NovelToon NovelToon
Nona Menikahi Bocah

Nona Menikahi Bocah

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Contest / Nikahkontrak / Lisa / Tamat
Popularitas:46.9M
Nilai: 4.9
Nama Author: Ria Mariana

AWAS! Cerita ini bikin SENYUM-SENYUM SENDIRI.

Dewa Arga, cowok baru lulus SMA, belum mendapat ijazah sudah disuruh orang tuanya untuk menikah dengan wanita yang lebih tua darinya.

Bagaimana bocah petakilan itu bisa menjadi seorang suami yang baik?

Bara Abraham Wiratmaja, kakak tiri Nona yang baik dan tentunya tampan akan menambah manis cerita ini.

**
IG : marr_mystory

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ria Mariana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16 : Permintaan maaf Nona

Nona sedari tadi mondar-mandir di ruangan kantornya. Wajahnya sangat panik ketika membaca pesan dari Dewa. Dewa mengatakan jika dirinya tidak mau pulang. Nona merasa bersalah, dia harus membuat Dewa pulang ke rumah. Arsel memandangnya dari balik ruangan kesal melihat Nona yang takut jika Dewa tidak pulang, apakah Nona menyukai Dewa? Nona terus menelpon Dewa tetapi bocah itu tidak mengangkatnya dan justru hanya membalas pesan.

“Arsel, tolong siapkan mobil untuk ke tempat kerja Dewa!” pinta Nona.

Arsel menganggukkan kepala, Nona mengikutinya dari belakang dan menuju ke lobi. Sedari tadi dia memang sangat takut jika Dewa tidak mau pulang.

“Nona, mobil sudah siap.”

Nona dengan cepat masuk ke mobil dan Arsel mengemudikan mobilnya menuju restoran tempat Dewa bekerja.  Setelah menempuh waktu setengah jam mereka sampai direstoran itu dan Nona segera turun. Dia berjalan

cepat, Arsel hanya heran karena baru pertama kali Nona bersikap seperti itu. Manik mata Nona mencari setiap keberadaan Dewa sampai ia melihat Dewa sedang mengobrol asyik dengan Nisa. Hati Nona merasa sakit, dia mencoba mendekati mereka dengan wajah tenang.

“Dewa?” ucap Nona.

Dewa membalikkan badan, ia terkejut melihat Nona sudah ada dibelakangnya. “Nona, kenapa kau ada disini?”

Nisa melihatnya terheran, wanita yang pernah datang kesini sekarang berkunjung lagi dan menemui Dewa.

“Bisakah kita mengobrol?” tanya Nona.

Dewa memandang Nisa seolah meminta izin, karena restoran tidak banyak pengunjung akhirnya mau tidak mau Nisa mengizinkannya. Dewa berterima kasih lalu mengajak Nona untuk duduk. Mereka duduk berhadapan, Dewa menatap Nona sambil tersenyum Nona seolah salah tingkah dan tidak bisa berkata apa-apa.

“Mau bicara apa? Aku harus segera bekerja,” ucap Dewa.

“Ehm... Maafkan aku telah mengusirmu.”

Dewa tersenyum tipis. “Hari ini sudah meminta maaf berapa kali?”

“Aku tidak bercanda, aku sungguh meminta maaf. Mau kah kau pulang ke rumah?”

Dewa menggelengkan kepala membuat Nona semakin merasa bersalah. Nona mencoba menggenggam tangan Dewa tetapi Dewa menepisnya karena dia tahu sedang diperhatikan Nisa dari jauh.

“Dewa, pulang ya? Aku menyesal.”

“Tidak mau.”

Hati Nona semakin sedih, matanya mulai memerah. Sepertinya Dewa sudah tidak menyukainya lagi. Akankah setelah ini pernikahan mereka akan berjalan dengan baik? Dewa bisa membaca kesedihan Nona, dia tidak tega lalu menepuk bahu Nona.

“Jangan menangis! Jika menangis wajah cantikmu akan luntur,” ucap Dewa.

“Jangan bergurau, Dewa! Kau masih bisa tersenyum saat aku sedang sedih?”

Dewa semakin menertawai Nona, bulir air mata Nona langsung menetes dan ini pertama kali Dewa

melihat Nona menangis.

“Jangan menangis, Nona! Aku bercanda, aku akan pulang tapi tidak sekarang karena aku harus bekerja. Nanti malam aku akan pulang ke rumah.”

Nona mengusap airmatanya, matanya kini mulai berbinar. Dewa senang memandangnya. “Kau harus pulang, aku tunggu nanti malam,” ucap Nona.

Nona berdiri, ia mengulurkan tangan untuk menyepakati jika nanti malam Dewa harus pulang. Dewa berdiri lalu menerima uluran tangan Nona. Dia berjanji akan pulang tetapi dengan syarat jika Nona tidak boleh bersedih lagi. Disisi lain, Nisa memandang mereka dengan cemburu. Dia penasaran apa hubungan Dewa dengan wanita itu.

Apa itu pacar Dewa? Tapi tidak mungkin sepertinya wanita itu jauh lebih tua dari kami.

**

Sepulang kerja, Dewa pulang ke rumah Nona. Dia sedikit membeli camilan dipinggir jalan untuk dibawa pulang, rasa lelahnya tergantikan dengan gaji yang cukup lumayan untuk menjatah Nona dan membeli jajan dirinya sendiri.

Dewa melihat diseberang  jalan berjualan sempolan ayam, camilan favoritnya saat masih sekolah. Dewa lalu menuju ke seberang dan

membeli 15 tusuk. Sambil menunggu sempolan ayam itu matang, dia membuka pesan

di ponselnya dan membaca pesan digrup jika akan ada makan bersama setelah

menerima ijazah nanti. Teman-temannya akan membawa pacar masing-masing dan Dewa

tidak mungkin membawa Nona ikut dengannya nanti dikira malah kakaknya sendiri.

Dewa juga

membuka pesan dari mantan pacarnya yaitu Sarah, gadis labil itu mengirimkan kata-kata

permintaan maaf saat semasa pacaran dulu dia belum bisa menjadi seorang pacar

yang baik.

Basi. Aku tidak mau berhubungan

dengan Sarah lagi. Dia yang mutusin, dia juga yang ngejar-ngejar lagi.

“Mas,

sempolannya sudah siap,” ucap si penjual.

Dewa segera

membayarnya lalu mencari angkot, andai saja sepeda motornya tidak dijual pasti

dia tidak akan naik angkot yang jauh lebih membuang ongkos. Tetapi tiba-tiba

sebuah mobil mewah berhenti didepannya, kaca mobil itu terbuka yang didalamnya

adalah Mas Supri.

“Hallo,Dewa.

Ayo cepat naik! Nona sudah menunggu dirumah.”

Dewa

langsung naik dan duduk disamping kemudi, Mas Supri melirik makanan yang dibawa

oleh Dewa.

“Kau mau

bawa makanan itu ke rumah?” tanya Mas Supri.

“Iya, emang

kenapa?”

“Nona anti

sekali makanan di pinggir jalan. Bahkan pelayan dan pembantu pun tidak berani

membeli dan makan didalam rumah Nona,” jelas Mas Supri.

Dewa

mengernyitkan dahi lalu membuang pikiran negatifnya. “Semoga Nona tidak

memarahiku.”

Mas Supri

tersenyum,  jika Nona tidak memarahi Dewa

pertanda Nona sudah menyukai Dewa. Memang saat Nona sedang jatuh cinta sangat

menggemaskan dan aroma-aroma cinta akan tersebar dipenjuru rumah.

“Nona hari

ini sudah wangi dan berdandan cantik,” ucap Mas Supri.

“Memangnya

Nona mau kemana?” tanya Dewa.

“Haduh...

Pura-pura bodoh rupanya, untuk menyambutmu lah.”

Dewa tertawa

kecil, sampai segitunya kah? Apakah ini hanya akting Nona? Setelah menempuh

waktu selama setengah jam akhirnya sampai juga. Dewa segera turun dan membawa

makanannya. Mas Supri membuka pintu utama untuk Dewa, Dewa langsung memandang

Nona yang berdiri 5 meter darinya seolah menyambut kedatangannya.  Nona melirik makanan yang ditenteng Dewa

tetapi ia seolah tidak mempermaslahkan itu.

“Dewa, mandi

dulu! Setelah itu kita makan malam bersama.”

Dewa

menganggukkan kepala lalu menyerahkan makanan itu ke Nona, Nona menerimanya

walau sedikit tidak nyaman. Nona melihat Dewa naik ke kamarnya sedangkan dia

menuju ke ruang makan dan meletakkan sempolan itu diatas meja. Nona menunggu

sendirian, dia tersenyum sendiri saat melihat wajah tampan Dewa saat sepulang

kerja tadi.

“Nona

membeli makanan itu?” tanya Bibi yang datang dari arah dapur dan menunjuk

seplastik sempolan ayam.

“Dewa yang

membelinya.”

“Nona tidak

marah?”

Nona

tersenyum. “Saya tidak ingin merusak suasana malam ini.”

Bibi tertawa

kecil, dia lalu berpamitan beberes didapur sedangkan Nona tersenyum sendiri

tidak jelas.

Setelah 15

menit, akhirnya Dewa muncul juga. Rambutnya yang basah dan badannya yang wangi

sabun membuat Nona menjadi tenang. Nona lalu menarik kursi dan menyuruh Dewa

untuk duduk. Nona melayani Dewa dengan baik seperti mengambil minuman, piring

serta lauk pauknya. Mereka lalu makan dengan tenang dan sesekali Nona melirik

Dewa.

“Oh ya, kau

tidak marah aku membawa makanan pinggir jalan ini?” tanya Dewa.

“Sekali-kali

tidak papa.”

Dewa melihat

bulir nasi disudut bibir Nona lalu mengambilnya, Nona cukup terkejut dan

menjadi salah tingkah. “Maaf membuatmu kaget,” ucap Dewa.

Nona

menggelengkan kepala, entah kenapa hatinya seolah berbunga-bunga. Setelah makan

malam selesai, mereka memutuskan untuk kembali ke kamar. Dewa membawa

makanannya ke kamar dan Nona tidak mempermasalahkan itu.

“Nona harus

coba makanan ini, ini makanan jaman sekolah,” ucap Dewa sambil menyerahkan satu

tusuk sempolan yang didalamnya berisi telur puyuh.

Nona

menggelengkan kepala, dia takut tenggorokkannya akan sakit jika makan makanan

seperti itu. Dewa langsung menyuapkan ke mulut Nona, mau tidak mau Nona harus

mengunyahnya. “Rasanya lumayan,” ucap Nona.

Mereka lalu

makan bersama sampai habis tidak tersisa, Dewa segera menuangkan minuman dan

menyerahkannya kepada Nona. Nona sedari tadi melihat bibir Dewa yang menggoda,

ia ingin memagutnya. Tanpa berpikir panjang, Nona mencium bibir Dewa dengan

mesra, memagutnya dengan penuh kenikmatan tiada tara. Dewa langsung membalas

ciuman itu, lidahnya sudah bermain-main didalam mulut Nona.

1
Rohimatul Amanah
Luar biasa
yusuf b
Lumayan
Tesha Febrini
novel Zian dan elara kok udah gak ada?
Joko
bagus sekali aku Sampek baca ber ulang2 ....ceritanya juga bagus.
Kuma Bear
Luar biasa
Deni Kurniawan
oke
Safei
lemot
Shenalkun
kok beda sama yang di sampulnya Thor?
Shenalkun
Luar biasa
Santi rukoyah
lanjut ceritanya
Reni Ajja Dech
kesel juga thorr GK tau ap ap.tiba tiba di siram.
Luar biasa
Lee Yun seo
👍🏻
Li Hao「✔ ᵛᵉʳᶦᶠᶦᵉᵈ 」
Mantap Thor
wikha Sandra
entar jd jodoh
wikha Sandra
saudara kandung it namanya krn 1 ayah
Nurfana Nur
alamah,ada ad SJ😂😂😂😂😂😅
Nurfana Nur
sakit perut ku 😂😂😂sampai rasa mauuuuu 🙊
hah
😂😂😂
hah
wkwk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!