NovelToon NovelToon
Kurebut Suamiku

Kurebut Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Pelakor / Penyesalan Suami
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: megatron

Sagara mengalami hilang ingatan setelah kecelakaan tragis, tidak ada kenangan Lania dalam pikirannya.

Lania merasa sedih, terlebih-lebih Sagara hanya mengingat sekertaris-nya yang tak lain adalah Adisty.

Peristiwa ini dimanfaatkan Adisty untuk menghasut Sagara agar menceraikan Lania.

Lantas, dapat kah Liana mempertahankan rumah tangganya?
Apakah ingatan Sagara akan kembali?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon megatron, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Merasa Bersalah

Tidak banyak perbedaan dari hari ke hari, aktif di kantor berjalan monoton. Para pegawai datang pagi pulang sore, karena kondisi pasar tidak terlalu ramai. Sepertinya dampak dari corona beberapa tahun silam masih terasa.

“Pagi Pak Sagara,” sapa pegawai yang kebetulan berpapasan dengan direksi perusahaan.

“Pagi,” jawab Sagara tanpa mengurangi kecepatan langkah. Dia harus menyelesaikan banyak hal, membuat peluang agar bisnisnya tidak lekas gulung tikar. Agenda padat, rapat direksi, laporan bertumpuk.

Tadi pagi sewaktu bangun, Sagara sedikit pusing. Informasi yang dia terima terasa tumpang tindih.

Di balik ekspresi tenangnya hari ini, pikiran dipenuhi oleh dua nama, Adisty dan Lania.

Kedua wanita itu seperti saling menyerang, Sagara tidak pernah menyadari sebelumnya sebab Adisty sudah seperti kerabat.

Sudah bertahun-tahun wanita itu mendampingi langkah profesionalnya. Namun, setelah percakapan semalam dengan Lania—tentang kepergian, kehamilan, dan kepercayaan—ada sesuatu yang menggoyahkan keyakinannya.

Ada sesuatu yang coba Adisty tutupi. Dia tidak pernah mengatakan apa-apa mengenai kedekatan Lania dengan pria lain.

Kendati demikian, pernyataan Lania tak kalah mengusik pikiran. Istrinya yakin bahwa diam-diam Adisty menyimpan perasaan terhadapnya.

Terdengar pintu diketuk sekali, Adisty masuk membawa tablet dan map laporan.

“Pagi, Ga,” sapanya seperti biasa.

Senyum tipis Sagara tunjukkan, lantaran tidak ingin niatnya terbongkar di awal. “Kirim semua file kegiatan dua bulan sebelum kecelakaan ke email pribadi saya.”

Seperti mempertimbangkan sesuatu, Adisty terdiam sebentar. “Untuk apa... ada sedang kamu cari?”

Bolpen yang sedari tadi dipegang, Sagara menatap Adisty cukup lama sebelum akhirnya bicara, “Hanya meninjau ulang beberapa hal.”

“Baik, saya kirim segera.” Adisty tersenyum simpul, ekspresi tenang seperti biasa.

Setelah wanita itu keluar, Sagara membuka laptopnya dan langsung masuk ke arsip email lama. Dia mencari satu hal: korespondensi antara Adisty dan pihak luar, khususnya selama masa peralihan tugas Lania sebelum berhenti mengurus perusahaan.

Beberapa jam kemudian, Sagara menemukan sesuatu yang janggal. Email tanpa subjek. Dikirim Adisty ke alamat email tak dikenal, isinya hanya satu kalimat:

"Sudah selesai. Dia setuju dengan tanggal yang sudah kita tentukan."

Jadwalnya... tiga hari sebelum Lania benar-benar undur diri.

Sagara bersandar di kursi, rahangnya mengeras. Dia belum tahu konteksnya, tetapi intuisi yang selama ini diabaikan mulai menuntut jawaban. Jemarinya membuka rekaman CCTV internal yang dikirim ke emailnya.

Pada pukul 20.17 malam—hari yang sama dengan tanggal email itu—terlihat Lania keluar dari ruangannya. Wajahnya tampak lelah dan kecewa.

Beberapa menit kemudian, Adisty masuk ke ruangannya, tersenyum kecil sambil membawa berkas—satu tangan masih memegang ponsel.

Sagara menatap layar. Yakin ada sesuatu yang tidak beres dan untuk pertama kalinya sejak kecelakaan, merasa memegang kendali.

Mulai hari ini... dia yang akan lebih berhati-hati dalam bertindak.

Ketukan pelan terdengar, Adisty masuk membawa dokumen dan tablet seperti biasa. Dia mengamati perubahan sikap direksi pagi ini, Sagara tidak seperti biasanya.

Bosnya agak pendiam. Tatapan matanya lebih tajam dan dalam. Cara bicara yang lebih lambat, tetapi juga penuh penegasan.

“Ini laporan yang kamu minta,” ucap Adisty sambil meletakkan berkas ke meja. “Tapi, untuk data CCTV lama, arsipnya masih dikunci oleh sistem lama IT. Aku sudah minta tim mengaksesnya.”

Sagara hanya mengangguk. “Terima kasih.”

Adisty memperhatikan setiap gerakan Sagara. Cenderung datar dan minim respons, dia tidak merasakan sikap penurut laki-laki itu.

Ini aneh, tidak seperti pasca kecelakaan. Adisty melangkah mundur, tetapi pandangan melekat kepada Sagara.

“Kamu sedang menyelidiki sesuatu? Sejauh ini tidak ada masalah serius dalam perusahaan.” tanya Adisty hati-hati. Pertanyaan yang terdengar ringan... tetapi berbalut keinginan tahuan.

Pandangan Sagara bertabrakan dengan mata Adisty. Dia pun buru-buru mengalihkan tatapan ke arah lain. Pertanyaan terdengar disertai tawa ringan, “Apa maksudmu?”

Adisty balas tersenyum kecil. “Aneh aja, kamu minta data dari dua bulan sebelum kecelakaan.”

Jemari Sagara kembali mengambil pena. Dia menulis sesuatu, kemudian menatap Adisty. “Untuk kebutuhan marketing, kita perlu meninjau ulang.”

“Kebutuh marketing? Aku bisa bantu,” balas Adisty cepat, senyum lebar kian terpampang.

Sagara sengaja memberi jeda. Dia tidak mau Adisty merasa diselidiki. Dia tidak mau salah dalam menilai. Wanita ini penting bagi perusahaan.

“Bisa panggil Kanaya,” pinta Sagara.

“Kanaya?”

“Ehem.” Sagara mengangguk.

“Baik.” Adisty bergegas keluar ruang.

Sagara membuang napas keras, menunggu sambil memeriksa laporan. Dan beberapa menit kemudian interkom berbunyi. Dia tidak mau repot mengangkat gagang telepon, jadi menekan tombol pengeras suara.

“Ga, Kanaya lagi stok opname.”

“Oh, okay. Makasih.”

Telepon pun dimatikan, Sagara mengambil napas dalam-dalam. Dia akan menemui gadis itu nanti saja.

Satu jam

Dua jam

Istirahat makan siang terlewat.

Sagara sengaja menyibukkan diri dan mengurangi interaksi dengan Adisty.

Langit mulai meredup di balik jendela kaca gedung Sagara Corp. Di lantai 18—jauh dari lantai utama direksi—suasana lebih tenang, nyaris senyap. Di ruangan inilah Naya, staf PR senior, bekerja. Wanita itu dikenal kalem, rajin, dan... pernah cukup dekat dengan Lania saat masih aktif di kantor.

Hari ini, untuk pertama kalinya sejak lama, Sagara muncul di depan mejanya.

“Naya,” sapanya tenang.

Naya refleks berdiri. “Pak Sagara! Maaf, saya tidak tahu Bapak—”

“Tenang saja. Saya cuma ingin bicara sebentar, santai.” Dia melirik ke ruang pantry kecil. “Boleh saya duduk sebentar di sini?”

“Silakan, Pak,” jawab Naya sambil menata dua gelas air mineral. Dia gugup—bukan karena takut, tetapi karena tidak pernah melihat Sagara turun sendiri, tanpa Adisty.

Beberapa menit kemudian, mereka duduk berhadapan di meja kecil. Sagara menatapnya dengan tatapan lembut.

“Kamu dulu cukup dekat dengan Lania, kan?” tanyanya pelan.

Naya sedikit kaget, tapi mengangguk. “Ya, Pak. Bu Lania orang yang hangat dan memperlakukan pegawai dengan baik.”

“Menurutmu... apa yang membuat dia mengundurkan?” Sagara lupa alasan Lania berhenti, atau malah benar-benar tidak tahu sama sekali.

Naya menunduk dan terdiam. Matanya menatap meja, ragu.

“Jawabanmu penting bagiku,” tambah Sagara cepat. “Aku hanya ingin tahu versi orang lain. Versi yang mungkin... tidak pernah sampai kepadaku.”

Naya menarik napas.

“Waktu itu... Bu Lania sering terlihat lelah. Bukan cuma fisik, tapi emosional. Kadang dia diam di pantry, menatap layar kosong. Kadang pulang mendadak. Tapi setiap dia cerita... dia selalu bilang ‘tidak apa-apa’”.

“Hanya itu.” Sagara menunduk sedikit.

“Ya, tapi Bu Lania pernah melamun dan bicara sendiri “ Dia merasa kalah saing.”

“Kalah saing?”

Naya mengangguk. “Dia merasa tersingkir pelan-pelan. Banyak keputusan kantor yang melibatkan Pak Sagara, tapi Bu Lania seolah ditahan untuk ‘tidak ikut campur’. Dan... maaf, Pak—dari luar, Bu Adisty mendominasi. Bukan cuma sebagai asisten, tapi... seperti ingin melindungi posisinya.”

Wajah Sagara tetap tenang, tapi rahangnya mengencang. Tangan mengepal di bawah meja, dia tidak menyadari hal ini sebelumnya.

“Lania pernah bilang sesuatu soal aku?” tanyanya.

Kanaya tersenyum miris. “Dia cuma bilang satu hal, Pak. ‘Sagara terlalu sibuk menjaga reputasi sampai lupa menjaga hubungan sendiri’ maaf Pak, Bu Lania tidak mengatakan langsung, saya tidak sengaja mendengarkan sewaktu akan masuk ruangan.”

Hening.

Oksigen dihirup panjang sebelum Sagara berdiri pelan. “Terima kasih, Naya. Ini... cukup membuka mata saya.”

Saat Dia melangkah pergi, Kanaya memanggilnya pelan.

“Pak Sagara?”

Sagara menoleh.

“Bu Lania bukan pergi karena menyerah. Dia pergi karena terlalu lama diam.”

Sagara menatapnya dalam, lalu mengangguk. Dan untuk pertama kalinya sejak kecelakaan itu, dia benar-benar merasa bersalah.

1
[AIANA]
wah dia bukan mak lampir, ternyata dia iblis,
[AIANA]
mak lampir plis hus hus hus.
[AIANA]
tantang aja. kalau kamu (Sagara) masih memperlakukan lania dg buruk dan memilih mak lampir, aku dg tangan terbuka akan menampungnya. hahahaha
Mega: Hahaha, siap jadiin ayam geprek ya.
total 1 replies
Queenci Kim
💃🏻💃🏻
Iza
😭😭😭
[AIANA]
nah, jadi orang bodoh lagi kan. sebel aku lama2
Mega: Sabar-sabar, masih awal.
total 1 replies
[AIANA]
ini si Sagara, sekalipun ilang ingatan. sekalipun yg dia ingat adalah perdebatan tentang perceraian. kok dia lupa sama hatinya ya? ada hal lain kah yg belum dibahas?

jujur selain hasutan nenek lampir, atau ingatan ttg Lania, smp saat ini keinginan sagara sendiri ga jelas
Mega: Sagara jadi korban penulis plin-plan. kikikikik
total 1 replies
[AIANA]
waktu istri
Mega: Banyak banget typo ternyata ya. kikikikik. nulisnya sambil-sambil. Nanti, deh, revisi lagi. makasih
total 1 replies
[AIANA]
bentar, aku ga salah kan? skg ini si Lania kondisi hamil kan ya?
Mega: Iya, kikikikikikik.
total 1 replies
Mega
MasyaAllah dapat kejutan aku. Makasih sudah sempatkan mampir. kikikikikikik
[AIANA]
lihai bener sih ini nenek lampir
kamu dapat inspirasi dari mana jal
[AIANA]
meninggal kamar. sereeem.
hai sayang. aku datang karena penasaran
Mega: Ayo mulai nulis lagi
[AIANA]: semangat!!! aku bangga padamu. kamu aja kyk gt apalagi aku. malu udah hiatus 1th
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!