Tak kusangka cinta berselimut dilema bisa datang padaku!
Rena Arista seorang dosen muda yang berusaha meraih mimpinya untuk bisa menikah dengan tunangannya yang sangat dicintainya.
Pada saat bersamaan datang seorang pria yang usianya lebih muda dan berstatus sebagai mahasiswanya, memberikan cintanya yang tulus. Dengan perhatian yang diberikan pria itu justru membuat Rena meragu atas cintanya pada tunangannya.
Sebuah kisah cinta segitiga yang penuh warna. Bagai rollercoaster yang memicu adrenalin menghadirkan kesenangan dan ketakutan sekaligus.
Akankah Rena mampu mempertahankan cintanya dan menikah dengan tunangannya?
Ataukah dia akan terjebak pada cinta baru yang mengguncang hatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eren Naa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Erika
Tokyo, 09.00 AM
"Selamat pagi Pak Aldi, ini Nona Erika dari divisi Teknik cabang Nagoya!" Mr. Satoro memperkenalkan seorang gadis berambut ikal sebahu berkulit putih dan bermata biru dalam bahasa Inggris.
Mereka menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa percakapan di kantor karena mereka banyak berinteraksi dengan investor -investor asing. Bahasa Jepang juga digunakan untuk bahasa bantu karena banyak karyawan mereka merupakan penduduk asli Jepang.
"Irasshaimase!" ucap Aldi sambil membungkuk memberi ucapan 'selamat datang' dalam bahasa Jepang.
"Arigato gozaimasu!" Erika pun ikut membungkuk mengucapkan terima kasih.
"Ini meja anda!" Aldi menunjukkan meja kerja Erika yang berada di samping meja kerjanya.
"Arigato!" Erika kemudian menuju meja kerjanya.
"Maaf saya tidak terlalu fasih berbahasa Jepang!" ujar Aldi lagi.
"Tidak mengapa! Saya juga lebih sering menggunakan bahasa Inggris." Erika menjawabnya sambil tersenyum.
"Apa saya bisa meminta beberapa file gambar proyek Nagoya?" Erika berdiri mendekati Aldi yang sedang berkutat dengan laptopnya.
"Tunggu sebentar!" Aldi mencari berkas-berkas yang di minta Erika dan memberikannya.
"Arigato!' Erika pun kembali ke mejanya. Mereka pun larut dengan pekerjaan masing-masing
*******
Siang harinya ...
Saat jam makan siang Aldi dan Erika makan bersama di kantin kantor. Dua orang pria, Tomoya dan Natsuki yang juga teman kerja Aldi ikut serta bersama mereka
"Kalian sudah lama bekerja di sini?" tanya Erika sambil menyantap makanannya.
"Saya sudah empat tahun bekerja disini!" Tomoya menjawab lebih dahulu. Dia paling senior diantara mereka.
"Saya dan Natsuki baru setahun bekerja, bagaimana denganmu?" jawab Aldi.
"Saya baru dua tahun," jawab Erika.
"Berarti kamu senior saya?" Natsuki juga ikut berbicara.
"Sepertinya begitu." Erika berkata sambil tersenyum.
"Maaf, sepertinya kamu bukan penduduk asli Jepang?" Aldi bertanya pada Erika.
Aldi mulai penasaran dengan asal usul Erika yang memiliki wajah yang agak berbeda dari kebanyakan orang Jepang.
"Apa itu kelihatan jelas ya?" Erika malah berbalik bertanya pada Aldi.
"Ya dari matamu mungkin," jawab Aldi
"Betul juga, banyak yang berkata seperti itu. Saya berdarah campuran Jepang-Rusia!" ujar Erika kemudian.
Merekapun saling bertukar informasi tentang privasi mereka sampai jam istirahat berakhir. Kemudian mereka kembali ke ruangan kerja dan berkutat dengan pekerjaan mereka yang tidak ada habisnya.
...****************...
Di sudut bumi lain, jam menunjukkan 7:00, tapi Rena masih enggan bangkit dari tempat tidurnya. Biasanya di jam seperti ini dia sudah dikejar-kejar waktu untuk berangkat ke kampus. Tapi hari ini pengecualian baginya karena jam mengajarnya kosong hingga bermalas-malasan menjadi pilihannya disaat seperti ini.
Dddrrt ... Ddrrtt.
Ponsel Rena berbunyi. Membuatnya bangkit dari pembaringan. Dengan enggan Rena mengangkatnya.
"Hallo, assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam, selamat pagi, apa betul ini dengan Mbak Rena Arista?" Suara wanita diseberang nampak ramah. Rena membetulkan posisi duduknya.
"Iya benar, maaf dengan siapa ini, Bu?" Rena pun bertanya dengan ramah.
"Saya mamanya Yori, mahasiswa Mbak Rena. Apa anda punya waktu hari ini? Ada yg perlu saya bicarakan dengan anda."
Rena terdiam sebentar.
"Bisa bu." jawabnya kemudian.
"Ok, saya akan kirim lokasi dan waktunya, terima kasih mba Rena."
Tut .. tut .. tut.
Belum sempat Rena menjawab, telponnya sudah ditutup. Tak lama masuk sebuah pesan. Ada lokasi dan waktu tertera disitu. Karena waktunya sudah mepet Rena pun bergegas mandi dan berpakaian. Dia mengenakan overall berbahan jeans yang bermotif dipadankan dengan inner hitam, pasmina hitam dan sneaker putih
Dengan menggunakan taxi online tak butuh waktu lama Rena pun sampai di tempat tujuan.
Sebuah kantor perusahaan persero yang terkenal di negeri ini.
Dia menuju lobi dan bertanya pada karyawan front office yang ada disana. Salah satu karyawan terlihat menelpon seseorang dan kemudian mengantarnya ke salah satu ruangan bertuliskan Direksi Keuangan.
Tok ... tok ...
" Masuk!" jawab suara wanita dari dalam. Karyawan itu pun membuka pintu dan mempersilahkan Rena masuk.
" Assalamu'alaikum." Rena memberi salam
"Wa'alaikum salam, mari masuk Mbak Rena!" Wanita itu kira-kira berumur 40an tahun, cantik, anggun dengan jilbab yg dikenakannya.
"Rena Arista." Rena memperkenalkan diri dan menjabat tangan wanita itu.
"Syntia." Dia menyambut uluran tangan Rena.
"Silahkan duduk! Mau minum apa Mbak Rena?" tanyanya sambil tersenyum.
"Air putih aja, Bu." Rena langsung menjawab tanpa malu-malu.
Huuff rasanya mukaku merah padam, keliatan banget kan kalo aku kehausan. Katanya dalam hati sambil memegang wajahnya.
Wanita itu pun meletakkan sebotol air mineral & gelas dimeja dan kemudian duduk sambil mempersilahkan Rena minum. Tanpa basa basi Rena langsung meminum airnya sampai hampir habis. Wanita itu tertawa kecil melihat tingkah Rena.
"Maaf Bu, saya kehausan." Rena tersipu.
"Tidak apa Mbak Rena ... setelah melihat dirimu, saya pun paham mengapa Yori menyukaimu." Dia tersenyum penuh makna.
"Yori anak yang susah diatur. Dia selalu memberontak pada papanya. Tapi sebenarnya dia anak baik." Mama Yori mulai bercerita. Rena mengangguk membenarkan kata-katanya.
Kemudian Bu Syntia melanjutkan kembali ceritanya.
"Kalau sudah keluar rumah, susah memintanya kembali ke rumah, karenanya dia jarang bermalam dirumah. Tapi anehnya beberapa bulan terakhir ini dia selalu tidur dirumah, bahkan rajin sholat." jelas bu Syntia dengan mata berbinar.
Tiba-tiba Rena ingat sesuatu.
"Bagaimana Ibu bisa tau nomor saya?" tanyanya penasaran.
"Dari print out tagihan kartu pascabayar Yori" katanya sambil tersenyum lagi.
"Oh ... iyya, saya sudah sering memperingatkan dia masalah telpon ini tapi dia tetap masa bodoh, maaf Bu, kalau saya tidak angkat telponnya dia tidak berhenti kirim pesan dan voice mail." Rena menundukkan kepala merasa bersalah.
"Tidak mengapa Mbak Rena, itu bukan kesalahan Mbak Rena, lagipula itu bukan masalah buat kami. Justru kami senang Yori sudah mulai banyak berubah sekarang!" Mama Yori menggenggam tangan Rena.
"Alhamdulillah, saya ikut senang juga Bu!" Rena tersenyum pada wanita itu.
"Saya hanya ingin Mbak Rena mendukung dan mau menunggu sampai Yori berhasil menyelesaikan kuliahnya dan bekerja."
Deg!
Kalimat Bu Syntia membuat Rena terkejut dan seketika ia melepaskan genggaman tangannya.
"Mohon maaf ini sebelumnya Bu, saya kira Ibu salah paham. Hubungan saya dan Yori hanya sebatas teman biasa. Antara adik dan kakak. Saya hanya mencoba menjadi kakak bagi Yori. Lagipula usia kami terpaut lumayan jauh."
Rena terdiam mengambil jeda. Dia mencoba menyusun kalimat sebaik mungkin agar tidak melukai hati wanita yang telah menjadi ibu sambung pria yang berapa hari ini mengusik jiwanya.
"Mungkin selama ini Yori belum mendapatkan seseorang yang bisa diajak bicara hingga dia bertingkah seperti itu. Dan saya mencoba memahaminya, menjadi pendengar yang baik untuknya selama ini. Saya kira hanya sebatas itu hubungan kami. Sekali lagi mohon maaf, Bu!" Rena berbicara panjang lebar mencoba meluruskan kesalahpahaman itu
"Waduh saya kira kalian sudah pacaran. Maaf loh mbak Rena. Tapi ... dari dugaan saya sepertinya Yori jatuh hati pada mba Rena"
Plak! Kalimat mama Yori seperti tamparan yang menyadarkan Rena.
Apakah selama ini aku memberi harapan palsu padanya?Rena pun diam larut dengan pikirannya.
"Tapi saya sudah bertunangan, Bu!" katanya pelan
Ibu Syntia terkejut. Tidak menyangka masalahnya akan serumit ini.
Bersambung.
...****************...
...Hai my beloved readers 🖐️❤️...
...Jika ada saran langsung di komen aja ya gaess!...
...Jangan lupa like, favorite, komen dan rate 5 ya!...
...Thank you....love you all....
...****************...
bonus lumayan
Next lanjut