Cinta yang di awali kebencian Leon dengan seorang wanita yang bernama kirani, wanita yang berasal dari golongan orang yang tidak mampu. Sedangkan Leon yang berasal dari keluarga yang sangat kaya raya, akan kah kisah cinta berakhir bahagia… Jika penasaran baca kisah lengkapnya di novel ini ya…
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Na_1411, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kekesalan leon dan bujukan kirani.
Sudah satu minggu kirani tinggal bersama Leon, rani setiap hari menyiapkan segala keperluan Leon. Dari makanan serta pakaian milik Leon, mereka selalu pergi bersama ke perusahaan.
“Pak Leon, sebentar lagi makan siang. Saya akan keluar ke warung makan di sebarang sana, apa anda ingin titip sesuatu.” Tanya rani meliaht Leon yang tampak serius melihat denah di tangannya.
“Tidak, terima kasih.” Jawab Leon terlihat tidak peduli.
Reaksi Leon akan berubah ketus dan cuek jika mereka berada di lapangan atau pun perusahaan, tapi jika di rumah Leon akan terlihat akrab dengan rani.
“Baiklah, saya akan pergi sekarang.” Kirani pergi meninggalkan Leon yang masih mengamati denah di kertas yang terlihat lebar tersebut.
Tanpa rani sadari Leon mencuri pandang ke arah rani yang berjalan menjauhinya, dia berfikir tidak perlu dia mengatakan apa yang dia butuhkan sekarang. Karena rani akan bisa menebak apa yang ada di pikirannya, dan apa yang lelah butuhkan.
Leon sangat menyukai cara kerja kirani yang cekatan, wajar jika papa dan mama Leon menyukainya. Sampai mereka berniat akan menjodohkan kirani dengan Thomas kakak Leon.
“Andai saja kamu bukan calon istri kak Thomas, maka aku akan membuat kamu jatuh cinta kepadaku kirani.” Batin Leon yang kembali fokus menatap denah di kedua tangannya.
Lalu lalang kendaraan membuat rani sulit untuk menyeberang, butuh waktu setengah jam agar dia bisa menyeberangi jalanan yang terlihat ramai tersebut.
Setelah melewati halangan di perjalanan tadi, akhirnya rani bisa membeli dua bungkus nasi beserta lauk pauknya. Juga beberapa camilan serta empat minuman dingin dengan dua varian mineral dan jus jeruk kesukaan Leon.
Perlahan rani berjalan sampai dia tidak senjata tersandung batu dan hampir jatuh jika saja seorang laki laki tidak segera menangkap tubuh rani, dan sayang adegan tersebut terlihat oleh Leon yang sedang duduk santai bersama para pekerja di sebuah bilik.
“Terima kasih mas.” Ucap rani sambil membetulkan pakaian dan juga barang bawaannya, dia melihat seorang pemuda tampan seusia Leon yang masih memegang lengannya.
“Sama sama, hampir saja anda terjatuh nona.” Jawab laki laki tersebut, pandangan mata rani melirik ke arah tangan laki laki tersebut yang masih setia menggenggam lengannya.
“Bisa anda lepaskan tangan anda di lengan saya, sepertinya saya sudah bisa berdiri sendiri tanpa bantuan anda.” Begitulah rani, dia akan berkata ketus ketiak dia tidak nyaman dengan sikap lawan bicaranya.
“Maaf nona saya refleks, oh iya perkenankan nama saya Cio.” Cio mengulurkan tangannya di depan rani.
Entah kenapa mendengar nama laki laki tersebut rasanya rani ingin tertawa, dia menutup mulutnya agar tidak tertawa.
“Saya kirani, biasa di panggil rani.” Rani membalas uluran tangan Cio.
Leon mengepalkan tangannya erat melihat rani dan juga laki laki tersebut yang terlihat saling berjabat tangan, dia yang kesal seketika berdiri dari duduknya. Leon melangkah mendekati rani dan juga Cio, ada aura kekesalan di wajah tampan Leon.
“Sepertinya asik sekali ya, aku sudah menunggu makananku dari tadi. Tapi kami asik berudaaan di sini.” Ucap ketus Leon, rani menoleh ke arah Leon yang berdiri di belakangnya.
“Oh maaf pak, tadi nona ini hampir jatuh jadi saya tolong dia.” Ucap Cio jujur.
“Oh… begitu ya…” Leon melirik ke arah rani dengan tajam, rani tahu jika leon tengah kesal dengannya.
“Sudahlah, mm… terima kasih atas pertolongannya Cio. Kami sepertinya harus pergi dulu.” Rani menarik lengan Leon agar segera pergi, dia tidak ingin Leon semakin melantur, dia tidak ingin jika kedua kali kali tersebut saling beradu argumen seperti yang sudah sudah Leon lakukan.
Rani berjalan bersama Leon ke kantor yang berada di perusahaan tersebut, walau perusahaan nya belum sepenuhnya selesai tapi di sana Leon mempunyai kantor untuk dirinya.
“Kamu pasti sudah lapar kan, aku siapkan makanannya ya..” rani segera mencari piring dan juga sendok, dia tidak ingin Leon menunggu lebih lama lagi, bisa bisa dia akan menjadi jadi karena rasa kesalnya.
“Hmm…” jawab leoan terdengar ketus.
“Apa perlu aku suapi agar kamu tidak marah.” Rani berusaha mencairkan suasana yang terasa panas.
Leon menatap rani penuh pertanyaan, dia masih kesal dengan rani. Tapi dia tidak bisa lama lama menahan rasa kesalnya, melihat rani yang berusaha membujuknya.
“Boleh…”
Mendapati jawaban singkat Leon, segera rani mendekati laki laki tampan tersebut. Dia menggambil satu sendok nasi dan lauk pauk, segera dia arah kan ke mulut Leon.
“Aaa…. Ayo buka mulutnya nak…” canda rani yang sukses membuat Leon tersenyum, leon segera membuka mulutnya dan memakan suapan nasi dari rani.
“Pinter anak mama.” Rani mengelus rambut Leon dengan lembut.
Perasan Leon terasa seperti berbunga merasakan kasih sayang yang rani berikan, Leon menatap wajah cantik rani yang berulang kali menyuapinya seperti anak kecil. Sengaja Leon tidak menghentikan keinginan rani, dia ingin merasakan perhatian dari rani.
“Sudah habis, sekarang giliran mama yang makan ya..” rani mengangap Leon seperti anaknya sendiri, melihat sifat Leon yang seperti anak kecil.
“Hei… apa aku terlihat seperti anak kamu Hmm…” ucap leoan kesal.
“Kamu memang seperti anakku jika kesal.” Dengan mudah nya rani mengatakan itu semua di depan Leon.
“Huh… aku malah mirip seperti suami kamu, apa kamu lupa status kita di tempat tinggal kita sekarang. Kamu istriku, dan aku suami kamu.”
Rani menghela nafasnya, dia kesal memikirkan jika harus mengetahui keinginan Thomas yang tidak masuk akal.
“Aku heran sama kakak kamu, bagaimana bisa dia mengatakan aku ini istri kamu. Hanya agar kita aman tinggal di sana, mengetahui jika desa tempat kita tinggal tidak akan membiarkan wanita dan pria tinggal satu tempat tinggal jika hubungan mereka tanpa status yang jelas,”
“Bagaimana lagi… kita juga harus mengikuti apa kata kak Thomas, sampai kita meneyelesaikan proyek pembangunan perusahaan di sini.”
“Kita kira masih berapa lama lagi semua selesai.” Rani menatap bangunan yang hampir selesai, saat ini mereka ada di gedung sebelah. Mereka dapat menatap pembangunan gedung yang sedang di milik perusaahan alex.
“Jika kerjanya maksimal, mungkin beberapa minggu lagi selesai, kenapa… apa kamu kangen sama kak Thomas.” Goda Leon yang saat ini berada di belakang rani.
“Ngarang kamu.” Rani berbalik dan bertatapan dengan Leon yang berdiri di depannya.
“Aku merindukan ibu dan adikku.” Lirih rani terlihat sendu, leoan yang tidak tega segera memeluk rani. Dia tidak tega melihat rani yang terlihat sedih.
“Maafkan aku, aku kira kamu merindukan kak Thomas. Karena setiap malam aku dengar kak Thomas selalu menghubungi kamu.”
Mendengar ucapan Leon, rani segera berusaha melepaskan pelukan Leon. Dia menatap wajah tampan Leon, dia merasa seperti orang yang terperosok berselingkuh.
“Kamu mendengarnya…? Dia menghubungiku hanya menanyakan perkembangan proyek pembangunan di sini, katanya dia akan segera ke sini untuk menggantikan kamu.” Suara rani terdengar gugup.
“Sudahlah… itu hak kamu menerima telpon dia, aku juga tidak akan melarang ataupun menghalangi hubungan kalian.”
Leon segera pergi dari depan rani, dia berjalan keluar gedung kantor. Rasa sesak tiba tiba Leon rasakan di dalam dadanya, sednagkan rani hanya bisa menatap kepergian Leon.