Asila Angelica, merutuki kebodohannya setelah berurusan dengan pemuda asing yang ditemuinya malam itu. Siapa sangka, niatnya ingin menolong malah membuatnya terjebak dalam cinta satu malam hingga membuatnya mengandung bayi kembar.
Akankah Asila mencari pemuda itu dan meminta pertanggungjawabannya? Atau sebaliknya, dia putuskan untuk merawat bayinya secara diam-diam tanpa status?
Penasaran dengan kisahnya? Yuk, simak kisahnya hanya tersedia di Noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ika Dw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12. Kalian Pelakunya
"Tuan, gawat! Ini benar-benar gawat! Sistem diretas oleh hacker. Kita kehilangan data-data penting perusahaan, kita juga mengalami kerugian senilai dua puluh lima triliun."
"Apa?"
Seketika Edgar terkejut dan panik bukan main. Selama ini tida pernah ada orang yang berani bermain-main dengannya, kini secara tiba-tiba saja cara kerja sistem melemah diretas oleh orang tak dikenal.
"Cepat cari tahu, siapa pelakunya! Pokoknya aku nggak mau tahu, hari ini juga kalian harus bisa menemukan pelakunya, jika tidak..., kalian akan ku pecat!"
Panik, bingung dan tak bisa berpikir dengan jernih. Bagaimana jika sampai sistem tidak bisa normal kembali, tentu ia akan mengalami kerugian yang lumayan besar dan mungkin bisa gulung tikar.
"Dirga! Kau orang yang sangat ku percaya! Tolong cari tahu siapa pelakunya, kalau sampai dia ditemukan, jangan dikasih ampun."
"Baik Tuan, akan saya usahakan."
Dirga mulai memikirkan cara bagaimana mana bisa melacak si pengendali sistem, tentu itu bukanlah orang yang sembarang, pasti orang itu sudah jago menjadi maling kelas kakap.
Edgar mengusap kasar wajahnya. Dia benar-benar gelisah tak tenang. Dia langsung menghubungi pihak keluarga dan orang-orang yang bersangkutan dengannya, termasuk rekan bisnisnya yang bekerjasama langsung dengannya.
Tak lama dari itu pihak keluarga datang dan langsung menemuinya. Kedua orang tuanya langsung menyalahkannya dan dianggapnya ceroboh.
"Edgar! Bagaimana bisa ini terjadi? Apa kau memiliki musuh?" tanya Arga, sang Ayah.
"Aku tidak pernah memiliki musuh. Selama ini tidak pernah ada orang yang berani main-main denganku, aku tidak tahu apa kesalahanku, sampai-sampai ada hacker masuk membobol sistem. Jika data-data penting itu diketahui orang luar, tamatlah riwayatku!"
"Pasti kau sudah membuat ulah dengan orang lain! Tidak akan ada asap kalau tidak ada api, pasti kau yang sudah menyalakan api dan membakar semuanya! Kau benar-benar ceroboh Edgar! Kau tak berguna!"
Diah, sang ibu menangis sejadi jadinya. Bagaimana ia bisa kehilangan uang triliunan dalam waktu singkat. Itu uang perusahaan yang sudah bertahun-tahun dikembangkan, kini perusahaan diserahkan pada Edgar untuk dikelolanya, dan kini mendapat masalah besar hingga kemungkinan besar bakalan membuatnya bangkrut.
"Ma, tenang dulu, jangan buru-buru menyalahkan Abang!"
Rehan, sang adik tak percaya jika kakak laki-lakinya telah melakukan kesalahan. Selama ini Edgar selalu berhati-hati dalam bertindak, ya walaupun dia sering membuat orang kesal tapi kalau urusan pekerjaan dia selalu menganggapnya serius. Ia yakin ada orang yang memiliki dendam pribadi dengannya, hanya saja Edgar tak menyadarinya.
"Kita tidak boleh diam saja, ayo cepat cari pelakunya," tegas Diah yang sudah tidak bisa tenang ingin segera bertindak.
"Aku sudah meminta Dirga dan juga orang-orang kepercayaanku untuk melacaknya, semoga pelakunya segera tertangkap."
Diah sangat syok, ia hanya khawatir uang perusahaan senilai triliunan rupiah itu tidak bisa diselamatkan. Bukan cuma itu saja, jika data data penting perusahaan berhasil dibobol tentu akan sangat merugikan. Haruskah ia dan keluarganya menjadi gelandangan? Tak bisa dibayangkan, keluarganya yang disegani banyak orang harus tinggal di trotoar atau bahkan di kolong jembatan.
"Permisi Tuan, saya sudah berhasil melacak posisi hacker. Ini posisinya sekarang. Apakah Tuan mengetahui tempat ini?"
Edgar menautkan alisnya. Ia begitu familiar dengan tempat yang ditunjuk oleh asistennya. Tapi mungkinkah dia yang sudah mengacak-ngacak sistemnya?
"Tuan, bagaimana? Apakah anda~~
"Kita datang ke sana sekarang juga. Ayo cepat siapkan mobil!"
Orang-orang di sekelilingnya hanya saling pandang dengan pemikiran yang kacau. Siapa yang berani merusak kehidupannya hingga membuatnya kehilangan harta miliyaran.
***
Edgar menuju kediaman Wijaya. Dia mengikuti jejak sistem yang tertuju padanya. Setelah memberikan tandatangan kontrak kerja ia langsung diretas hingga kehilangan semuanya, dan Wijaya Grup lah yang harus bertanggungjawab atas apa yang sudah dilakukannya.
"Permisi, apa ada orang?"
Mengingat saat itu jam kerja dan semua orang sibuk di kantor, yakin tak yakin ada seseorang yang masih tertinggal di rumahnya. Menurut sistem yang operasi, posisi hacker ada di kediaman Wijaya, dan tujuan utama harus mendatangi kediamannya terlebih dulu.
"Iya, ini dengan siapa?"
Mendengar ada seseorang mengetuk pintunya yang terbuka, Aruna tergesa-gesa keluar untuk memastikan siapa yang bertamu ke rumahnya.
"Kami datang dari Pratama Grup, dan kami mengalami masalah besar yang diciptakan oleh Wijaya Grup. Sistem kami diretas dan kami mengalami kerugian yang lumayan besar, bukan hanya itu saja, data-data penting perusahaan juga dibobol dan membuat kami kehilangan segalanya."
"Apa? Ini tidak mungkin! Tidak mungkin anak dan suami saya melakukan ini terhadap kalian. Bahkan kemarin Asila datang ke Pratama Grup untuk memperpanjang kontrak kerja." Aruna syok mendengar keluarganya dituduh. Selama ini keluarganya tidak pernah membuat masalah dengan orang lain, apalagi dengan Pratama Grup.
'oh... Jadi Asila namanya? Apa dia bagian dari keluarga Wijaya?'
"Kami tidak akan menuduh tanpa bukti nyonya. Awalnya kami juga tak percaya hal ini bisa terjadi, tapi sistem kami mengarahkan ke tempat ini, tentu posisinya ada di sini."
"Tapi masalah jam segini tidak ada orang di rumah. Saya hanya bersama cucu saya yang masih kecil beserta segenap asisten yang bekerja di sini," bantah Aruna. Aruna gemetaran bukan main, kok bisa-bisanya mereka melayangkan tuduhan pada keluarganya? Padahal kalau dilihat-lihat Asila tak begitu pandai bermain komputer, bahkan Teddy sendiri sudah bertahun-tahun berkecimpung di dunia bisnis, tapi tak pernah membuat masalah sekalipun.
"Nyonya, tolong izinkan kami buat memeriksa di setiap ruangan. Bukannya kami lancang, tapi kami masih curiga ada permainan di rumah ini."
Edgar maupun stafnya tak mau pergi meskipun sudah dijelaskan tak ada orang di rumah. Bahkan beberapa orang itu tetap meyakini pelakunya ada di dalam rumahnya.
"Oh...ya ampun! Kenapa kalian masih tak percaya? Saya sudah katakan nggak ada orang di rumah, dan saya sendiri nggak pandai komputer. Mana mungkin saya yang melakukannya?"
"Tolong jangan halangi kami nyonya, kami tetap harus melakukan pemeriksaan. Kami janji, kalau memang tidak ada yang kami dapatkan, kami bakalan pergi dengan tangan kosong!"
Salah satu dari mereka terpaksa mendorong pelan Aruna yang berdiri di tengah-tengah pintu. Wanita itu tak mampu mengendalikan beberapa orang bertubuh kekar yang sudah masuk ke dalam rumahnya. Dia hanya pasrah dan langsung menghubungi pihak keluarga.
"Ayo cepat cari di seluruh ruangan, termasuk kamar," tegas Edgar. Pria itu tak mau ada yang tertinggal dan harus mencarinya di setiap titik tertentu.
Di sebuah kamar ada dua bocah yang tengah mengobrol. Tanpa ragu Edgar membuka pintunya yang tertutup. Bocah itu terkejut dan meraih laptop yang tergeletak di kasur.
"Laptop? Bocah sekecil ini bermain laptop?"
Edgar mengambil laptop yang tengkurap namun masih menyala. Matanya terbelalak melihat sistem yang dioperasikan oleh anak kecil itu. "Kalian? Oh.... jadi kalian pelakunya!"