My Husband My Bos

Emely berjalan untuk mencari cari seseorang di dalam cafe.

" Oh itu " Gumamnya kemudian berjalan mendekati seseorang yang sedang duduk di bangku cafe seorang diri.

" Mel, aku kira kamu sudah benar benar melupakanku dan cinta kita" Ucap Vero dengan mata berbinar begitu melihat gadis yang sangat dicintainya berjalan ke arahnya.

Flashback on.

Di apartemen tiga jam yang lalu.

Tok tok tok

Emely memutar tubuhnya kemudian berjalan untuk membuka pintu tapi sebelumnya dilihat dulu dari dalam melalui layar monitor yang terhubung dengan cctv siapa yang mengetok pintunya.

Ceklek

" Hansen, kamu jangan masuk aku sedang tidak memakai baju " Ucap Emely sambil membuka sedikit pintunya agar Hansen tidak melihatnya mengenakan kemeja Ardan.

" Nona muda, saya ke sini untuk mengantarkan pakaian anda " Jawab Hansen kemudian menjulurkan tangannya dengan paper bag ke dalam ruangan itu.

Emely pun segera meraihnya dengan senyum bahagia " Hansen kamu tunggu di luar ya tapi jangan pergi dulu, nanti kamu antarkan aku pulang ke rumah. Aku gak mau tinggal di sini, aku juga gak mau masuk kantor. Lagipula kalian semua sudah membohongiku dan menyembunyikan semua dariku. Di mata kalian aku ini orang bodoh yang mudah sekali dipermainkan"

" Tapi non, nanti tuan muda marah. Lagi pula ini semua salahku non yang tidak berterus terang dari awal. Tuan muda Ardan benar benar tidak salah non, dia juga baru tahu kalau anda itu istrinya" Jawab Hansen dari luar pintu.

Emely menghela nafas dalam dalam '' Tapi apa dia tidak mengingat pernah menyebut namaku saat ijab qobul? Ah tidak tidak ini pasti alasanmu saja membela bosmu, iya kan Hansen?".

" Non dengarkan aku, semua yang terjadi sama dengan yang nona muda alami. Saat menyebutkan nama anda dia pun dalam keadaan bingung dan frustasi karena cinta pertamanya dan paksaan menikah dari nyonya Sandra" Tegas Hansen yang membuat Emely terdiam dengan pikirannya.

" Jadi Ardan punya cinta pertama dan saat ini dia sedang patah hati" Batinnya.

" Nona muda? Apakah anda baik baik saja? Buruan non nanti tuan muda Ardan akan benar benar marah "

" Enggak bakal Hansen, dia saja tidak pernah perduli padaku buat apa dia marah. Lagi pula aku tidak akan masuk kantor lagi aku resign saja dari sana. Sudah jangan bicara lagi pokoknya kamu turuti saja kemauan ku ya" Jawab Emely dari balik pintu yang terbuka sedikit.

" Baik nona" Jawab Hansen pasrah.

Setelah berganti pakaian, Emely meminta Hansen mengantarkannya pulang ke rumah mertuanya untuk mengambil semua barang barangnya.

Dan begitu tiba di rumah mertuanya, ponsel Emely bergetar yaitu sebuah notif pesan dari Vero dan mengajaknya bertemu di sebuah cafe.

" Hansen, jangan pergi dulu" Teriak Emely setelah turun dari mobilnya.

Hansen pun segera menghentikan mobilnya dan menoleh kepada Emely " Ada apa non? Apa nyonya Sandra tidak ada di rumah? ".

" Iya Hansen, rumah sepi. Ehm tolong antarkan aku ke cafe Ya untuk menemui temanku" Jawab Emely kemudian kembali naik ke mobilnya.

Tanpa menjawab, Hansen pun segera mengangguk dan membukakan pintu mobilnya di bagian belakang tapi seperti biasanya Emely tidak mau duduk di belakang dia lebih memilih duduk di depan karena baginya Hansen bukan lagi sekedar sopir pribadinya melainkan sahabatnya yang selalu mendengarkan semua curhatannya.

Di sepanjang perjalanan Emely lebih banyak diam membuat Hansen sesekali meliriknya.

" Nona Emely, apa yang anda pikirkan?" Tanya Hansen di dalam mobil karena tidak seperti biasa seorang Emely yang cerewet menjadi pendiam dalam sekejap.

" Enggak kok Hansen, sebenarnya aku kangen dengan mamaku, bagaimana rasanya disayang oleh mama Hansen? "

Hansen menarik nafas panjang kemudian tersenyum tipis sambil terus melakukan mobilnya " Nyonya Sandra adalah sosok yang baik dan penyayang. Dari nyonya Sandra anda dapat menemukan jawabannya nona".

" Iya Hansen, aku juga bisa merasakannya. Tapi aku tidak bisa di sini terus aku harus pergi. Hatiku sakit dibohongi sama mereka, mereka tidak jujur dari awal padaku, aku merasa sangat bodoh di sini Hansen" Ucap Emely lirih.

Hansen menarik nafas panjang " Anda belum tahu siapa tuan muda Ardan, tidak ada kebohongan di matanya. Kejujuran adalah prinsip utama dalam hidupnya".

" Hhhh tapi dia sudah tidak jujur padaku" Keluh Emely kemudian menyandarkan kepalanya dengan tatapan jauh ke luar mobil.

" Nona Emely, aku mohon percayalah? kali ini saja padaku. Tuan muda Ardan benar benar tidak tahu apa apa soal anda. Ehm nanti aku ceritakan tentang Ernita kepadamu" .

Emely menatap Hansen penasaran " Ernita? Siapa dia Hansen? ".

Dan Hansen pun mulai menceritakan semuanya tentang siapa Ernita, dan hubungannya dengan Ardan.

Setelah mendengar semua cerita dari Hansen Emely terdiam dan mencoba berpikir

"Tapi mengapa aku memikirkan Ardan, dia sudah membuatku susah" Gumamnya sendiri namun bisa didengar oleh Hansen.

" Ya setidaknya nona muda masih punya hati untuk memikirkan tuan muda Ardan" Ucap Hansen yang membuat Emely menoleh dan menatapnya kemudian menunduk sejenak dan kembali mengedarkan pandangannya dengan semua pikirannya.

'' Mama, aku melakukannya demi mama Sandra.Dia sangat baik kepadaku Hansen, aku sudah menganggapnya mama kandungku sendiri. Dari kecil baru kali ini aku mendapatkan kasih sayang seorang ibu kepadaku. Kalau sekarang aku pergi meninggalkan Ardan itu berarti aku juga meninggalkan mama. Aku sudah terlanjur sayang sama mama Sandra. Tolong katakan padanya Hansen aku kangen dengan papa, aku ingin menemuinya di rumah" Ucapnya lirih sambil mengusap pipinya yang mulai basah.

Flashback off.

" Pagi mas? " Sapa Emely kemudian mengambil posisi duduk tepat di depan Vero.

" Pagi sayang " Jawabnya dengan senyum yang mengembang di wajahnya.

" Mas, lebih baik lupakan sebutan itu. Mulai saat ini panggil nama saja. Ingat di antara kita sudah tidak ada apa apa lagi. Kita sudah putus! " Tegas Emely dengan suara sedikit bergetar.

Vero menatap lekat gadis yang saat ini berada di hadapannya seakan sedang menciptakan jaraknya sendiri " Tapi Mel, mas masih sayang sama kamu ".

"Masih sayang kok bergenjotan dengan adik tiriku" Jawabnya sinis dengan memiringkan sudut bibirnya.

Vero meraih tangan Emely dan menggenggamnya " Sungguh Mel semua tidak seperti yang kamu lihat, aku dan Erika tidak" Vero menggantungkan kata katanya.

Emely terdiam sejenak dan mencoba mengingat kejadian saat itu.

" Iya Mel benar, aku sungguh sungguh sangat mencintaimu dan aku tidak mungkin mengkhianatimu " Rayu Vero.

" Apa aku harus percaya kepadamu mas, ataukah, ach sudahlah" Batin Emely mulai bergejolak.

Emely menarik nafasnya panjang " Mas, masalah kita sudah selesai dan aku sudah memaafkanmu. Tapi maaf mas, aku tidak bisa kembali lagi seperti dulu, aku sudah menikah dan kamu cobalah menata hidupmu kembali mas? ".

" Tapi Mel, sungguh aku ingin kita kembali seperti dulu"

" Maaf mas" Jawab Emely kemudian beranjak hendak pergi dari sana namun dihentikan oleh Vero dengan meraih tangannya.

" Emely, tidak bisakah kita seperti dulu. Aku janji akan memberikan hatiku seutuhnya untukmu"

Emely menatap Vero dengan lekat dan melepaskan pegangan tangan Vero perlahan

" Aku sudah memaafkanmu mas tapi aku tidak bisa kembali kepadamu".

" Apa demi Ardan? "

" Tidak ada hubungannya dengan Ardan mas" Jawab Emely kemudian benar benar pergi dari sana.

Vero mengepalkan tangannya melihat Emely melangkah pergi dari sana.