Dean Willis Granger cucu dari pemilik Rumah Sakit ternama Gr.Hospital. Menjadi cucu laki - laki satu - satunya dan belum menikah, membuat pria itu menerima beban tuntutan dan harus menerima akan perjodohan yang telah di atur sang kakek.
"ck ini sudah zaman modern tidak perlu perjodohan atau semacamnya" tolaknya dengan santai seraya memakai jas nya.
"Tidak, besok acara makan malam. Tidak ada penolakan Dean" ketusnya yang berlalu meninggalkan cucunya yang mematung.
***
Pertemuan dengan keluarga Ashton nyatanya merubah sudut pandang Dean. Gadis Nakal yang dia temui tempo lalu di sebuah bar nyatanya adalah calon adik iparnya. Sifatnya bertolak belakang dari saat pertama kali bertemu.
"Naomi, masih ingat denganku?" Kedua alisnya terangkat dan memberikan seringainya.
"S-siapa? Mau apa memgikutiku hah? Kau ini calon suami kak Grace!" memberikan ultmatum.
"Aku tidak berselera tidur dengan pria yang usianya lebih tua dariku" ejek Dean menirukan kalimat yang pernah diucapkan Naomi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jeonfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menanti Hadiah
Pria itu membasuh tangannya lalu beralih ke area wajahnya. Dia menuangkan fashial wash ke telapak tangannya lalu menggosokan ke area wajahnya.
Dia mengambil lap wajah yang tergantung di depannya. Bibirnya mengulik senyum tipisnya. "ck... menyukainya? Pertanyaan yang konyol" ucapnya berdesis. Dia mengingat pertanyaan yang di lontarkan oleh kakaknya sejak tadi di mobil.
"Gadis nakal itu .. chhh" ucapnya dengan senyumnya. Dia melenggang pergi setelah mengeringkan telapak tangannya dan menuju ke ruangan wardrobe untuk mengganti pakaiannya dengan piyama.
***
"Kakek belum tidur" tanya Natasha pada kakeknya yang sedang berdiri di balkon malam hari. Menatap sendu ke arah langit.
"Hmm.. kakek belum mengantuk. Sedang mencari udara segar" sahutnya menjawab. Dia kembali mengarahkan pandangannya ke depan, menyimpang kedua lengannya di sanggaan besi di balkon.
"Tapi ini hampir tengah malam kek, seharusnya kakek di dalam. Udaranya dingin tidak baik berlama - lama disini loh" ucap Natasha memperingatkan. Dia ikut berdiri di samping William.
"Sebentar lagi saja. Kamu sendiri belum tidur Natasha?" Tanyanya mengerutkan keningnya.
"He he aku tidak bisa tidur jadi aku berjalan - jalan sebentar dan melihat kakek disini." Ucapnya memberikan jawabannya.
"Hmm .. bagaimana makan malamnya? Apa penilaianmu sekarang tentang wanita yang kakek pilihkan untuk Dean?" Tanyanya menatap ke arah cucu pertamanya. Menunggu jawabannya.
"..... hmm..." dia mulai kebingungan bagaimana menjelaskan tentang sudut pandangnya sendiri.
"Penilaianku tidak berubah. Dia memang baik dan dari segi hal yang lainnya sama tekunnya dengan Dean. Tapi .." ucapnya yang menggantung.
"Tapi apa?" William mulai menatap serius cucunya setelah mendengar arah pembicaraan ini menjadi serius.
"Tapi aku akan tetap menyerahkan semua keputusannya kepada Dean. Biarkan dia yang memilih bahagianya sendiri. Ada hal yang memang tidak bisa kita atur dengan hasil yang kita mau kek" tuturnya memberikan penjelasannya.
"Hmm.. kakek juga merasa adikmu tidak terlalu tertarik. Entah wanita yang seperti apa lagi. Seharusnya dia mencari kekasih, kakek tidak menyuruhnya untuk terus terusan bekerja tanpa memikirnya dirinya sendiri" kesalnya yang memberikan lirikan tajamnya.
"Aku yakin dia akan memilih wanitanya kek. Tugas kita bukannya hanya mendukungnya saja? Semenjak mama pergi untuk selama - lamanya dan papa menikah kembali. Dia seperti kehilangan warnanya. huh, aku juga merasa bersalah karena menikah terlebih dahulu dan berjauhan dengannya." Tuturnya sedikit sendu dengan mata yang berkaca - kaca. Dia mengartikan perannya sebagai kakak dan saudara satu - satunya.
"Ya, kakek tentu akan mendukung. Dia sudah dewasa untuk memilih yang terbaik untuknya sendiri. Semoga tidak lama lagi kakek mendengar kabar baiknya" harapnya dengan penuh kecemasan.
***
"Naomii.. apa kamu sudah memilih kapan jadwal wisudanya?" Tanya Jeanne yang tiba - tiba datang seraya berlari. Dia datang menepuk bahu Naomi, mengagetkannya.
"Eh, hmm aku sekarang masih bingung" tuturnya menampilkan layar ponselnya yang berisikan jadwal kegiatan wisuda. Dia memilih antara dua bulan kemudian atau enam bulan kemudian. Itu jadwal yang diberikan oleh kampus.
"Loh .. bukannya seharusnya kita memilih jadwal yang paling cepat? Untuk apa menunggu lama?" Tutur Jeanne merasa heran.
"Hmm.. Jeanne, aku belum memiliki pekerjaan. Jika aku wisuda dalam waktu dekat ..." Jeanne mengerti maksud dari perkataan sahabatnya. Dia pasti akan merasakan insecure akan pencapaiannya.
"Huh, aku mengerti Naomi. Bagaimana jika kamu mencoba apply lamaran pekerjaan dari sekarang? Aku akan membantumu." Tutur Jeanne dengan memberikan semangatnya.
"Sungguh?" Tanya Naomi yang merasa senang dan tidak percaya. "Iya, aku akan membantumu. Aku yakin kamu juga akan segera mendapatkan pekerjaan Naomi. Jadi sekarang kamu klik saja tanggal itu" tutur Jeanne mengarahkan telunjuk Naomi untuk memilih jadwal wisuda yang diagendakan dua bulan kemudian.
"Baiklah , kita akan wisuda bersama kan ? Aku senang sekaligus sedih huu" ucapnya memeluk Jeanne dan dibalas dengan pelukan balik.
***
*tok tok tok*
"Presdir saya izin masuk" tuturnya dari luar pintu. "Silahkan masuk" jawabnya dari dalam. Pria itu menggunakan kacamatanya dan masih sibuk memindai berkas - berkas yang dipegangnya.
"Presdir ada yang ingin saya diskusikan" ucap Grace meminta izin. Dean menutup berkasnya dan beralih menatap Grace. Dia mempersilahkan Grace untuk duduk dan menyimak akan pembahasan yang akan mereka bahas.
"Begini presdir, saya ingin melaporkan terkait dokter dan perawat dari Rumah Sakit yang akan pergi untuk menjadi relawan.
Grace memberikan data beberapa calon dokter dan perawat yang dimungkinkan menjadi relawan bencana banjir di luar kota.
"Apakah sudah di cek terkait riwayat pemeriksaan dengan para pasien yang bersangkutan?" Tanya Dean memeriksa setiap data dokter dan perawat.
"Sudah presdir, untuk mereka yang dicalonkan memang memiliki jadwal yang lenggang untuk bulan depan sehingga tidak akan mengganggu proses pelayanan di sini" tutur Grace yang memberikan alasan yang dia miliki.
"Hmm.. baiklah. Kamu tinggal membuat surat penugasan dan izin pihak yang bersangkutan. Segera laporkan pada saya terkait persetujuan fix yang akan menjadi relawan disana!" tutur Dean memerintah memberikan tugasnya.
"Baik presdir akan segera saya laporkan terima kasih" ucapnya yang mulai berdiri dan berniat untuk meninggalkan ruangan.
"Oh iya saya lupa, buat undangan rapat untuk nanti malam dengan manager bagian divisi keuangan ada yang perlu saya kaji bersama nanti" ucapnya memberikan perintah lanjutan.
"Iya presdir" ucap Grace yang kemudian berpamitan.
***
Naomi tak henti - hentinya tersenyum saat di perjalanan di Taxi. Dia sudah memiliki janji dengan kakaknya akan pergi ke mall untuk membeli handphone terbaru untuknya sebagai hadiah kelulusan.
"Sudah jam lima sore pasti kakak sebentar lagi keluar" ucapnya saat melihat waktu di ponselnya. Dia begitu senang sampai - sampai memilih datang ke Rumah Sakit agar langsung bisa pergi ke mall.
"Aku tunggu di caffe sana saja ah" tuturnya melihat caffe kecil di dekat rumah sakit. Dia memesan ice coklat seraya menunggu kedatangan kakaknya.
Waktu terus berjalan sesuai pada tempatnya. Langit mulai berganti warna menjadi malam. Minuman yang dia pesan sudah habis sejak tadi. Sampai sekarang dia belum melihat kedatangan kakaknya. Padahal sedari tadi dia sudah mengirimkan pesan pada kakaknya jika dia sudah sampai dan menunggu di caffe dekat Rumah Sakit.
"Kak...?" Dia mengirim pesannya lagi karena tak kunjung mendapat balasan.
"Apa kakak sibuk ya?" Tanyanya dengan sedikit keraguan di benaknya. Naomi mencoba untuk melakukan panggilan telepon dengan kakaknya namun tak kunjung mendapatkan jawaban. Dia mencoba untuk berfikir positif dan masih mau menunggu kakaknya datang.
Dia membuang cup minuman di tangannya yang sudah habis. Berdiri di depan caffe dengan memegang ponselnya.
***
"Tuan rapatnya bisa segera dimulai lima belas menit lagi. Saya masih mempersiapkan data lanjutan yang baru dikirim tadi sore" ucap salah satu staff divisi keuangan yang berpapasan dengan Dean.
"Iya selesaikan dulu saja. Saya akan keluar dulu" tutur Dean yang memberikan ruang bagi staffnya untuk menyelesaikan tugasnya.
Dean memijit keningnya yang cukup penat, ada data keuangan yang tidak sesuai dengan laporan dan mutasi. Dia tidak ingin mengulur waktu yang lain untuk mengerjakan ini, untuk itu dia memilih untuk menyelesaikan di hari yang sama dengan bekerja lembur.
Dean pergi keluar dari Rumah Sakit untuk sejenak mencari udara segar karena kepentannya menganalisis berkas dan mencocokannya di laporan komputer.
Sepertinya mata minus yang dia miliki terasa bertambah, matanya mulai terasa sakit dan pandangannya sering kabur jika melihat kajauhan.
Pria itu berjalan menuju ke arah kanan dari Rumah Sakit, pergi ke arah caffe. Dia akan memebeli ice coffe yang sering dia beli disana.
***
"Kakak.. kalau kakak masih sibuk kita bisa mengatur jadwal lagi. Kalau begitu aku akan pulang saja, sepertinya akan turun hujan" enter. Dia mengirim pesan lanjutan pada kakaknya Grace yang belum juga membalas.
Langit sudah gelap. Bahkan kilatan cahaya dari petir sudah terlihat. Dia memperkirakan jika kali ini akan hujan turun. Untuk itu dia memilih untuk segera pamit dan mencari taxi yang ada untuk kembali pulang.
Naomi mengalihkan pandangannya, melihat ke arah sepatu yang diam di depannya. Pandangannya yang menunduk karena sibuk dengan ponselnya membuatnya belum bisa melihat siapa yang ada di depannya.
"Gadis Nakal" desisnya yang membuat Naomi menengadahkan pandangannya dan melihat ke arah sumber suara.