Dia biasa dipanggil Calo, bukan calo yang dibayar buat urus dokumen biar cepat selesai ya!!
Anastasia Caroline adalah nama Calo yang sebenarnya tapi entah kenapa sedari kecil dia sudah sering di panggil Calo. Mungkin karena nama itu pula dia menjadi suka hal hal yang simpel dan mau cepat selesai tanpa banyak kerja.
Acara wisuda menjadi tempat keberuntungan Calo. Dia bertemu dengan Darren, sosok duda keren dan seksi meskipun memiliki satu buntut mini di belakangnya.
Calo yang ingin hal simpel pun berubah ketika bertemu Darren. Dia berusaha keras mengejar hot duda satu itu. Calo tidak mengambil pusing buntut cerewet milik Darren, yang terpenting ia harus mendapatkan Duda itu.
Tapi tanpa Calo duga dia malah jatuh hati pada buntut cerewet milik Darren. Dia yang tadi berencana menjadi ibu tiri yang tidak peduli, pun malah menjadi sosok ibu yang kece!!!
Hahahahah....
Ini tentang Calo dan kerandoman yang dia miliki. Bagaimana Calo bisa mendapatkan cinta Darren?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitria ardila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Melihat Calo menangis di depannya membuat sesuatu dalam diri Darren juga merasakan sakit. Isakan lirih Calo seperti duri yang menusuk hatinya, begitu ngilu.
Pelukan itu bukan perintah dari otaknya tapi gerakan refleks saat untuk menenangkan gadis itu.
Bagi Darren, Calo adalah adik yang ceria dan aneh tapi keanehan itu yang mengantarkan orang orang disekelilingnya menjadi bahagia. Senyuman tulus yang sampai ke mata milik Calo membuat hati Darren tersentuh.
Tapi kali ini dia melihat dia begitu menyedihkan. Dengan wajah luka luka, tangan di gips, dan terduduk menangis lirih. Itu benar benar menusuk jantung.
"Tidak apa apa." Dengan satu tangan mengelus punggung dan satu tangan lagi mengelus kepala Calo yang tertutupi jilbab.
Tangan kiri Calo membalas pelukan Darren, di cengkramnya kemeja Darren lalu menangis di dada bidang laki laki itu.
Ibuk adalah bagian terpenting dalam hidup Calo. Tidak ada yang bisa menggantikan pentingnya ibuk di dalam diri Calo meskipun Darren atau pun Meca.
Ibuk adalah rumah Calo. Dia bisa mengorbankan apa saja asalkan ibuk selalu berada disampingnya.
Tangisan Calo semakin lirih tapi masih sesegukan. Darren tidak pernah berhenti mengelus punggung Calo. Mungkin ini melanggar batasan antara keduanya tapi untuk hari ini biarlah dulu.
"Calo..." Suara serak khas bangun tidur terdengar dari samping tempat tidur Calo.
Dengan wajah menyedihkan penuh air mata dan ingus meleber Calo menoleh.
"Ibuk!!!" Calo berteriak dengan antusias, bahkan dia langsung mendorong Darren menjauh karena ingin turun mendekati ibunya.
"Kenapa nangis?" Tangan kasar nan keriput milik Luna bergerak menghapus air mata yang masih tertinggal di pipi Calo. Dia juga menghapus ingus anak gadis itu dengan tisu yang ada di sebelahnya.
Sebesar apapun seorang anak dimata ibunya dia masih lah bocah kecil yang sering merengek.
Bukannya menjawab Calo malah kembali menangis. Air mata kembali jatuh diiringi isakan.
"Harusnya aku hekk.. hati hati bawak ibuk hek.. gara gara aku hek.. Ndak hati hati ibuk malah jatuh." Ucap Calo sambil menangis terisak Isak.
"Sini." Luna merentangkan tangannya dan tentu saja langsung di peluk Calo.
"Aukkk." Calo terpekik saat tangannya yang patah malah terhimpit antara tubuh dia dan Luna.
Akhirnya Luna mengambil inisiatif memeluk Calo sambil memperhatikan tangan Calo yang di gips. Putrinya telah dewasa tapi masih seperti anak anak.
Tak ada yang Luna katakan dia hanya mengelus punggung Calo yang masih menangis karena merasa bersalah. Luna tidak akan mengatakan apapun tentang kecelakaan itu untuk saat ini, dia hanya ingin memeluk anaknya yang kemungkinan besar trauma.
Tak jauh dari sana Darren melihat dengan sebuah senyuman tipis di bibirnya.
.
.
"Tenapa nenek Ndak datang yah?" tanya Meca saat dia diberi tahu akan berada di kantor Darren seharian ini. Memang jika tidak ada yang menjaga maka Meca akan Darren bawa ke kantor.
"Nenek dan Tante Calo kemarin kecelakaan. Tangan Tante Calo patah tulang dan kaki nenek patah tulang juga
"APAAA?! TENAPA AYAH NDAK BILANG DALI TADI!! TITA HALUS JENGUK NENEK." Gadis kecil itu langsung loncat dari kursi dan mengambil tanah besar ayahnya untuk pergi.
"Tapi..."
"Ndak ada tapi tapi."
Darren tersenyum tipis, dia mengingat ibunya jika Meca mengatakan itu.
.
.
.
bersambung.
jangan lupa baca cerita Author yang lain juga sambil nunggu update cerita ini
salam hangat dari author
good job kak 🤗