NovelToon NovelToon
Bad Boy Falling In Love

Bad Boy Falling In Love

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Bad Boy / Idola sekolah
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Violetta Gloretha

"Siapa nama lo?." Suara lelaki itu yang dalam bergema di telinga seorang gadis yang menatapnya dengan penuh minat.

"A-abila!." Jawabnya tergagap

"Apa cewek itu ngeliatin kita?." Lelaki itu melirik ke arah gadis lain yang tengah memperhatikan mereka dengan mengepalkan tangannya.

Abila yang mengerti maksud lelaki tampan yang berdiri di hadapannya itu langsung mengangguk pelan. "I-iya."

"Good!."

Tanpa berkata apa pun lagi, lelaki itu langsung mencium bibir Abila

Dan, tidak ada yang menyangka bahwa ciuman itu yang akan menentukan nasib mereka.

Satu ciuman dari bad boy tampan dan semua berakhir bagi Abila

Sejak orang tuanya meninggal, Abila Beyza Auliandra lebih suka menjalani kehidupannya dengan tenang. Pemalu dan pendiam, Abila hanya bisa bersikap bebas ketika berada di dekat sahabatnya, Rafka Shankara Arsala pemain basket yang sedang naik daun di sekolah mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

8

Rafka berlari cepat kedepan saat bola dilempar kearahnya dan ia menangkap sebelum menggiringnya melintasi lapangan. Tetapi Rafka hadang oleh pemain lawan bertubuh besar dan mempunyai otot-otot besar.

Pemain tersebut mencoba mengambil bola dari Rafka, tetapi Rafka berhasil menghindarinya dan mengopernya ke rekan setimnya yang lain.

Posisi Zerga berada ditengah, dihadang oleh dua pemain lawan, tetapi ia berhasil melewati mereka dan menangkap bola dari salah satu rekan setimnya.

Pertandingan mulai terasa menegangkan karena kedua tim terlibat dalam perebutan poin, sementara penonton terus bersorak untuk menyemangati tim kesukaan mereka.

Setiap kali tim sekolah sma Mahardhika berhasil mencetak gol, penonton dari pihak mereka bersorak keras, dan mengumpat kesal saat tim lawan yang mencetak gol.

Abila dengan tatapan penuh minat menonton pertandingan tersebut, pandangannya tertuju kearah Rafka. Dan sesekali melirik kearah Zerga yang sikapnya berubah dari mendominasi menjadi serius. Ia sering kali meneriakkan perintah kepada rekan setimnya atau menyemangati mereka saat mereka mencetak gol, tetapi ia bahkan tidak melihat kearah Rafka.

Pertandingan berlanjut beberapa saat dan Abila semakin merasa khawatir dengan hasilnya. Ini adalah pertandingan pertama Rafka dan dia juga tidak ingin kalah dari Zerga. Perasaan Rafka akan hancur jika dia sampai kalah dari Zerga.

Raut wajah Zerga memerah saat dia melihat skor. Skornya 30-30 sekarang, hanya tinggal beberapa menit lagi hingga peluit akhir dibunyikan. Ia telah mencetak sebagian besar poin, tetapi orang-orang hanya akan mengingat pemain yang akan mencetak poin terakhir. Mereka hanya butuh satu poin lagi untuk menang.

Dan dialah yang akan mengakhiri skor seri ini.

Rafka juga melirik papan dan sangat khawatir. Ia sangat ingin memenangkan pertandingan ini dan ini mungkin kesempatannya untuk akhirnya mengalahkan Zerga. Darahnya mendidih saat tiba-tiba memikirkan insiden yang terjadi di loker Abila dan ia ingin menunjukkan kepada Zerga bahwa dirinya lebih baik dari Zerga dalam segala hal.

Salah satu anggota tim mereka, Rizal melakukan dribbling, melacu dengan cepat melewati tim lawan. Zerga berlari kearah lingkaran dan begitu pula Rafka. Beberapa lawan juga berlari mengejar mereka. Rizal menghindari lawan dan melempar bola kearah lingkaran. Kapten tim lawan melompat untuk mempertahankan.

Dalam sekejap, Zerga dan Rafka juga ikut melompat. Tangan mereka terulur untuk meraih bola, tetapi saat itu juga, mereka saling berbagi pandangan dengan tatapan penuh bermusuhan. keduanya saling berpikir ingin mengalahkan satu sama lain.

       Semuanya terjadi seakan dalam gerakan yang lambat. Seluruh stadion memperhatikan saat kedua pemain berusaha meraih bola. Jari-jari Zerga menyentuh bola, tetapi rasa sakit yang tajam di ibu jarinya malah membuatnya gagal. Sementara Rafka berhasil menerjang kedepan dan memasukkan bola kedalam keranjang basket.

Peluit terakhir dibunyikan, pertanda bahwa pertandingan sudah berakhir. Zerga terjatuh dengan posisi terduduk, dia terlihat terkejut.

Berbeda dengan Rafka yang tersenyum puas dan seluruh pendukung mereka bersorak begitu keras hingga membuat beberapa orang menutup telinga saking kerasnya teriakan kemenangan itu.

Abila melompat kegirangan, gadis itu merasa senang setelah melihat Rafka berhasil mencetak poin terakhir. Semua orang berlari mendekatinya, memberikan selamat dan terima kasih atas kemenangan itu.

Pelatih bertepuk tangan, dari raut wajahnya saja sudah menunjukkan bahwa dia sangat bangga dengan Rafka yang sudah menunjukkan prestasinya, padahal Rafka adalah pemain baru.

Hanya Zerga yang tetap diam, duduk dilapangan. Tatapan tajamnya mengarah pada Rafka. Semua pujian yang Rafka terima seharusnya menjadi miliknya.

Di tengah semua itu, Zerga melihat sosok gadis kecil Abila yang sedang tersenyum gembira melihat Rafka. Zerga perlahan beranjak dari duduknya dan berjalan menjauh dari lapangan basket, dia marah karena sudah gagal mencetak poin terakhir.

Abila menunggu Rafka menghampirinya dengan sabar. Karena lelaki itu sedang di banjir oleh orang-orang yang memberikan selamat kepadanya atas kemenangan pertamanya dan membuat Rafka tidak bisa langsung istirahat.

Meskipun lelaki itu berkeringat dan terlihat kelelahan, tetapi kebahagiannya tidak mengenal batas. Rafka menoleh kearah Abila dan meminta izin kesemua orang, sebelum akhirnya berlari kearah gadis itu.

"Abila!." Rafka tertawa kecil dan langsung memeluk Abila.  "Lo nonton semua pertandinganya sampe selesaikan?."

"Ya jelas dong!." Abila menganggukkan kepalanya. "Kamu luar bisa banget! Bunda pasti bangga banget sama kamu."

Rafka melingkar lengannya di bahu Abila dan mereka berjalan menuju tempat yang tidak terlalu ramai.

"Lo tau ngga? Gue sempet mikir kalo gue bakalan kehilangan kesempatan buat cetak poin!." Kata Rafka saat mereka duduk ditangga. "Gue ngga mau kalo Zerga yang berhasil cetak poin terakhir tadi."

"Emangnya itu penting, ya?." Tanya Abila, merasa penasaran. "Kan... dia juga setim sama kamu.  Entah kamu atau dia yang berhasil cetak poin terakhir, itu tetep sama ya kan?."

"Penting lah, Bil." Jawab Rafka. "Skor penentu itu yang paling sulit dan bergengsi. Siapa yang berhasil, dia yang dipuji banyak orang. Contohnya tadi, lo liat sendiri kan? Orang-orang pada ngerumunin gue? Dan yang terpenting, gue udah ngalahin Zerga!."

Abila hanya mengangguk, tidak sepenuhnya memahami keinginan Rafka yang ingin mengalahkan rekan setimnya sendiri. Tetapi masalah diantara dua lelaki iti terlalu serius. Ada konflik ego yang besar diantara mereka, keinginan untuk saling mengalahkan, sekaligus menjadi yang paling terbaik.

"Gue mau ganti baju dulu. Gerah banget soalnya." Kata Rafka sembari mengangkat kerah bajunya. "Oh ya, nanti sekalian gue telpon Bunda, kita pergi ketempat biasa kalau mau ngerayain sesuatu ya."

"Oke deh." Abila menunjukkan jepolnya dan kemudian Rafka pergi untuk berganti pakaian.

Setelah Rafka pergi, Abila membuka ritsleting tasnya dan kaus Zerga ada didalam tas itu, terbungkus rapi dalam kantong plastik. Abila bahkan mencuci dan menyetrikanya sendiri untuk sebelum akhirnya dikembalikan kepada pemiliknya.

Gadis itu menghela napasnya. "Setelah baju ini aku kembaliin, semoga aku ngga pernah ketemu sama Zerga lagi." Katanya bermonolog.

Setelah memastikan bahwa Rafka benar-benar sudah pergi. Abila diam-diam berjalan menuju ruang ganti dan berdiri diluar sembari mencari keberadaan Zerga yang entah ada dimana.

Dua orang pemain lewat sembari tertawa.

"Kira-kira, Zerga pergi kemana ya?." Kata salah satu lelaki pada temannya.

"Gua juga ngga tau sih bro. Tapi dia mau ngga ya ikutan party malam ini?."

"Mungkin dia dateng, tapi telat kayak biasanya."

Setelah mendengar percakapan mereka, Abila menduga bahwa Zerga tidak ada didalam ruang ganti. Jadi Abila memilih pergi untuk mencarinya.

Bersamaan dengan itu, Rafka yang baru saja keluar tidak sengaja melihat Abila yang pergi dan berjalan kearah lain, ketika Rafka hendak memanggilnya, rekan setimnya justru mendatanginya.

"Bro, lo hebat sih tadi, penentuan banget kan tadi? Gua aja deg-degan dan ngga nyangka kalo tim kita bakal menang lawan timnya si Alex bangsat itu."

"Iya bro, tapi sorry gue masih harus buru-buru nih." Kata Rafka sebelum akhirnya berlari untuk mengejar Abila.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!