Tamara adalah seorang wanita muda yang independen dan mandiri. Ia bisa hidup bahagia dan kaya tanpa dukungan seorang laki-laki. Ia juga membenci anak-anak karena menurutnya mereka merepotkan dan rewel.
akan tetapi takdir membuatnya harus mencicipi kehidupan yang paling ia benci yaitu bertransmigrasi menjadi seorang ibu muda dari anak yang bernasib malang...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Q Lembayun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidur bersama
Dave terus memeluk ibunya dengan begitu erat sambil menangis dan mengeluh.
Mata anak itu terlihat sembab dan memerah ditambah dengan air mata yang bercucuran tak henti-hentinya, membuat siapapun yang melihatnya akan merasa bersimpati dan kasihan pada Dave.
"Bu, kamu berbohong padaku. Katanya ibu tidak akan sakit lagi, tapi ibu bohong. Ibu pembohong.... Ibu, sakit lagi."
Anak itu selalu mengatakan padanya bahwa dia adalah seorang pembohong, hal itu bahkan tak bisa dibantah oleh Tamara. Apa yang dirasakan oleh anak ini begitu nyata dan Tamara tak memiliki pembelaan. Jika saja ia tau keterampilan dari sistem lobak akan membuatnya kehilangan kesadaran, ia mungkin tidak akan meminta keterampilan itu diaktifkan.
Keterampilan itu begitu hebat hingga membuat Tamara yang keras kepala dan independen langsung menjadi gadis yang mellow dan mudah menangis. Semenjak Tamara bangun, ia tak henti-hentinya menangis. Hal itu membuatnya merasa lelah dan semakin lemah.
"Ya, ibu pembohong. Maafkan ibu, ibu salah."
Walaupun Tamara terlihat sedih dan lemah, tapi jauh dalam diri Tamara begitu bersemangat dan penuh bara api. Ia tak henti-hentinya mengumpat pada sistem lobak karena membuatnya kelelahan dan terus mengeluarkan air mata.
'sistem sialan, cepat cabut keterampilan ini. Aku lelah menangis, image ku sebagai wanita karir yang independen telah rusak setelah aku bergabung dengan mu'
Sistem lobak, "maaf tuan rumah tapi keterampilan ini bersifat permanen. Jadi Tuan Rumah harus bertahan dengan kondisi yang ada setidaknya satu tahun ke depan."
Mendengar hal itu Tamara pun menangis lebih banyak dan itu membuat Dave juga ikut menangis dengan keras. Keduanya merengek sambil memeluk satu sama lain dan itu membuat orang-orang yang menyaksikan mereka ikut menangis.
Para dokter maupun perawat di rumah sakit ini mengetahui tentang kisah hidup Tamara dan anaknya. Mereka begitu bersimpati pada keduanya, jadi dapat dikatakan bahwa kisah Tamara dapat dikatakan sebagai kisah yang legendaris di rumah sakit.
"Mereka begitu memprihatinkan, kehidupannya penuh dengan cobaan. Aku benar-benar kasihan pada Tamara dan anaknya hiks."
"Ya, Dave juga anak yang sangat kuat. Dia begitu perhatian pada ibunya. Anak itu sangat tampan dan sikapnya juga sangat baik, tapi kenapa hidupnya sangat menderita hwaaaa."
Seisi rumah sakit yang mendengar kisah Tamara dan Dave menjadi terharu dengan kisah keduanya. Tapi hanya Tamara yang tau bahwa ia menangis bukan karena kisahnya yang tragis, tapi karena sistem lobak sialan yang tak bisa menghilangkan efek keterampilannya yang terlalu kuat.
Saat malam menjelang, Adam sibuk menidurkan Dave di pelukannya. Anak itu telah lelah menangis sepanjang hari, setelah makan dan dihibur oleh banyak suster dan dokter akhirnya Dave dapat tenang serta beristirahat.
"Apakah dia sudah tidur?" ucap Tamara pelan.
Adam pun menganggukkan kepala dan tersenyum, ia takut bersuara lebih banyak karena dapat menggangu istirahat Dave. Setelah itu Adam membaringkan Dave di tempat tidur dan beranjak untuk melihat keadaan Tamara.
"Keadaan mu sudah stabil. Besok aku akan memeriksa mu untuk menentukan apakah kamu bisa melahirkan secara normal atau tidak. Jika tidak, akan lebih baik kita melakukan prosedur operasi. Kamu tenang saja, prosedur operasi tidak semengerikan kedengarannya. Sekarang peralatan sudah canggih, jadi pemulihannya juga akan lebih cepat."
Selama seharian penuh Adam menjaga Dave dan Tamara. Ia bahkan bolak balik menangani pasien dan selalu memastikan keadaannya agar tetap aman. Jika saja Vin sudah meninggal mungkin Tamara akan bersama laki-laki di depannya. Tapi apa boleh buat, Vin masih hidup. Dan yang terpenting adalah menurut sistem Vin tak kalah tampan dari Adam, jadi ia tak terlalu merasa sedih jika harus kembali lagi bersamanya.
"Terimakasih sudah menjaga Dave selama aku dirawat."
"Apa yang kamu katakan, bukankah aku adalah ayah baptisnya. Sudah sewajarnya aku memperhatikan dia, kamu juga adalah pasien ku jadi keadaan mu selalu menjadi prioritas ku. Sudahlah, hari ini kamu telah mengalami banyak tekanan jadi kamu juga harus beristirahat. Kamu harus mengumpulkan banyak tenaga agar dapat melahirkan dengan lancar."
Mendengar hal itu Tamara pun tersenyum ringan. "Ya, aku harus tetap kuat. Masih ada satu nyawa lagi yang ada di dalam tubuhku, jadi aku tidak boleh egois. Terimakasih Adam untuk semuanya, selamat malam."
"Selamat malam, selamat beristirahat." ucap Adam sambil membelai rambut Tamara dengan pelan.
Plakk
Tak lama suara renyah terdengar, itu bukan suara dari kripik yang dimakan tapi suara milik tangan Adam yang di tampar oleh Dharma. Laki-laki itu memasang wajah kesalnya pada Adam karena tak terima Tamara disentuh oleh laki-laki lain.
"Jangan sentuh kakak ipar ku." ucap Dharma sambil mengelap rambut Tamara yang sempat disentuh oleh Adam.
Mendengar hal itu Adam langsung tak terima, ia pun langsung menampar tangan Dharma tak kalah keras. "Kenapa kamu masih ada disini? jam besuk sudah habis kamu dapat kembali lagi kesini besok mulai jam 8 pagi."
"Ya memangnya kenapa? Tamara kan kakak iparku, jadi aku akan menjaganya selama dia berada di rumah sakit ini. Lagipula kamu bukan siapa-siapanya, jadi kenapa kamu masih ada disini?"
"Tentu saja aku berada disini, aku kan dokternya."
Mendengar hal itu Dharma pun menggertakkan giginya kesal, ia lupa bahwa bajingan yang ingin mengambil kakak iparnya ini adalah seorang dokter. Akan tetapi Dharma menolak untuk mengaku kalah, sebagai seorang prajurit ia pantang menyerah tanpa sebuah perlawanan.
"Pokoknya aku tidak akan pulang, selama kakak iparku berada disini, maka selama itu pula aku akan menemaninya. Lagipula kakak ipar ku kan sangat cantik, siapa tau disini ada dokter cabul yang ingin melakukan hal tidak senonoh pada kakak ipar ku yang sedang lemah."
Mendengar tuduhan Dharma, Adam mengepalkan tangan dan ingin menghajar Dharma untuk melampiaskan kemarahannya. Akan tetapi sebagai seorang dokter, ia harus mempertahankan citra positifnya jadi ia menahan tangannya agar tidak melayang ke wajah laki-laki itu.
"Maksud mu aku dokter cabul? Begitu?"
"Aku kan hanya bilang dokter cabul, bukan dokter Adam cabul. Tapi kalau kamu menyimpulkannya begitu, ya mungkin memang begitu. Lagipula wajahmu mendukung dan memang terlihat sedikit... cabul."
Keduanya pun langsung melempar tatapan panas seolah mereka siap untuk saling membunuh setelahnya. Akan tetapi tak ada satupun dari mereka yang memulai perkelahian fisik, keduanya hanya saling melotot satu sama lain sambil menahan amarah mereka yang sebentar lagi akan meledak. Tamara yang melihat hal itupun hanya mampu tersenyum. Keduanya terlihat seperti anak-anak yang berebut mainan kesayangan mereka dan itu terlihat cukup menghibur. Akan tetapi sangat disayangkan bahwa Tamara sedang lelah sekarang, jadi ia tidak memiliki waktu lebih untuk menonton perkelahian keduanya.
"Kalian berdua bisa menginap disini, lagipula ada satu tempat tidur lagi disebelah yang bisa kalian gunakan bersama. Ingat jangan ribut, aku tidak mau Dave bangun karena suara keras kalian."
Keduanya pun menurut dan tidur bersama di satu kasur. Akan tetapi Dharma dan Adam enggan untuk berbaikan, jadi mereka berkelahi dengan menggunakan bahu mereka agar mendapatkan wilayah tempat tidur yang lebih luas. Tamara bahkan tak tahan untuk tersenyum senang karena tingkah kekanakan mereka.
'mereka terlihat seumuran dengan Dave' ucap Tamara di dalam hati.