Chef Cantik Pilihanku 1

Malam semakin larut, Amora menghubungi rumah dan pembantunya mengatakan jika ayahnya belum kembali. Ia harus segera pulang ke rumah sebelum ayahnya mengetahui ia pergi seharian dengan mobilnya. Amora bersiap siap dan pamit pulang pada semuanya.

Saat sudah sampai di lobi hotel, ia melihat Dion sudah menunggunya disana.

"Apa kau sangat sibuk, ini sudah lewat dari jam kerja Amor." tanya Dion.

"Maaf, aku tadi menyiapkan bumbu untuk menu besok. Jadi sedikit terlambat." jawab Amora.

Dion mengangguk dan menarik tangan Amora. "Pak, ini masih di hotel. Aku tak ingin mereka salah sangka." ujar Amora.

Dion malah tertawa. "Apa kau lupa, aku memang kekasihmu sekarang. Dan aku sudah resmi putus dari Grace. Papi yang ikut memutuskan hubungan kami, jadi sudah saatnya aku mengumumkan hubungan kita pada semuanya." ujar Dion.

Amora menarik tangannya dan menggeleng. "Aku tak ingin mereka berpikir aku seorang pelakor. Umumkan hubungan kita setelah semuanya sudah jelas." jawab Amora.

Dion tak suka dibantah. "Persetan dengan mereka Amor." bentaknya. Dion kembali menarik tangan Amora dan membawanya ke mobil, sekuriti dan semua karyawan menatap mereka penasaran. "Mana kunci mobilmu, aku yang mengantarmu pulang, pak Jojo mengikuti kita." sambungnya.

Amora memberikan kunci mobilnya. Keduanya masuk ke dalam mobil. Dion menatap wajah Amora yang tertekuk. Wanita itu tetap terlihat cantik dengan ekspresi apapun. Dion menarik tengkuk leher Amora dan menciumnya, membuat Amora terkejut. Ini ciuman pertamanya. Dion tak melepaskan ciuman itu sampai akhirnya Amora menutup matanya dan mulai menerimanya.

"Itu hukuman buatmu, karena wajahmu ditekuk membuatku kesal saja. Aku akan memberi hukuman yang lebih dari ini jika kau melakukannya lagi Amor." ujar Dion seraya menghidupkan mesin mobilnya lalu jalan menuju rumah Amora.

Amora hanya terdiam, sepanjang perjalanan itu sangat menjengkelkan bagi Dion.

"Apa kau marah padaku Amor?" tanya Dion.

Amora menatap Dion dan menggeleng. "Tidak, aku hanya terkejut. Tadi adalah ciuman pertamaku." jawab Amora.

Dion menepikan mobilnya. "Apa? Ciuman pertamamu? Jadi aku orang yang pertama menciummu." tanya Dion tapi tawanya malah meledak. "Ya Tuhan, aku bersyukur sayang. Tapi seingatku kau pernah menciumku saat aku pingsan." sambungnya setelah ia menghentikan tawanya.

"Apa lucu buatmu? Dan saat itu bukan ciuman, aku hanya memberi nafas buatan." ujar Amora kesal.

Dion menariknya dan menciumnya lagi, kali ini Dion dengan lembut melakukannya membuat Amora meleleh dibuatnya. Setelah ia puas, Dion mencium kening Amora.

"Maafkan aku sayang, aku tak bermaksud mentertawakanmu, tapi aku sangat bahagia aku bisa menjadi orang yang pertama untukmu. Dan aku harap aku juga orang yang terakhir buatmu Amor." ujar Dion.

Dion kembali menjalankan mobilnya setelah mengatakan itu.

"Pak Dion, kau bisa mengantarku sampai depan komplek saja." ujar Amora.

"Kenapa? Oh ya ampun, jangan panggil aku pak. Aku seperti ayahmu saja. Panggil aku Dion jika kita sedang berdua saja." ujar Dion.

Amora mengangguk. "Aku akan menceritakan semuanya padamu nanti, sekarang aku tak ada waktu lagi buat bercerita. Tapi depan komplek sudah cukup Dion." ujar Amora.

Dion mengangguk. "Baiklah, ada sesuatu yang masih kau sembunyikan dariku. Aku harap besok kau bisa mengatakannya padaku." ujar Dion.

Keduanya sudah sampai di depan komplek, Dion menghentikannya disana. Lalu mencium pipi Amora.

"Selamat malam sayang, tidurlah yang nyenyak." ujar Dion.

"Selamat malam juga Dion, kau hati hati di jalan. Sampaikan salamku pada mami dan pak Jojo." jawab Amora.

Dion mengangguk, ia turun dari mobil Amora begitu juga Amora untuk berpindah di kursi kemudi. "Dah..." ujar Amora lagi.

Dion melambaikan tangannya dan hanya menatap mobil Amora hilang di dalam komplek. Dion masuk ke mobilnya dan kembali ke rumahnya bersama pak Jojo.

*****

Dion sampai di rumah besar itu, rumah keluarga Pranadja. Di ruang keluarga ayah dan ibunya sedang menunggunya.

"Malam mi, malam pi." sapa Dion seraya mencium pipi ibunya dan berbisik. "Menantumu menitip salam." bisik Dion.

Diana tentu saja langsung tersenyum bahagia.

"Malam Dion." jawab William. "Bagaimana pekerjaanmu hari ini?" tanyanya.

"Sangat melelahkan pi, aku harus menyiapkan berkas berkas pembatalan kerja sama dengan perusahaan Grace. Papi baik baik saja kan?" tanya Dion.

William mengangguk. "Yang papi sesalkan, Darwin adalah sahabat terbaik papi. Tapi entah mengapa ia menusukku dari belakang." jawabnya.

Dion menatap ayahnya yang sangat tenang lalu menatap ibunya tajam. Diana menghela nafasnya.

"Baiklah, mami mengaku. Mami sudah mengatakan soal kerja samamu dengan hotel Sheraton kepada papi." ujar Diana.

"Mami tidak asyik, seharusnya menjadi kejutan buat papi." jawab Dion seraya cemberut seperti anak anak.

William dan Diana tertawa bersama. "Kau sudah dewasa Dion, sikapmu sangat berbeda saat di rumah dan saat bekerja. Tentu saja papi sangat terkejut dengan semua ini. Dan papi sangat bangga padamu, kau menyelidiki semuanya dengan teliti dan mengambil rencana cadangan dengan baik. Papi hanya menyesali kekerasan hati papi sehingga membuatmu berada di dalam situasi yang sulit." ujar William.

Dion menggeleng. "Tidak sepenuhnya salah papi, saat itu Dion juga setuju tentang pertunangan ini. Saat itu Dion belum dewasa dalam bisnis, lalu setelah semakin belajar tentang bisnis perlahan aku sadar harus menyelidiki setiap kolega bisnis kita." jawabnya.

William sangat bangga pada putranya yang semakin dewasa. "Lalu kapan kau membawa chef Amor ke rumah kita?" tanyanya.

Dion kembali terkejut dan menatap ibunya lagi. "Tak ada satu pun rahasia yang bisa dijaga mami." ujar Dion.

Diana kembali tertawa. "Amor adalah wanita yang sangat cantik dan mami menyukainya, mungkin lebih darimu Dion. Kalau kau macam macam pada Amor, kau harus hadapi mami terlebih dahulu." ujarnya.

Dion tertawa. "Papi lihatkan bagaimana mami sekarang, ia lebih memilih Amor dibanding putranya sendiri." ujar Dion.

"Kalau mami seperti itu, berarti papi juga akan melakukan hal yang sama Dion." canda William.

"Ya Tuhan, aku sudah tidak ada tempat di hati kalian." ujar Dion membuat semuanya tertawa.

Dion merasa lega, kali ini kisah cintanya mendapat dukungan penuh dari kedua orang tuanya. Hari semakin larut, mereka semua bergegas ke kamar masing masing untuk beristirahat. Besok awal yang baru bagi Dion, dan siap ataupun tidak ia harus menghadapi Darwin.

Dion harus menjaga Amora mulai besok, karena ia tak ingin Darwin melakukan sesuatu pada kekasihnya. Ia tahu Darwin dan Gracia akan melakukan hal yang tidak diinginkan pada Amora ataupun padanya. Jika Darwin berani menyakiti Amora, maka ia tidak akan segan segan melaporkan soal korupsi perusahaannya pada kejaksaan.

Saat ini Dion masih menahan semua bukti sampai Darwin akan berbuat kesalahan kembali. Semua bukti itu adalah senjata bagi Dion untuk menghancurkannya. Mata Dion mulai lelah, perlahan lahan ia tertidur dengan perasaan yang sangat senang.

*****

Happy Reading All...😘