aliran golongan hitam yang dikenal dengan nama Perguruan Badai Neraka.

Bangunannya kokoh, seakan menantang siapa saja yang berani mendekat. Aura kengerian menyelimuti tempat itu, karena siapa pun yang mencoba mengusik akan berhadapan dengan para anggotanya yang kejam, tak segan menghabisi lawan demi menjaga rahasia perguruan tetap tersembunyi.

Pagi itu, saat matahari mulai menyingsing di ufuk timur, enam belas pendekar melayang ringan di antara dahan dahan pohon, tubuh mereka seolah tanpa beban Karena menggunakan kemampuan meringankan tubuh yang cukup baik. Sesampainya di depan perguruan, mereka mendaratkan kakinya dengan tenang lalu masuk begitu saja. tanpa ada satu pun penjaga yang menghalangi langkah mereka.

Mereka melangkah masuk tanpa suara, membawa rasa kesedihan sebab kehilangan anggota yang mereka bawa dari sebuah kegagalan misi.

Saat berada di dalam perguruan. Lima belas orang berkumpul di halaman sembari meletakkan empat jasad rekan mereka yang sudah tewas dengan kepala yang sudah terpisah. Hingga menimbulkan sedikit keributan bagi para murid, guru pengajar dan para anggota yang ada di sana. Mereka secara bersamaan mulai mendekat mengerumuni jasad dari anggota mereka.

"Kalian tunggu di sini, dan urus jasad mereka bersama yang lain, aku akan melapor kepada ketua" kata salah satu dari mereka yang di anggukan kepala oleh rekan rekannya.

Orang tersebut berjalan menuju tempat ketua mereka. Rasa lelah dah kantuk yang menderanya ia tepiskan sejenak dengan cara menggoyangkan kepalanya. Demi menyampaikan informasi dengan cepat kepada sang ketua.

Saat ini orang itu sudah berada di depan pintu ruangan dari ketua perguruan. Lalu mengetuk pintu sejenak sebagai tanda meminta izin kepada sang pemilik ruangan.

Tok..

Tok..

Tok..

Suara ketukan pintu yang berbunyi. Saat di ketuk oleh orang tersebut.

Suasana hening sesaat. Hingga tidak berapa lama kemudian. Satu suara terdengar dari dalam menanggapi ketukan pintu.

"Silahkan masuk pintu tidak di kunci" suara itu menembus dinding pintu, sehingga dapat di dengar oleh orang yang ada di luar.

Krekk..

Suara pintu berderit ketika di buka dengan pelan. Orang itu menyelinap masuk. Lalu berjalan ke arah pemilik dari ruangan tersebut yang tengah duduk di satu kursi dengan sebuah meja datar di depannya.

"Kau datang dengan cepat. Apakah kalian berhasil menjalankan misi?" Tanya pemilik ruangan yang ternyata adalah ketua dari perguruan itu, Ki Saganda.

Orang yang baru datang itu, menundukkan kepala sesaat sembari nenelan ludahnya sendiri. ada getar takut di hatinya. Namun ia mencoba untuk meredamnya.

"Maaf ketua, kami memutuskan untuk kembali sebelum menyelesaikan misi. Hal itu di sebabkan karena empat orang dari kami tewas dengan cara mengerikan ketika berada di dalam kota, kepala mereka terpenggal " jawab orang tersebut dengan sedikit berhati hati agar tidak membuat ketua mereka tersinggung.

Ki Saganda memelototkan matanya menatap orang yang basu saja bicara dengan raut wajah yang marah.

"Dasar bodoh. Apa yang sudah kalian lakukan, mengapa ada anggota yang terbunuh. Lalu siapa yang sudah berani membunuh anggota kita?" Tanya Ki Saganda dengan nada amarah. Tangannya mengepal erat. Seolah menahan emosi tersebut.

Orang itu menundukkan kepala dalam dalam, napasnya bergetar seolah menanggung beban yang terlalu berat. Matanya enggan bertemu dengan tatapan tajam penuh ancaman dari Ki Saganda, sang ketua yang duduk tegap di depannya.

"Kami tidak tahu, Ketua," suaranya sedikit tercekat,

"Waktu itu kami membagi tim dan berpencar, dengan tujuan supaya lebih cepat menemukan pemuda itu. Akan tetapi, kami tidak mengetahui akan terjadi seperti ini." Lanjut orang itu menjelaskan dengan hati hati.

Ki Saganda diam saja, wajahnya membeku tanpa sepatah kata pun. Tatapannya menusuk, tapi pikirannya melayang, mencoba merangkai teka teki siapa dalang pembunuhan anak buahnya. Sehingga membuat suasana hening sesaat.

Selain itu, ia juga berpikir jika pemuda yang mereka  incar sudah berada di Perguruan Jaya Abadi.

"Tidak ada pilihan lain," akhirnya Ki Saganda memecah keheningan dengan suara berat.

"Kita akan menyerang Perguruan Jaya Abadi. Gelar abadi yang di milikinya akan kita hilangkan menjadi sebuah kehancuran." kata Ki Saganda penuh tekad yang membara dengan niat yang kejam.

"Jika pemuda itu sudah menyerahkan benda itu kepada Ki Kurawa, maka aku akan ambil paksa darinya. meskipun harus dengan cara membunuhnya" Lanjut Ki Kurawa lagi.

Mata Ki Saganda menatap orang yang ada di depannya. Lalu ia menyuruh orang tersebut untuk mengumpulkan semua anggota di halaman.

"Kau bisa keluar sekarang. Dan kumpulkan semua anggota kita" kata Ki Saganda Tegas memberi perintah.

Orang di depan menganggukkan kepalanya. Lalu, ia memutar badan berjalan keluar dari ruangan sang ketua.

Dalam langkah cepat, ia segera memberitahu semua anggota untuk berkumpul di halaman perguruan. Sesuai dengan apa yang sudah di perintahkan oleh ketua perguruan mereka.

Tidak butuh waktu lama, mereka semua sudah berada sudah berada di halaman perguruan sembari menunggu kedatangan sang ketua.

Ki Saganda masih terdiam di dalam ruangannya, alisnya berkerut dalam dalam. Matanya menatap kosong ke arah meja, mencoba menebak siapa dalang di balik kematian anak buahnya.

“Apakah pemuda itu yang melakukannya?” gumamnya pelan, penuh tanda tanya.

Pada saat ini, belum ada musuh yang benar benar di curigai selain pemuda itu sendiri.

Ki Saganda membayangkan kalau pemuda itu memang melakukan perlawanan saat ditemukan dan hendak ditangkap oleh empat anggotanya yang kini terbaring kaku tak bernyawa.

“Kalau memang dia pelakunya. maka dia bukan pemuda biasa,” pikirnya, bibirnya perlahan melengkung menjadi senyum licik.

“Aku harus merekrutnya, membuatnya lebih kuat. Apalagi kalau benda itu ada padanya dan dapat di gunakan olehnya.” gumam Ki Saganda dengan penuh keyakinan.

Dengan langkah mantap, Ki Saganda bangkit berdiri dari tempatnta dudukd. Lalu kakinta melangkah keluar ruangan, berniat menemui semua anak buah di halaman perguruan. Rencana besar sudah terbit dalam pikirannya.

Ki Saganda berjalan menuju halaman yang sudah di penuhi oleh banysk anggotanya. Hingga pada saat ini, ia sudah berdiri di atas sebuah podium dengan tempat yang sedikit lebih tinggi dari pada para anggotanya.

Matanya tajam menatap semua orang yang ada di sana. Ia menarik napas dalam dalam. Mengisi rongga paru parunya. Lalu mengeluarkannya kembali secara perlahan.

Huhhh..

"Aku mengumpulkan kalian di sini karena satu alasan dan satu keputusan mutlak" kata Ki Saganda memulai pembicaraannya.

Semua orang mendengar ucapan Ki Saganda. Namun mereka tidak berbicara ataupun menyahuti perkataan ketua mereka itu. justru pada saat ini, mereka sedang menunggu kelanjutan dari kata kata yang akan keluar dari mulut sang ketua. Sehingga membuat suasana hening sejenak. Hanya sedikit deru angin yang terdengar di halaman perguruan itu

Ki Saganda menatap sekeliling halaman, suaranya berat dan penuh tekad.

"Kita akan menyerang Perguruan Jaya Abadi dan merebut benda pusaka yang dipegang oleh seorang pemuda. Bisa jadi, pusaka itu juga  sudah sampai ke tangan Ki Kurawa," ujarnya dengan sorot mata yang membara.

Semua anggota saling bertukar pandang. Beberapa terlihat bersemangat karena haus akan pertarungan, serta tantangan yang akan datang, sementara yang lain menundukkan kepala, wajah mereka mengungkapkan ketakutan dan keraguan, terutama para murid dari perguruan itu yang tidak memiliki kemampuan tinggi dalam pertarungan nyata. Meski begitu, tak seorang pun berani menolak keputusan ketua mereka.

Keheningan merayap, terpecahkan oleh suara pertaanyaan dari salah satu anggota,

"Kapan kita akan menyerang?" tanyanya dengan suara yang bergetar.

Ki Saganda mengangkat dagu, matanya menyapu seluruh ruangan sebelum menjawab tegas,

"Persiapkan diri kalian . Dalam waktu dekat, kita akan menyerang." Ucapannya menutup pertemuan, tapi getaran waspada dan semangat sudah memenuhi udara.

Hari itu juga semua orang dari Perguruan Badai Neraka mempersiapkan semuanya dalam pertempuran melawan Perguruan Jaya Abadi.

Semua peralatan senjata, seperti pedang, golok, panah, tombak dan berbagai jenis senjata lainnya sudah di persiapkan. akan tetapi, mereka semua tidak bisa mempersiapkannya dalam waktu singkat. Hingga membutuhkan waktu beberapa hari ke depan, agar semuanya siap total tanpa ada kekurangan.

Di sisi lain.

Seorang pemuda yang berada di dalam Kota Rasaujaya sedang melesat di tempat yang sedikit sunyi dari keramaian penduduk.

Di depan dadanya tergendong erat satu sosok bayi mungil. Yang sedang tertidur dalam dekapan pemuda tersebut.

Bayu Wirata.. ya begitulah sebutan nama bagi pemuda itu.

Pada saat ini, Bayu Wirata sedang dalam perjalan menuju Perguruan Jaya Abadi. Dengan membawa amanat dari seorang wanita bernaka Rani Sartika, ibu dari bayi yang ia bawa dalam gendongannya.

Sesaat kemudian, Bayu Wirata melihat bangunan yang menyerupai sebuah perguruan dari kejauhan. Dengan rasa penasaran tinggu. Ia melangkah mendekat ke arah bangunan tersebut untuk memastikannya.

"Semoga saja itu perguruan yang aku cari" gumam Bayu Wirata dalam hati.

Hingga saat jarak sudah dekat. Pemuda itu melihat tulisan besar di sebuah plakat gerbang perguruan. Yang bertuliskan Perguruan Jaya Abadi.

"Benar itu dia Perguruan Jaya Abadi, akhirnya aku menemukannya" kata Bayu Wirata dengan senyum yang lebar.

Huppp..

Pemuda itu mendaratkan kakinya di atas tanah. Lalu ia melangkah mendekat ke arah perguruan tersebut.

Terlihat dua penjaga gerbang sedang berdiri Menatap kedatangan Bayu Wirata yang tidak mereka kenal. Dalam menjalankan tugasnya, mereka langsung menghadang pemuda tersebut. Serta memberikan pertanyaan yang memang selalu di pertanyakan oleh petugas penjaga gerbang.

"Kamu siapa dan ada keperluan apa datang kemari?" Tanya salah satu dari mereka.

"Aku Bayu Wirata. Aku datang kesini untuk menemui orang yang bernama Ki Kurawa. Aku membawa pesan penting untuknya" jawab Bayu Wirata memperkenalkan diri serta menyebutkan tujuannya datang ke dalam perguruan tersebut.

Sesaat kedua penjaga saling pandang. Lalu mereka melihat pemuda di depannya dari atas sampai ke bawah.

"Jika kau membawa pesan penting, seharusnya kau tidak perlu membawa adikmu, cepat katakan apa tujuanmu yang sebenarnya" kata penjaga gerbang yang tidak mempercayai ucapan pemuda di depannya.

"Benar, Ki Kurawa adalah ketua perguruan ini. Ia tidak akan mau bertemu dengan orang orang yang tidak di kenal atau pun dengan alasan yang tidak jelas." Timpal rekannya yang lain.

Bayu Wirata mendengar apa yang di katakan oleh dua orang di depannya. Hal itu membuatnya sedikit heran.

"Apakah begini cara golongan putih menyambut tamu?" Gumam Bayu Wirata dalam hati.

Pemuda itu sedikit menarik napas dalam dalam. Mencoba meredakan rasa amarah yang ada pada dirinya ketika mendengar sambutan tidak mengenakan dari kedua orang di depannya.

"Aku mengatakan kebenarannya. Lagi pula, bayi ini bukan adikku. Kedatanganku kesini memang membawa bayi ini yang kemungkinan berhubungan dengan Ki Kurawa" Sahut Bayu Wirata.

"Jika kalian menghalangi hal penting untuk Ki Kurawa. Maka kalian sendiri yang akan di salahkan olehnya" lanjut Bayu Wirata sedikit memberi ancaman. Agar dirinya dapat masuk ke dalam perguruan tersebut.

Dua penjaga gerbang saling bertukar pandang kembali, bibir mereka tercekat saat mendengar perkataan pemuda itu. Ada getar kekhawatiran yang samar di mata mereka, takut jika kata kata dari pemuda itu benar adanya. Namun, rasa ragu juga tetap mengganjal, sulit mempercayai sosok asing yang tiba tiba datang ke perguruan mereka.

Mata mereka menancap tajam ke arah Bayu Wirata.

"Bagaimana jika kau menipu kami, dan malah membahayakan ketua?" tanya salah satu penjaga dengan suara tegang.

Bayu Wirata hanya menggeleng pelan, senyumnya tipis menghiasi wajahnya. "Pertanyaan yang sangat bodoh," gumamnya pelan. Ia tidak mengeluarkan kata kata itu agar tidak memancing amarah orang di depannya.

"Jika aku berbohong dan menipu kalian, bukan kalian yang akan menghukumnya, melainkan ketua kalian sendiri," jawabnya santai, namun ada tantangan dalam tatapannya.

"Apa kalian meragukan kemampuan ketua kalian?, jika aku membahayakannya?" Lanjut Bayu  Wirata bertanya.

Kedua penjaga itu terpaku, tak mampu menjawab, seolah kata kata Bayu Wirata meredam keberanian mereka. Akhirnya, salah satu dari mereka menghela napas panjang, menyerah.

"Baiklah. Aku akan mengantarmu," ucapnya berat hati. Pintu gerbang terbuka dengan derit pelan, dan langkah mereka masuk ke dalam, Bayu Wirata mengikuti dengan tenang di belakang.

Pada saat ini, Bayu Wirata sudah memasuki Perguruan Jaya Abadi yang cukup besar dan luas.

Di dalamnya banyak sekali bangunan bangunan bagi para murid untuk tinggal. Halaman latihan perguruan juga sangat luas hingga dapat menampung lebih dari seribu murid.

Di halaman latihan tersebut. Terlihat banyak murid yang sedang latihan dalam gerakan gerakan pertarungan.

Sesaat para murid menghentikan aktipitas mereka ketika melihat kedatangan seorang pemuda yang membawa bayi mungil di gendongannya.

Tatapan mereka tajam, seolah olah tidak memiliki tanda persahabat sama sekali kepada pemuda tersebut.

Bayu Wirata melihat apa yang di lakukan oleh para murid perguruan. Akan tetapi, ia tidak terlalu memperdulikannya. baginya adalah sampai di tempat tujuannya dan menyerahkan bayi itu adalah hal yang utama.

"Aku tidak peduli dengan tatapan kalian" gumam Bayu Wirata.

Bayu Wirata di bawa oleh penjaga gerbang menuju salah satu ruangan yang menjadi milik ketua perguruan. Hingga beberapa saat kemudian mereka sudah sampai di salah satu ruangan yang bisa di katakan paling bersih di dalam perguruan tersebut.

Tok..

Tok..

Tok..

Suara pintu di ketuk oleh penjaga gerbang dari luar.

"Maaf ketua. Ada yang ingin bertemu. katanya ada yang ingin di bicarakan" kata penjaga tersebut dari luar.

Suasana hening sejenak. Mereka sama sama menunggu respon orang yang ada di dalamnya.

Hingga beberapa saat kemudian, satu suara terdengar dari dalam ruangan.

"Silahkn masuk. Pintu tidak di kunci" kata suara tersebut. Dengan nada yang serak. Menunjukkan jika orang yang bicara itu sudah cukup tua.

1
nts 03
no komen yg jelas keren banget
nts 03
keren/Good//Good//Good//Good/
nts 03
keren
igun 51p17
berikan bintang lima kalian sebagai penyemangat saya dalam berkarya.
Baby MinMin <3
Baper abis. 😢❤️
Claudia - creepy
Hats off untuk authornya, karya original dan kreatif!
Zuzaki Noroga
Kece banget!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!