Gita merasakan jika berada didekat suaminya merasa sangat emosi, dan begitu juga dengan sang suami yang selalu melihat wajah istrinya terlihat sangat menyeramkan.
Setiap kali mereka bertemu, selalu saja ada yang mereka ributkan, bahkan hal.sepele sekalipun.
Apa sebenarnya yang terjadi pada mereka? Apakah mereka dapat melewati ujian yang sedang mereka hadapi?
Ikuti kisah selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tujuh Belas
Gita mengemudikan motornya menuju rumah sakit. Ia alam melakukan scan dan juga mungkin USG untuk mengetahui penyakit apa yang sedang ia alami, sebab sangat sakit.
Ia tiba dirumah sakit dengan harapan menemukan jawaban yang diinginkannya.
Baru beberapa hari ia mengalami rasa sakit yang sangat menyiksa, ia sudah mengalami penurunan berat badan yang cukup drastis, sebab celana yang dikenakannya mulai terasa longgar.
Wanita itu mematut dirinya dicermin. Lalu memegang pipinya dari arah bawah dagu. "Terlihat sedikit tirus," gumamnya dengan lirih.
Bahkan bagian matanya tampak cekung dan terdapat lingkar hitam atau mata panda karena akibat ia kurang tidur dan juga terlalu banyak menangis.
Wuuuuuuush
Tiba-tiba terpaan udara yang terasa panas menerpa tengkuknya.
Ia menoleh ke arah belakang. Lalu tak menemukan siapapun, hanya ada dirinya diparkiran, dan seorang pria yang bertugas sebagai tukang parkir.
Gita kembali menatap cermin yang di kaca spion, dan...,
"Hah!" ia dikagetkan saat melihat satu sosok wanita berambut panjang dengan wajah yang sangat hancur dan giginya runcing, menatapnya dengan sorot mata penuh kebencian.
Wanita itu memucat, dan tubuhnya bergetar. "tidak, tidak, ini hanya ilusi belaka."
Gita bergegas menoleh ke arah belakang, dan lagi-lagi tidak ada sesiapapun disana. "Tuh, Kan. Aku hanya berilusi," ia mencoba menenangkan hatinya yang saat ini dipenuhi dengan perasaannya yang tak nyaman.
Tiba-tiba saja punggungnya terasa menebal, dan bulu kuduknya meremang.
Gita bergegas pergi dari parkuran, lalu berjalan menuju ruangan administrasi untuk mendaftarkan dirinya dalam nomor antrian.
Terlihat ada banyak pasien yang menunggu giliran namanya dipanggil dan ia sudah mengambil nomor urutnya, lalu duduk dikursi yang disediakan.
Saat bersamaan, seseorang dari sudut ruangan yang mengantri sama dengannya, tampak memperhatikannya dengan seksama. Sepertinya ia sedang melihat sesuatu yang tak biasa pada diri Gita.
Setelah menunggu cukup lama, akhirnya nomornya dipanggil dan ia menuju loket administrasi khusus untuk keluhan masing-masing.
*****
"Hasilnya semuanya bagus, tidak penyakit apapun," jawaban kedua kalinya dari seorang Dokter Kandungan yang melakukan USG padanya.
Dan Dokter Pertama yang melakukan SCAN pada kepalanya juga tidak menemukan adanya penyakit, semua terlihat normal.
Gita seperti tidak merasakan puas dengan apa yang katakan oleh para pemeriksanya.
"Tapi saya sering merasakan sakit yang luar biasa pada irgan inti dan juga kepala saya," Gita mencoba menjelaskan kembali keluhannya, berharap jika mereka mengevaluasi semuanya.
"Semuanya tampak normal, Bu. Bahkan kami tadi juga sudah cek darah dilaboratorium dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan," D9kter itu kembali menjelaskan.
Gita kembali merasa tidak puas dan akhirnya memilih untuk keluar dari ruangan praktik dengan membawa berkas foto hasil rontgen.
Setibanya diparkuran, ia tampak duduk termenung dengan hasil pemeriksaan yang ia dapatkan hari ini.
Tap
"Hah!" Gita tersentak kaget saat sebuah tangan menepuk pundaknya. Ia menoleh ke arah belakang dan melihat seorang pria paruh baya yang terlihat menggunakan sebuah topi berwarna hitam sedang menatapnya dengan pandangan yang tak biasa.
"Ada apa ya, Pak?" tanya dengan nada curiga, sebab ia tidak mengenal pria tersebut dan berusaha bersikap waspada, sebab zaman sekarang banyak sekali modus penipuan.
"Sebaiknya kamu berobat pada orang yang pintar," ucapnya dengan nada penuh penekanan.
Seketika Gita turun dari motornya dan menjaga jarak dari pria asing tersebut.
"Apa maksud, Bapak?" kecurigaannya masih begitu kuat.
"Kamu sedang terkena sihir, dan harap kamu segera berobat ke orang pintar untuk melepaskan sihir yang sedang membelenggumu," pesannya dengan nada serius.
"Yang pergi ke orang pintar itu berarti orang bodoh!" jawab Gita dengan kwsal. Mengapa sih orang-orang selalu mengaitkan semua.hal tentang mistik? Ia tampak begitu kesal. "Pak, orang luar negeri sudah membuat kapal perang, membuat senjata nuklir, dan kita masih sibuk mempercayai hal konyol!" jawab Gita yang semakin geram.
Ia kembali naik ke motornya, dan bergegas meninggalkan pria itu.
Sang pria asing menatap kepergian Gita yang saat ini aedang membonceng seseorang yang bertubuh kurus dengan wajah rusak dan dipenuhi luka berdarah dan sebagian daging yang membusuk.
Ia menggelengkan kepalanya melihat keras kepalanya Gita yang terlalu menganggap semua hal ghaib terkalahkan oleh kecanggihan teknogi yang seharusmya melek digital.
Sementara ityu Gita mengendarai motornya dengan perasaan yang sangat berat dan seolah sedang membonceng sesuatu.
Ia mencoba melajukan motornya, namun nasib sial kembali terjadi, ban motornya mengalami kempes ban.
Gita kembali kesal, ia melihat bengkel masih sangat jauh, dan terpaksa harus mendorongnya. Ia berulangbkali lupa mengganti untuk ban tubbles agar saat bocor tidak lagi mengalami hal semenderita in.
"Huh!" ia menyeka keringatnya. Sebab mentari bersinar sangat terik yang membuatnya menjadi cepat lelah, dan nafasnya tersengal, seolah sedang berlari ratusan kilometer.
"Kenapa motorku terasa sangat berat sekali" ia mendorong dengan tenaganya yang sudah lemah.
Setelah tiba dibengkel.yang ia tuju. Ia duduk disebuah kursi khusus pelanggan yang sedsng menunggu motornya diperbaiki.
"Mengapa aku selalu sial?!" umpatnya dalam hati sembari memperhatikan mereka yang sedang berkerja.
"Bu, banyak kerusakan yang terjadi, dan ini penyebabnya, sehingga membuat semuanya hancur seperti ini." pria itu memperlihatkan jarum pentol, silet, dan paku berkarat
Wanita itu mengerutkan keningnya dan tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Tidak mungkin saja benda-bemda itu dapat berada didalam ban motornya.
"Kita ganti ban dalamnya ya Bu." pria itu memperlihatkan ban motor bagian dalam yang sudah tidak dapat diperbaikinya.
Gita menarik nafasnya dengan berat, lalu menatap pria tersebut. "Berapa harganya?" tanyanya dengan nada lirih, sebab uangnya sudah ditransfer ke rekening pria yang ia jadikan sebagai agen rahasia.
"Sekitar lima puluh ribu, Bu." jawabnya cepat.
Gita sedikit tercengabg, sebab uangnya hanya tertinggal lima puluh ribu saja.
Gita tampak bingung. Lalu tetap fokus memperhatika pria itu sedang bekerja.
Setelah selesai, Gita menyodorkan uang selembar lima pukuh ribu.
"Ini uangmya kenapa cuma segini, Bu?" tanya pria itu dengan rasa heran.
"Ini KTP dan untuk sebagai jaminan jika aku sudah bersusaha untuk membayarnya," jelasnya dengan serius ia tak ingin dianggap.sebagai penipu karena telah mencoba mengkhianati sang abang bengkel.
Pria itu tampak ragu, namun juga kasihan melibat Gita yang tampak lemah.
"Baiklah, dan saksinya adalah SanfbRabb, jika mbaknya berbohong." ancam prua tersebut.
"Aku janji akan datang kembali dan membayarnya," Gita mengenakan helmnya, lalu menaiki motornya yang baru saja diperbaiki
Gita berpamitan dan meninggalkan bengkel.
Andai saja tidak terjadi bocor ban, maka uangnya sudah dapat dibelikan hal lain.
Ia mengemudikan motornya dengan perasaan yang sangat campu aduk.
xiexiexiexie.....
anak semata wayang yang dibangga-banggakan ternyata astaghfirullah ...
tp sayang nya si Minah belum nyadar diri ttg perbuatan anak nya itu ,, kasihan nya 🤣🤣🤣
msh penasaran aku kak Siti ,,, kira-kira apa yg terjadi pd 2 jalang itu yg pingsan di hutan,, apakah msh hidup atau mereka dh pd mati yaa ❓🤔
kak Siti maaf bukan nya kondisi Gita sdg menstruasi yaa , lalu knp Gita Sholat Subuh berjamaah dg Arka ❓🤔