Juan memutuskan membeli rahim seorang wanita karena istrinya belum juga hamil. Tapi pada saat wanita itu hamil, ternyata Allah berkata lain dengan membuat istri Juan hamil juga.
Setelah mengetahui istrinya hamil, Juan pun lupa kepada benih yang saat ini sedang tumbuh di dalam perut Kamila. Dia mengacuhkan Kamila dan benih itu membuat Kamila marah dan berniat balas dendam kepada Juan dengan menukarkan anaknya dengan anak Raina pada saat dilahirkan nanti.
Akankah Juan dan Raina tahu, jika anak yang selama ini mereka besarkan bukan anak kandung mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 17 PPYD
Juan masih terpaku dan sibuk dengan pikirannya. Jovanka sadar, dia pun menoleh ke arah belakang. "Daddy, kapan pulang?" seru Jovanka sembari melompat dari tempat tidur dan memeluknya.
"Baru saja, Daddy bawakan kamu oleh-oleh. Semua yang kamu inginkan sudah Daddy beli," sahut Daddy Juan.
"Yeayyy, terima kasih Daddy." Jovanka kembali memeluk dan mencium pipi Juan.
"Ya, sudah Daddy mau istirahat dulu dan kamu jangan tidur malam-malam," ucap Daddy Juan.
"Siap, Daddy."
Juan mencium kepala Jovanka sebelum dia benar-benar keluar dari kamar putrinya itu. Juan masuk ke kamarnya dan duduk di ujung ranjang dengan pikiran yang melayang ke mana-mana. Bayangan saat Raina melahirkan kembali muncul dan dia mulai mengingat kembali.
"Aku yakin jika waktu bayi, ada tanda hitam di pinggang Jovanka tapi kenapa sekarang gak ada? apa Raina melakukan sesuatu untuk menghilangkan tanda itu?" batin Daddy Juan.
Tidak lama kemudian, pintu kamar terbuka. Raina masuk dengan membawa secangkir kopi untuk suaminya itu. "Mas, ini aku buatkan kopi untuk Mas," ucap Mommy Raina.
"Terima kasih, sayang," sahut Daddy Juan.
Juan menyeruput kopi buatan istrinya itu, sedangkan Raina mulai memijat pundak Juan. "Pasti Mas sangat capek ya, maafkan aku ya Mas sudah menyusahkan Mas," ucap Mommy Raina.
"Kenapa kamu harus minta maaf, ini semua memang tugas aku untuk membahagiakan kamu dan juga Jovanka," sahut Daddy Juan.
Juan terlihat melamun dan itu membuat Raina penasaran. "Mas kenapa? sepertinya ada sesuatu yang sedang Mas pikirkan?" tanya Mommy Raina.
"Sayang, boleh Mas tanya sesuatu?"
Raina menghentikan pijatannya, lalu duduk di samping Juan. "Mas mau tanya apa?" seru Mommy Raina.
"Kamu pernah lihat Jovanka ada tanda hitam gak di pinggangnya?" tanya Daddy Juan ragu-ragu.
Raina mengerutkan keningnya. "Setahu aku, Jovanka tidak mempunyai tanda hitam di pinggangnya, memangnya kenapa?" Raina merasa aneh dengan pertanyaan suaminya itu.
"Ah, tidak apa-apa aku hanya bertanya saja takutnya nanti ada yang nanya aku dan aku gak tahu," dusta Daddy Juan dengan senyumannya.
"Apaan sih, pertanyaannya aneh sekali," ucap Mommy Raina sembari tertawa.
"Ya, sudah aku mandi dulu soalnya sudah gerah sama keringat," ucap Daddy Juan.
Juan pun segera masuk ke dalam kamar mandi. Tidak membutuhkan waktu lama, akhirnya Juan pun selesai mandi dan memakai piyama yang sudah disiapkan oleh Raina. Juan naik ke atas ranjang dan merebahkan tubuhnya di samping Raina.
Raina memeluk Juan. "Tidurlah, sudah malam," ucap Daddy Juan.
"Iya, Mas."
Tidak membutuhkan waktu lama, Raina pun sudah masuk ke alam mimpinya. Sedangkan Juan belum bisa tidur sama sekali, pikirannya masih tertuju kepada Jovanka. Bahkan tiba-tiba dia ingat kepada anaknya dari Kamila.
"Aku yakin jika dulu anak yang dilahirkan Raina itu mempunyai tanda lahir hitam di pinggangnya dan aku gak mungkin salah lihat," batin Daddy Juan.
Juan terdiam sejenak. "Seperti apa wajah anakku yang diurus oleh Kamila? selama ini aku tidak pernah melihatnya, sepertinya aku harus melihat anak itu biar aku tidak penasaran," batin Daddy Juan kembali.
Juan benar-benar merasa tidak tenang dan dia masih penasaran dengan tanda hitam itu. Perlahan, Juan memindahkan kepala Raina ke atas bantal lalu dia bangkit dari tidurnya dan turun dari ranjang. Dia mengambil ponsel dan keluar dari kamar, kemudian dia menghubungi seseorang.
📞"Saya ada kerjaan untuk kamu, tolong selidiki sesuatu. Nanti saya kirimkan data-datanya," ucap Daddy Juan tegas.
Setelah mengatakan itu, Juan pun menutup sambungan teleponnya. Dia kembali masuk ke dalam kamarnya dan mulai menyusul istrinya untuk beristirahat. Tubuh dan pikirannya sudah mulai lelah dan butuh istirahat.
***
Keesokan harinya....
Alesha saat ini sudah masuk sekolah karena pas sore dia minta untuk pulang dari rumah sakit. "Ma, Alesha berangkat naik ojeg aja jadi Mama bisa anterin Dandi saja," ucap Alesha.
"Tumben?" seru Mama Kamila sembari menyipitkan matanya.
"Tidak apa-apa, Alesha hanya ingin belajar untuk tidak menyusahkan Mama saja," sahut Alesha.
"Baguslah, jadi Mama tidak susah dan ribet," sahut Mama Kamila dengan santainya.
Alesha pun memesan ojeg online dan segera pergi ke sekolah. Hingga ojeg yang Alesha tumpangi berhenti karena lampu merah. Tidak lama kemudian, mobil milik Jovanka pun berhenti tepat di samping Alesha.
Jovanka membuka kaca mobilnya. "Yaelah, malu-maluin aja sekolah naik ojeg online," ledek Jovanka.
Alesha menoleh tapi dia tidak menggubris ocehan Jovanka. "Jovanka, Daddy tidak pernah ya mengajarkan kamu bersikap seperti itu," ucap Daddy Juan sedikit keras.
Alesha melihat ke arah Juan, begitu pun dengan Juan. Kedua mata itu saling bertemu satu sama lain, membuat keduanya enggan memalingkan pandangan mereka masing-masing. Lampu pun berubah menjadi hijau dan ojeg yang Alesha tumpangi langsung melesat meninggalkan mobil Juan.
"Apa dia teman kamu?" tanya Daddy Juan.
"Satu kelas tapi bukan teman aku," sahut Jovanka dengan ketusnya.
"Kok begitu? jangan bersikap seperti itu Jovanka, Daddy tidak pernah mengajarkan kamu untuk sombong dan kasar kepada orang lain apalagi itu teman kamu sendiri," ucap Daddy Juan sedikit tegas.
"Apaan sih Daddy, dia memang menyebalkan anaknya," ketus Jovanka.
"Menyebalkan bagaimana? anaknya kelihatan pendiam seperti itu," sahut Daddy Juan.
"Kok Daddy jadi bela si Alesha sih," kesal Jovanka.
"Astaga Jovanka, bukanya membela tapi kamu gak boleh memperlakukan teman kamu seperti itu," ucap Daddy Juan.
Jovanka yang merasa kesal memilih diam dan tidak mau bicara lagi kepada Daddynya. Sedangkan Juan merasa ada getaran aneh saat melihat mata teduh milik Alesha. "Seandainya Jovanka bisa seperti anak itu," batin Daddy Juan.
Tidak membutuhkan waktu lama, mereka pun sampai di sekolah. Alesha langsung keluar dari dalam mobil bahkan dia sama sekali tidak pamit kepada Daddynya karena masih merasa kesal. Juan hanya bisa geleng-geleng melihat sifat putrinya seperti itu.
"Jalan," ucap Daddy Juan.
"Baik, Tuan."
Sopir pribadi Juan pun mulai melajukan mobilnya meninggalkan pelataran sekolah. Tiba-tiba ponsel Juan berdering dan ternyata itu dari orang suruhan Juan.
📞"Iya, apa yang mau kamu laporkan?" tanya Daddy Juan.
📞"Tuan, yang saya dapatkan wanita itu mempunyai anak perempuan dan sekolah di sekolahan yang sama dengan Nona Jovanka," sahutnya.
📞"Siapa nama anak itu?" tanya Daddy Juan penasaran.
📞"Maaf Tuan, saya belum tahu kalau soal itu tapi saya secepatnya akan mencari tahu."
📞"Cepat cari tahu, pokoknya saya gak mau lama-lama," tegas Daddy Juan.
📞"Baik, Tuan."
Juan pun menutup sambungan teleponnya. Jantungnya mulai berdetak tak karuan memikirkan anaknya dari Kamila satu sekolah dengan Jovanka.
"Siapa anak itu? apa dia salah satu teman Jovanka?" batin Daddy Juan penasaran.