Ayah Sambungku K-Pop Idol

Hyunjin mulai bernyanyi bersama member yang lain. Sesekali ia menyapa para penggemarnya yang meneriakkan namanya. Hingga ia ada di sisi panggung dekat dengan tempat Kirana berdiri.

Semua orang di sekitar situ langsung riuh karena Hyunjin yang tidak lagi berjalan ke sana ke mari, sibuk memberikan fan service. Dan saat itu tanpa sengaja Hyunjin menangkap sosok Kirana yang berdiri bersama sang putri, tidak jauh dari panggung. Fans yang lain sibuk merekam Hyunjin, kesempatan langka karena bisa ada sedekat ini dengan sang idol. Namun tidak dengan Kirana ia hanya fokus menatap sang idol yang kini juga menatapnya.

Tatapan Hyunjin berubah. Ia tersenyum bahagia begitu juga dengan Kirana. Ia tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya. Kirana juga tak menyangka, Hyunjin bisa menemukannya di antara para fans yang meskipun tidak terlalu banyak, tetap saja jumlahnya ratusan.

Rencana Kirana yang hanya ingin melihat sang idol dari jauh berubah. Kirana malah ingin menemui Hyunjin secara pribadi sekarang. Apalagi Hyunjin malah diam di sana dan tak berkeliling panggung menyapa fansnya yang ada di sisi lain panggung.

Hyunjin memberi isyarat pada Kirana berupa mengacungkan kelingking dan ibu jari lalu ia dekatkan pada telinga. Kirana bisa menangkap maksudnya, Hyunjin ingin Kirana menghubunginya.

Kirana menggeleng tanda menolak untuk menghubungi Hyunjin. Sekilas Hyunjin terlihat kecewa namun kemudian dengan profesionalitasnya ia kembali menyanyi dan pergi ke sisi lain panggung.

Acara sound check pun berakhir. Kemudian malam harinya, konser pun di mulai. Konser yang berlangsung selama tiga jam itu berhasil menghibur para fans. Kirana pun ikut terhibur dan ikut menari dan bernyanyi bersama sang putri.

Hingga konser pun selesai. Kirana dan juga Sienna tiba di apartemen mereka sekitar tiga jam kemudian. Cukup sulit untuk keluar dari venue karena kemacetan yang terjadi setelah para fans keluar dari venue konser.

Setelah mandi, Sienna langsung tumbang. Ia tak memiliki tenaga lagi untuk melakukan hal lain, juga waktu yang memang sudah sangat larut. Hingga ia langsung tertidur. Namun tidak dengan Kirana. Setelah mengunci pintu dan mematikan seluruh lampu, ia ke kamarnya dan mengecek ponsel.

Kirana mengetik balasan untuk Giselle.

Kirana: Makasih ya, Giselle. Sienna seneng banget bisa dateng ke konser Stray Kids lagi.

Giselle: Sama-sama, Kiran. Maaf aku lagi-lagi batal nemenin Sienna nonton. Untung kamu bisa.

Kirana membalasnya lagi dengan mengucapkan tidak masalah dan percakapan pun berakhir. Beberapa saat Kirana menatap ruang obrolannya dengan Giselle. Ia baru sadar, rasa canggung dan benci pada Giselle yang dulu masih ada tertinggal di hatinya kini benar-benar hilang.

"Sejak kapan aku ngerasa biasa aja sama Giselle?" gumamnya.

Kemudian Kirana teringat pada Hyunjin. Ia mempertimbangkan untuk membuka blokirannya terhadap nomor itu. Lama ia ragu, hingga Kirana pun membuka blokirannya.

Tiba-tiba, pesan muncul begitu saja di saat Kirana berada di ruang obrolannya dengan Hyunjin. Sontak Kirana melemparkan ponselnya secara refleks, untung saja ponsel tak bersalah itu mendarat di kasur. Ia meraih ponselnya dan melihat pesan itu.

Hyunjin: (sesuatu dengan tulisan korea)

Kirana tidak paham apa maksudnya. Baru saja akan ia terjemahkan, Hyunjin meneleponnya dan Kirana sontak menahan nafasnya. Ibu jarinya terus beralih dari tanda hijau ke merah, dan terus seperti itu hingga telepon itu terputus. Ia bimbang, jantungnya pun berdegup tak karuan.

Tak lama panggilan Hyunjin kembali masuk. Kali ini Kirana usap tanda hijau dan mendekatkannya pada telinganya.

"Hai," sapa Kirana.

"Kirana, sungguh ini kau? Ini aku, Hyunjin." Terdengar suara yang Kirana rindukan dari seberang sana. Ada lega bercampur senang dari suara indah itu.

"Iya, aku tahu," sahut Kirana dengan senyum yang terkembang lebar di bibirnya. "Apa kabar?"

"Baik dan buruk. Buruk karena selama ini aku merindukanmu. Aku sedih sekali kau memblokir nomorku. Aku tak memiliki kontakmu yang lain dan itu membuatku sangat frustasi."

"Benarkah?" Hati Kirana melambung tinggi.

"Iya, sangat benar. Tapi sekarang tiba-tiba aku merasa baik karena bisa mendengar suaramu lagi. Aku juga bisa melihatmu tadi saat sound check. Tapi aku tidak bisa menemukanmu saat konser. Terima kasih karena kamu menepati janjimu untuk datang."

"Sama-sama," ujar Kirana. Ia masih tak bisa berhenti tersenyum.

"Tidak bisa. Aku harus bertemu. Aku ingin bertemu. Bisakah kau datang ke kamarku sekarang? Aku akan segera pergi dari Jakarta besok pagi."

Kirana menatap ke arah jam dinding di kamarnya. "Tapi ini sudah pukul tiga pagi."

"Hanya ini kesempatan yang aku miliki. Please," mohon Hyunjin.

Kirana terdiam sejenak hingga ia berkata, "Bagaimana jika kamu yang datang ke tempatku? Apartemen Melcia. Lantai 6, unit 0622."

"Kau minta aku datang menemuimu di apartemenmu?"

"Tidak, aku tidak memintamu datang. Hanya saja aku tidak bisa datang ke hotelmu. Tapi jika kamu mau bertemu, kau bisa datang ke sini. Itu pun jika kamu bisa."

"Kirana, kau tahu aku tidak mungkin bisa keluar dari hotel. STAY dari Indonesia sangat mengerikan."

"Kalau begitu, ya sudah. Kita sang bertukar kabar saja. Sampai kamu pulang dari Jakarta, aku tidak akan memblokir nomormu. Tapi nanti saat kamu sudah tidak di sini lagi, aku akan memblokirmu lagi. Bye!"

Kemudian Kirana menutup teleponnya dan menyimpan ponselnya di nakas. Jantungnya masih berdegup kencang. Ia tak ingin membuat dirinya semakin berharap. Menyapa seperti ini saja sudah cukup bukan?

Tak lama karena memang sudah mengantuk, Kirana pun tertidur.

Rasanya ia belum tidur lama, benar saja, saat melirik ke arah jam, Kirana baru tidur selama satu jam. Ia harus terbangun karena bel terus berbunyi. Kirana bangkit dan berjalan menuju pintu, sambil bertanya-tanya, siapa yang datang di jam segini?

Saat pintu terbuka ada seorang pria memakai hoodie, masker, dan topi.

"Cari siapa?" tanya Kirana tanpa curiga.

Kemudian pria itu membuka sedikit maskernya dan seketika Kirana terkesiap. "Hyunjin?!"