Valentine Lee mengalami malam terburuk dalam hidupnya. Ia diperkos4 oleh pria yang mencintainya selama ini, lalu mendapati tunangannya berselingkuh. Dalam kepedihan itu, ia mengalami kecelakaan dan kehilangan ingatannya.
Saat sadar, seorang pria tampan dan berkuasa bernama Vincent Zhao mengaku sebagai tunangannya dan membawanya pulang untuk tinggal bersamanya.
Namun ketika ingatannya pulih, Valentine akhirnya mengetahui siapa Vincent Zhao sebenarnya. Akankah ia memilih Vincent yang selalu melindunginya, atau kembali pada tunangan lamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
"Tuan Zhao, Valentine adalah putriku, aku membesarkan dia dengan tanganku sendiri. Kalau Anda ingin menikahinya, tentu saja harus bayar mas kawin. Ini adalah adat kita," ujar Sandra dengan senyum manis yang terasa dipaksakan. Matanya berbinar bukan karena kebahagiaan, melainkan kilau keserakahan.
Vincent berdiri tegak, sorot matanya menusuk langsung ke arah Sandra. "Jangan mengira aku tidak tahu sikap kalian terhadap Valentine," ucapnya dengan nada rendah namun penuh tekanan. "Kalian hanya menganggapnya sebagai mesin pencari uang. Kalau pun Valentine berhutang padamu, dia sudah melunasi hutangnya selama ini. Dan sekarang… kalian masih berani meminta mas kawin kepadaku?"
Sandra tersentak, namun sebelum sempat membalas, Arnold maju setengah langkah, suaranya terdengar memaksa.
"Tuan Zhao, setelah Valentine menikah denganmu, dia telah menjadi istrimu. Kami adalah keluarganya. Bagaimanapun, Anda harus membayar apa yang sudah kami berikan untuknya. Walau dia bekerja untuk membiayai kami, tapi itu adalah kewajibannya."
Tatapan Vincent berubah lebih tajam, seolah setiap kata yang keluar akan menjadi pisau yang menusuk balik lawan bicaranya. "Apakah kalian menganggapnya sebagai keluarga sendiri?" suaranya naik setingkat, membuat ruangan terasa sesak. "Di saat Valentine dalam keadaan koma, apakah ada dari kalian yang merawatnya? Kenapa di saat dia sudah sadar, kalian berani meminta uang dariku?"
Ia melangkah mendekat hingga jarak mereka sangat dekat, auranya membuat Sandra dan Arnold terpaksa mundur setapak.
"Aku memang punya uang," lanjutnya, merangkul pinggang Valentine dengan gerakan protektif, "tapi jangan pernah berharap aku akan memberikan sepeser pun kepada kalian."
Keheningan menggantung beberapa detik sebelum Vincent menambahkan, suaranya kali ini dingin dan mematikan,
"Ada lagi… mulai detik ini, kalian tidak boleh mendekati Valentine. Jangan sampai aku tahu kalian masih ingin memanfaatkannya. Kalau sampai terjadi, aku tidak akan sungkan memberi kalian balasan yang jauh lebih kejam."
Vincent lalu menarik Valentine lebih rapat ke sisinya, langkah kakinya mantap menuju pintu. Sandra, Arnold, dan Katty hanya bisa berdiri membeku, wajah mereka pucat pasi seperti baru saja melihat eksekusi di depan mata.
Setelah mereka tiba di mobil yang terparkir di luar sana, tiba-tiba ponsel Vincent berdering. Di layar, tertera nama Anita.
"Masuklah ke mobil," kata Vincent singkat pada Valentine.
Valentine mengangguk pelan dan segera masuk ke dalam mobil setelah pintu dibukakan oleh Willy, yang sejak tadi setia menunggu di sana.
"Hallo," sahut Vincent, menjawab panggilan itu dengan suara datar.
"Vincent, kami sedang menunggumu. Mama memintamu pulang sekarang!" suara Anita di seberang terdengar sedikit mendesak.
"Ada hal penting apa?" tanya Vincent tanpa nada antusias.
"Ada yang harus kita bicarakan!" jawab Anita cepat.
Tanpa berkata lagi, Vincent memutuskan panggilannya, lalu masuk ke mobil.
Malam hari – Mansion Keluarga Zhao
Ruang tamu keluarga Zhao terasa tegang. Samantha duduk tegak di sofa utama, sementara Anita dan Jacky berada di sisi lain, tatapan mereka tertuju ke arah pintu masuk.
Begitu Vincent melangkah masuk, aroma tembakau mengiringi kehadirannya. Ia mengeluarkan sebatang rokok, lalu menyalakannya tanpa terburu-buru.
"Vincent, kami sudah menunggumu dari siang hingga malam. Kenapa kau datang terlambat?" tanya Anita, suaranya terdengar tak sabar.
"Kalau ada masalah penting, bisa dibicarakan lewat telepon. Kenapa harus mendesakku datang cepat? Aku paling tidak suka didesak," jawab Vincent tenang, menghembuskan asap rokoknya.
"Vincent, katakan sejujurnya. Jacky memberitahu kami, dia melihat kau bersama Valentine. Apakah itu benar?" tanya Samantha, menatap tajam.
Vincent tetap berdiri santai, rokok di ujung jarinya berasap.
"Paman, Valentine adalah tunanganku. Tidak mungkin Paman bisa menyukainya, kan?" ujar Jacky, mencoba mengukur reaksi pamannya.
"Kenapa kau mengira aku tidak menyukainya?" balas Vincent, nada suaranya tenang tapi tajam.
"Karena banyak wanita yang lebih cantik dari Valentine yang menyukaimu. Mana mungkin Paman memilih wanita biasa," jawab Jacky tanpa ragu.
"Vincent, apakah benar kau yang membawanya pergi dari rumah sakit?" tanya Anita, matanya menyipit penuh penasaran.
"Benar. Aku yang membawa Valentine pergi, dan saat ini dia tinggal bersamaku," jawab Vincent, suaranya dalam dan tegas.
"Apa?" Samantha dan Anita hampir bersamaan terperanjat.
Vincent menatap mereka satu per satu, lalu berkata, "Karena dia akan menjadi istriku."
Ucapan itu membuat mata mereka membelalak, keterkejutan tergambar jelas di wajah masing-masing.
"Menikahi tunangan dari keponakanmu sendiri? Bukankah ini sangat berlebihan?" ucap Anita tak percaya.
"Vincent, kalau hanya ingin bersenang-senang, kau bisa mencari wanita lain. Kenapa harus Valentine?" kata Samantha.
"Paman, aku sangat mengenalmu. Paman bukan orang yang mudah jatuh cinta… apalagi terhadap Valentine. Jadi mana mungkin akan menikahinya," ujar Jacky, berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa semua ini hanya gurauan.
"Vincent, lepaskan saja gadis itu. Dia sudah cukup malang. Kalau ingin bersenang-senang, kau bisa cari yang lain," Anita mencoba membujuk.
Samantha menatap lurus ke mata Vincent. "Vincent, beritahu aku. Apakah kau serius… atau hanya ingin bersenang-senang?"