NovelToon NovelToon
RISA SAYANG BAPAK

RISA SAYANG BAPAK

Status: sedang berlangsung
Genre:Keluarga
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: hyeon'

Benar kata orang, tidak ada hal yang lebih menyakitkan kecuali tumbuh tanpa sosok ibu. Risa Ayunina atau kerap disapa Risa tumbuh tanpa sosok ibu membuatnya menjadi pribadi yang keras.

Awalnya hidup Risa baik baik saja meskipun tidak ada sosok ibu di sampingnya. Karena Wijaya—bapak Risa mampu memberikan kasih sayang penuh terhadapnya. Namun, di usianya yang menginjak 5 tahun sikap bapak berubah drastis. Bapak yang awalnya selalu berbicara lembut kini berubah menjadi sosok yang keras, berbicara kasar pada Risa dan bahkan melakukan kekerasan fisik.

“Bapak benci sama kamu, Risa.”

Risa yang belum terlalu mengerti kenapa bapaknya tiba tiba berubah, hanya bisa berdiam diri dan bersabar. Berharap, bapak akan kembali seperti dulu.

“Risa sayang bapak.”

Apakah Bapak akan berubah? Apa yang menyebabkan bapak menjadi seperti itu pada Risa? Ikuti terus kisah Risa dan jangan lupa untuk memberikan feedback positif jika kalian membaca cerita ini. Thank you, all💐

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hyeon', isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

EPS 17

Dua pria paruh baya saling menatap satu sama lain. Yang satu menatap seraya menyunggingkan senyum tipis. Dan satunya hanya menatapnya datar.

“Aku bertemu dengan putrimu setelah sekian lama tak berjumpa.” Ujar salah satu pria paruh baya itu yang membuat pria dihadapan mengerutkan alisnya.

“Di mana kau bertemu dengan putriku, Alex?” Ya, kedua pria paruh baya itu adalah Wijaya dan Alex. Bapak memang berniat mengunjungi bar milik Alex setelah menemui Alan.

“Di jalan, aku melihatnya bersama seorang laki-laki.”

“Laki laki? Siapa dia?” Alex tersenyum simpul melihat reaksi bapak yang seakan penasaran dengan laki laki bersama putrinya.

“Apa peduli mu, Wijaya?” Tanya Alex dengan nada sedikit mengejek.

“Dia putriku, Alex. Tentu aku berhak tahu.”

“Dia putrimu? Lantas, mengapa kau tega memberinya luka sebesar itu?” Bapak diam seribu bahasa. Ingin menyangkal namun itulah faktanya. Jika Risa memang putrinya, mengapa ia begitu tega memberikan luka sebesar itu.

Bapak kian menunduk. Sekuat mungkin menahan buliran bening agar tak jatuh.

“Risa yang dulu selalu menangis kala terjatuh dan mengeluarkan darah segar. Kini, ia terbiasa dengan luka itu, karena apa? Karena luka yang diberikan bapaknya jauh lebih besar daripada luka di lututnya.”

Bapak tak bisa menahan air mata yang sedari tadi ia bendung. Air matanya luruh begitu saja. Pundak yang semula tenang kini bergetar akibat tangisnya.

Perlahan, terdengar isakan yang menyayat hati. Alex sontak beranjak dari duduknya lalu mendekat ke arah bapak. Tangannya mulai merangkul bapak seraya menepuk pelan punggung bapak.

“Masih ada waktu untuk memperbaiki, Wijaya.” Bisik Alex di telinga bapak.

“Apa aku masih bisa memperbaiki ini semua?” Alex mengangguk menanggapi pertanyaan bapak. Tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki semuanya.

Bapak masih bisa memperbaiki semuanya yang telah ia hancurkan. Meskipun semua itu tak akan kembali menjadi sempurna. Setidaknya, bapak tak lagi menambah luka yang ada. Melainkan mulai menyembuhkan luka itu dengan perlahan.

*****

“Sa, lo bahagia nggak jadi temen gue?”

“Nggak.” Jeff mengerucutkan bibirnya ketika mendengar jawaban menyebalkan dari Risa. Saat ini keduanya berada di sebuah taman yang tempatnya tak jauh dari rumah Risa.

Jeff mengajak Risa untuk singgah sebentar di taman itu sebelum keduanya pulang. Risa pun mengiyakan ajakan Jeff itu.

“Oh ya, mau gue bantu cari pekerjaan nggak?” Mendengar tawaran Jeff, Risa sontak menolehkan kepalanya.

“Boleh.” Jeff bersorak gembira mendengar jawaban Risa.

“Lo bisa lamar kerja di restoran nyokap gue. Kebetulan nyokap gue lagi butuh karyawan. Bisa tuh lo daftar.” Risa tampak diam memikirkan tawaran bagus dari Jeff. “Tawarannya boleh juga.”

“Oke, di mana alamatnya?”

“Nanti gue kasih tahu. Bagi nomor lo dulu, biar gue gampang hubungin lo.” Risa patuh dan segera mengeluarkan ponselnya dari dalam tasnya.

“Oke, thanks.” Ujar Jeff pada Risa yang diiringi senyum puas. Akhirnya ia bisa juga mendapatkan nomor Risa. Jujur saja, ucapan tentang tempat makan ibunya yang membutuhkan karyawan itu adalah alasannya saja.

Jeff sengaja berbohong agar ia bisa mendapatkan nomor Risa tanpa susah payah.

“Lo kenapa?” Tanya Risa yang membuat Jeff terkesiap.

“Hehe, nggak papa.”

Risa memutar bola matanya malas. Ia memilih untuk memejamkan matanya seraya menikmati semilir angin. Suasana sore hari ini begitu menenangkan. Namun, Risa lebih menyukai suasana malam.

“Sa, gue nggak lihat ibu lo ada di rumah. Waktu itu bapak lo juga yang datang ke sekolah.” Risa lantas membuka matanya lebar. Cukup lama ia terdiam. Apakah ia harus bercerita tentang ibunya pada Jeff?

“Kalau lo nggak mau cerita, nggak papa kok. Sorry.”

“Ibu meninggal waktu lahirin gue.” Keadaan mendadak canggung. Jeff merasa bersalah akan pertanyaannya. Karena pertanyaannya seolah membuka kembali luka yang selama ini Risa tutup rapat-rapat.

“Sorry, Sa.”

“Lo nggak perlu minta maaf.” Ini kali pertama Jeff melihatnya Risa tersenyum dengan lebar. Namun, matanya tidak bisa bohong. Dibalik senyumnya, ada luka yang kembali terbuka lebar.

“Lo nggak perlu pura pura kuat. Di depan gue, lo bisa nunjukin sisi rapuh lo. Gue nggak akan menghakimi.”

Mata Risa yang sedari tadi berembun kini mulai mengeluarkan buliran bening. Ia menggigit bibir bawahnya menahan isak tangisnya.

Risa menyeka air matanya kasar. Ia menatap lurus ke depan. Jika ada yang bertanya tentang ibunya, ingatan akan ibunya yang berjuang melahirkannya terlintas kembali. Dan saat itu juga, Risa mulai menyalahkan dirinya. Ibu tidak akan pergi meninggalkan dunia jika bukan karena dirinya.

“Semua salah gue. Andai gue nggak lahir, ibu pasti masih ada di dunia ini.”

“Kelahiran lo bukan suatu kesalahan. Tuhan sudah menyiapkan takdir sebaik mungkin. Jangan salahin lagi diri lo ya?”

Risa hanya diam membiarkan keadaan menjadi hening kembali. Betulkah kelahirannya bukan suatu kesalahan? Lantas, mengapa bapak membencinya? Jika memang ibu meninggalkan dunia adalah takdir, lalu kenapa bapak menyalahkannya atas meninggalnya ibu?

“Ayo pulang.” Jeff segera beranjak dari duduknya. Langkahnya mulai mengikuti Risa yang sudah lebih dulu pergi membawa sepedanya.

Sesampainya, Risa langsung memakirkan sepedanya. Ia menunggu Jeff pulang terlebih dahulu. Cukup lama mereka hanya berdiri seraya menatap satu sama lain.

“Sa.” Risa hanya menaikkan sebelah alisnya tanda bertanya.

“Kenapa lo nggak laporin bapak ke polisi? Beliau udah main fisik.” Tanya Jeff dengan hati hati. Mendengar pertanyaan Jeff, Risa tertegun.

“Kalau gue laporin bapak, gue sama siapa?”

“Lo bisa tinggal di rumah gue. Orang tua gue pasti welcome.” Tatapan yang semula teduh kini berubah menjadi tatapan tajam. Jeff sama sekali tidak mengerti bagaimana berada di posisi Risa.

“Ini bukan soal tempat tinggal. Lo nggak akan pernah bisa ngerti gimana rasanya di posisi gue.”

“Tapi, Sa—”

“Mending lo balik sekarang. Makasih atas tawarannya tapi gue bisa cari pekerjaan sendiri.” Potong Risa yang kemudian berbalik memasuki rumah meninggalkan Jeff yang masih mematung.

Apa yang salah? Pikir Jeff. Ia rasa perlakuan bapak terhadap Risa itu tidak benar. Bapak telah melakukan kekerasan fisik terhadap anak. Menurut Jeff, bapak pantas masuk ke jeruji besi.

Namun, Jeff hanya menilai dari sudut pandangnya. Jeff tidak mengerti tentang bagaimana perasaan Risa. Ya, Risa bisa saja tinggal di rumahnya. Tapi, Risa akan tetap sendiri. Karena hanya bapak yang Risa punya. Meskipun rumah Jeff ramai, rasanya akan tetap sepi bagi Risa.

Karena di dalam rumah itu, tidak ada sosok bapak. Seburuk apapun perlakuan bapak terhadap Risa. Itu semua tak membuat Risa membenci bapak.

Jeff pun pergi meninggalkan rumah Risa. Di jalan, ia terus memikirkan apa yang salah dari ucapannya sampai membuat Risa marah. Apa ucapannya tadi menyinggung perasaan Risa? Hingga, ia pun mengerti dari ucapan Risa.

“Tolol! Pantes Risa bilang gue nggak akan pernah ngerti gimana rasanya di posisi dia. Karena emang faktanya gue nggak bisa ngerti rasanya di posisi Risa.”

*****

HAPPY READING👀✨

Jangan bosen sama cerita Risa ini yaa. Dan makasih buat kalian yang mau baca cerita ini🥰💐

1
Esti Purwanti Sajidin
vite dine ayuk thor up yg buanyak
Dadi Bismarck
Suka banget sama ceritanya, harap cepat update <3
hyeon': terima kasih sudah berkenan membacaa, akuu pastiin secepatnya bakal update>⁠.⁠<
total 1 replies
fianci🍎
Wuih, nggak sabar lanjutin!
hyeon': aaaaa, terima kasih atas dukungannya. semogaa sukaaa yaa🥺💐
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!