NovelToon NovelToon
Theresia & Bhaskar

Theresia & Bhaskar

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Teen Angst / Diam-Diam Cinta / Keluarga / Romansa
Popularitas:588
Nilai: 5
Nama Author: Elok Dwi Anjani

Menyukai Theresia yang sering tidak dianggap dalam keluarga gadis itu, sementara Bhaskar sendiri belum melupakan masa lalunya. Pikiran Bhaskar selalu terbayang-bayang gadis di masa lalunya. Kemudian kini ia mendekati Theresia. Alasannya cukup sederhana, karena gadis itu mirip dengan cinta pertamanya di masa lalu.

"Setiap orang ada masanya, setiap masa ada orangnya. Aku yang bodoh telah menyamakan dia dengan masa laluku yang jelas-jelas bukan masa depanku."
_Bhaskara Jasver_

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elok Dwi Anjani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sepupu

"Mau kemana kamu!" Mama menarik Theresia yang ingin dibawa Erga pergi pagi-pagi buta.

"Sekolah, Tan. Emang mau kemana lagi pakai seragam kayak gini?" balas Erga.

"Kemarin Theresia udah kamu bawa pergi pagi-pagi dan nggak ada yang buat sarapan. Sekarang mau bawa There lagi? Nggak-nggak, kamu pergi aja sendiri, There buat sarapan dulu baru pergi." Mama menarik tangan Theresia dengan kasar dari tangan Erga.

"Tapi aku butuh There, ada sesuatu yang harus dia kerjain."

"Apa?"

"Bilang aja bawa There pagi-pagi biar nggak ngerjain tugasnya di rumah." Linsi yang baru saja turun dari tangga dengan wajah baru bangun tidur langsung menabrak bahu Theresia secara sengaja. "There bisa nggak ngerjain tugasnya sampai sebulan ke depan, tapi ada syaratnya."

Mama, Erga, dan Theresia langsung menatap Linsi yang hendak meminum air di meja makan.

"Apa?" tanya Erga.

"Hilangin berita soal gua di sekolah."

"Oke, tapi lo harus janji juga bakal nepatin janjinya."

Erga sedikit ragu-ragu dengan janji Linsi. Terlebih-lebih lagi gadis itu sangat sulit dipercayai omongannya. Ia hanya menginginkan nama baik Theresia kembali seperti semula, namun hal apa yang dapat ia perbuat juga untuk menanganinya.

"Tapi sekarang There buat sarapan dulu, masa gua berangkat tanpa sarapan?" Linsi menatap Theresia yang hanya diam di sebelah Erga. "Kenapa lo diem aja? Masak sana."

"Cepat masak, Re. Mama juga mau siap-siap berangkat kerja abis ini," titah Mama yang menaiki tangga tanpa menoleh ke Theresia.

"Lo duluan aja. Ini cuman bentar kok." Theresia melepaskan tangan Erga yang memegangi pergelangan tangannya dan melepaskan tasnya.

Jelas laki-laki itu tidak akan meninggalkan Theresia. Ia sudah berniat untuk menjaga gadis itu sementara waktu. Yang Erga lakukan sekarang adalah menunggu dan melihat Theresia yang sibuk kesana-kemari untuk memasak.

Walaupun Theresia sudah terbiasa dengan hal ini, tetapi Erga tidak menerimanya. Ia mendekati Theresia dengan menggulung kerah lengan bajunya dan mengendorkan dasinya.

"Gua bantuin motong aja, lo urus itu. Gua nggak bisa kalau urusan perbumbuan." Erga meraih pisau di tangan Theresia dan melanjutkan sesi memotong sayuran yang sudah disiapkan gadis itu.

"Makasih."

Meskipun Erga hanya bisa membantu dalam hal memotong dan menyiapkan bahan lainnya. Itu sudah sangat membantu Theresia untuk mempersingkat waktu agar lebih cepat selesai.

Setelah sibuk memasak. Theresia kembali ditarik Erga untuk segera pergi dengan menyahut tas keduanya yang berada di atas meja makan. Namun saat akan keluar dari dapur, ia berpapasan dengan Linsi yang baru saja turun dengan bercermin di cermin kecilnya yang gadis itu bawa.

"Mau kemana? Buru-buru banget." Gadis itu melirik meja makan yang masih kosong dan berganti ke Theresia. "Mana makanannya? Belum di siapin di atas meja?"

Erga menatap mata Linsi tidak suka, sementara gadis itu mengalihkan pandangannya. "Siapin sendiri, sekalian jilatin juga tuh di wajan-wajannya. Ayo, Re."

Linsi hanya menatap kedua orang itu pergi. Sejak ada Erga, laki-laki itu selalu ada di samping Theresia untuk menjaganya.

...••••...

Saat di perjalanan. Theresia melamun, bahkan seperti tidak bertenaga. Erga yang merasa aneh pun langsung menghentikan sepedanya mendadak.

"Aduh! Jangan rem mendadak lah, Ga," rintih Theresia saat kepalanya terbentur punggung laki-laki itu.

"Lah elo dari tadi diem mulu, mikirin apa sih?" Laki-laki itu kembali mengayuh sepedanya.

"Lo beneren bisa hilangin berita soal Linsi? Itu juga menyangkut gua juga, jadi gua harus ngapain? Emang lo udah ada cara?" Theresia melirik wajah laki-laki itu dari belakang.

Erga juga bingung harus melakukan hal apa. "Mungkin nanti gua pikirin. Tenang aja, serahin semuanya ke gua."

"Kalau butuh bantuan, bilang aja."

"Hhm.."

Tiba-tiba Bhaskar muncul dengan sepedanya di persimpangan jalan. Wajah laki-laki itu tampak berseri saat mengetahui ada Theresia di boncengan Erga.

"Hai," sapa Bhaskar.

"Ha? Ohh, hai." Gadis itu malu jika menatap Bhaskar, ia hanya menundukkan kepala dan meremas pegangannya pada baju Erga di belakang.

Erga yang paham langsung melajukan sepedanya dan menarik tangan Theresia untuk melingkar di pinggangnya. Sontak Bhaskar dan gadis itu juga terkejut. Sementara Erga tersenyum usil.

"Woi! Apa-apaan lo." Bhaskar langsung melajukan sepedanya dengan kencang, sedangkan mereka hampir sampai di sekolahnya.

Diam-diam Theresia menyembunyikan senyumannya saat melihat reaksi Bhaskar seperti itu. Padahal saat Erga menarik tangan Theresia untuk melingkar, tidak lama kemudian gadis itu menariknya lagi.

Ketika sampai di parkiran, Bhaskar langsung menarik kerah baju Erga. Namun ia juga melirik penampilan Erga yang belum rapi. Kerah lengan yang digulung, dasi yang longgar, dan beruntung saja parkirannya masih sepi.

"Penampilan lo aja kayak gini, terus maksud lo apa tadi gituin There?" Bhaskar menatap Erga yang hanya biasa-biasa saja.

"Terus? Kenapa kalau penampilan gua kayak gini? Bisa gua rapiin nanti kok, lagian gua kayak gini karena bantuin There di dapur tadi pagi. Gua tarik tangannya juga buat pegangan, emang salah?"

"Ha? Dapur? Kalian serumah?" Bhaskar melirik Theresia yang menganggukkan kepalanya.

Sontak laki-laki itu melepaskan tarikannya di kerah baju Erga dan terdiam. Berbeda dengan Erga yang kini mulai merapikan penampilannya.

"Ka-kalian nggak nik-"

"ENGGAKLAH!" sahut Erga dan Theresia bersamaan.

Gadis itu menghela napasnya dan melirik Erga yang usil ke Bhaskar. "Dia Erga, sepupu gua yang pernah gua ceritain, sekaligus orang yang ajarin gua menggambar."

Bhaskar hampir tidak percaya. Orang di depannya ini yang mengajari Theresia hingga lebih bagus darinya.

"Ha? Dia? Dia orangnya?" tanya Bhaskar tidak percaya. Bahkan ia menatap Erga yang sedang merapikan dasi.

"Emang kenapa kalau gua orangnya? Lo mau gua ajarin?" Tampak Erga sangat percaya diri saat Theresia mengatakan gadis itu menceritakan tentang dirinya kepada Bhaskar.

"Najis."

"Mana gambaran lo? Bisa sebagus apa sih?" Erga langsung mencari cara untuk membuka tas Bhaskar walaupun pemiliknya terus menghindar.

"Gambaran gua nggak sebagus There. Udah, puas?" Laki-laki itu lelah dengan Erga yang terus-menerus memojokkannya.

"Yaelah, lo aja belum bisa sebagus murid gua, gimana gurunya," ujar Erga.

"Dih, songong banget lo."

Erga tidak mengindahkan omongan Bhaskar dan malah menarik tangan Theresia untuk pergi dari parkiran yang hampir mulai ramai.

Tidak lama kemudian, Linsi baru saja turun dari mobil Papanya dengan menggunakan topi dan kepala yang menunduk. Ia sekarang merasakan apa yang Theresia rasakan.

Ada yang biasa saja saat Linsi berjalan di koridor. Namun ada juga yang tidak suka. Contohnya seperti Flora yang duduk di kursi koridor seraya meluruskan kakinya dengan sengaja. Ia ingin Linsi mengenai kakinya dan tersandung yang dapat mempermalukan gadis itu karena mengumbar aib Theresia.

Ya, hal itu benar terjadi. Linsi terjatuh dan terduduk di lantai dengan tetap menundukkan kepalanya.

"Haii, lo yang bikin There malu kan? Si pengumbar aib. Gara-gara lo gua nggak bisa jahilin Bhaskar sama There lagi di taman. Gua nggak ada temennya jadinya." Flora berjongkok dan mendekatkan wajahnya pada telinga Linsi. "Yang boleh ganguin There itu cuman gua, lo nggak usah ikut-ikutan."

Linsi hanya diam, tidak menjawab sama sekali. Karena ia tahu di belakang Flora ada Erga yang sedang berdiri dengan bersedekap dada. Tidak lupa juga, tatapan Erga yang sangat tidak mengenakkan sebab mendengar ucapan Flora.

"Ohh... selain sikap buruk Linsi ke There, ternyata ada orang lain juga."

Flora membulatkan matanya, bahkan ia terduduk juga pasal Erga yang entah dari mana sudah berdiri di belakangnya. "K-kak Erga."

"Apa lo?" Erga melirik sekitarnya yang mulai ramai murid-murid bergerombol untuk melihat aksinya.

Ia pun menundukkan kepalanya dan membisikkan sesuatu kepada Flora, namun matanya terarah ke Linsi juga. "Kalau lo gangguin There, bahkan sampai dia kenapa-napa kayak di taman waktu itu, jangan sampai gua yang turun tangan buat habisin lo. Karena gua nggak mandang lo sebagai cewek biasa."

"Dari mana kak Erga tahu kalau itu gua yang ngelakuin?" Tangan Flora kini gemetaran karena Erga sangat dekat dengannya.

"Sederhana aja, CCTV sekolah selalu nyala." Laki-laki itu beranjak dari tempat tersebut dengan murid-murid lainnya yang mulai bubar juga.

Linsi pun beranjak dari tempat tersebut dengan memegangi topinya dan meninggalkan Flora yang diam saja di lantai.

Kak Erga siapanya There? Kayak perhatian banget, batin Flora.

...••••...

Bhaskar menyangga dagunya sambil menatap Theresia yang sedang fokus pada papan depan. Itu karena kejadian kemarin yang membuat dirinya selalu memikirkan Theresia. Bahkan ada yang tersenyum usil di belakang karena Bhaskar yang tidak fokus.

"Pak, Bhaskar katanya ada pertanyaan," ucap Mona dari belakang.

Sontak laki-laki itu membulatkan matanya dengan melihat ke arah Mona yang membuang muka.

"Iya? Apa Bhaskar?" tanya Guru tersebut yang berjalan ke arah Bhaskar.

"Tidak ada, Pak," jawab Bhaskar.

"Bohong, Pak. Katanya tadi dia mau ngomong sesuatu," balas Mona dengan tersenyum licik ke arah Bhaskar.

"Ohh... iyaa, selamat ya, Pak. Bu Wulan lahiran normal dengan selamat dan putra kecil bapak lahir dengan sehat juga," ucap Bhaskar dengan cengengesan.

"Ohh, terima kasih ya? Tapi istri saya melahirkan bayi perempuan, bukan laki-laki. Jadinya putri, bukan putra."

Seketika seluruh kelas menertawakan Bhaskar. Bahkan Theresia yang tadinya diam saja dari masuknya kelas hingga sekarang tertawa lepas karenanya. Akan tetapi, Bhaskar kini melirik Mona dengan kesal.

Mona yang dilirik hanya mengibaskan rambutnya dan membuang muka dari Bhaskar.

"Oke, kalau yang lain ada pertanyaan silakan ditanyakan sebelum ujian berlangsung dan malah ada yang nggak paham."

"Baik, Pak."

...••••...

...Bersambung....

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!