George Zionathan. Pria muda yang berusia 27 tahun itu, di kenal sebagai pemuda lemah, cacat dan tidak berguna.
Namun siapa sangka jika orang yang mereka anggap tidak berguna itu adalah ketua salah satu organisasi terbesar di New York. Black wolf adalah nama klan George, dia menjalani dua peran sekaligus, menjadi ketua klan dan CEO di perusahaan Ayahnya.
George menutup diri dan tidak ingin melakukan kencan buta yang sering kali Arsen siapkan. Alasannya George sudah memiliki gadis yang di cintai.
Hidup dalam penyesalan memanglah tidak mudah, George pernah membuat seseorang gadis masuk ke Rumah Sakit Jiwa hanya untuk memenuhi permintaan Nayara, gadis yang dia cintai.
Nafla Alexandria, 20 tahun. Putri Sah dari keluarga Alexandria. Setelah keluar dari Rumah Sakit Jiwa di paksa menjadi pengganti kakaknya menikah dengan putra sulung Arsen Zionathan.
George tetap menikahi Nafla meskipun tahu wanita itu gila, dia hanya ingin menebus kesalahannya di masalalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Incy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16 IGTG
“Bagaimana, apa kau suka?" George bicara dengan menatap dalam mata sang istri.
Nafla reflek menganggukkan kepalanya, terlihat senang dengan dua eskrim di kedua tangannya.
George tersenyum. “Antara aku dan Felix kau lebih suka siapa?"
Sungguh pertanyaan yang menjebak. Nafla nampak berpikir dan itu membuat George semakin gemas. “Kau seperti orang waras yang tengah berpikir, jawab saja mana yang lebih kau sukai?"
“George!" Jawab Nafla riang.
“Bagus, kau memang harus lebih menyukai suamimu daripada orang lain. Meskipun aku dan Felix memiliki wajah yang sama, kamu harus bisa membedakannya." Nafla kembali mengangguk.
Lalu George membiarkan Nafla menghabiskan eskrimnya, tetapi cara Nafla menjilat malah membuat sesuatu di balik celana hitam George mengeras.
Pria itu mendadak memiliki pemikiran mesum kala melihat cara Nafla menikmati Eskrimnya.
Greb!!
George menarik lengan Nafla sampai terjatuh dalam pangkuannya, tanpa basa basi dia langsung melahap bibir mungil itu.
Menyesapnya penuh dengan gairah, Nafla mengeluh kala mendapatkan remasan di bukit kembar yang menjadi candu George.
George ingin menghabiskan malam panjang ini bersama istrinya, sebelum hari esok tiba, karena dia sendiri tidak tau apa yang akan terjadi setelah malam pelelangan.
Desahan manja Nafla membangkitkan gairah George, sampai tanpa sadar pria itu berdiri dan menggendong istrinya.
Lupa? tidak, George tidak lupa dia sadar jika dirinya tengah berdiri dan membawa istrinya naik keatas ranjang.
“Nafla, malam ini kau milikku dan aku milikmu." Bisiknya memberikan gigitan kecil ditelinga Nafla.
Nafla melakukan gerakan seperti awal pertemuan, dan keduanya terus melakukan pemanasan, sampai permainan inti terjadi.
George tidak pernah cukup satu kali, pria itu melakukannya berkali-kali dan tanpa pengaman seperti di awal.
“Kau terlihat sangat seksi, tubuhmu juga semakin berisi." Ucap George memberikan kecupan di kening Nafla.
Sementara wanita gila itu meringkuk kelelahan akibat pemimpin brutal George. Pria itu seakan menunjukkan kegagahannya.
***
Sesuai rencana, Max sudah mempersiapkan semuanya dan memastikan tidak ada kesalahan. Beberapa tamu sudah mulai datang, termasuk Arsen yang ingin menyaksikan pertunjukan.
George duduk di barisan paling depan dan di sampingnya ada Naraya yang terlihat begitu cantik, menggenggam tangan George.
Di sebelah Naraya juga ada Tuan Jaco. Sebagai pemilik barang pelelangan utama.
Semua berjalan dengan lancar, beberapa barang terjual dengan harga yang memuaskan. Sampai akhirnya MC menyebutkan barang utama yang menjadi incaran semua orang.
Beberapa saat kemudian, satu wanita yang di kawal memasuki ruangan dengan membawa sebuah kotak kaca yang di tutupi oleh kain merah.
Ketika kamera menyorot kearah kotak kaca itu dan menampilkan dilahar lebar, membuat mata semua orang melebar dengan mulut yang menganga.
Dalam kotak kaca itu terlihat jelas, kepala manusia yang masih segar, wajah cantik dengan riasan tipis. Tersenyum manis meskipun matanya terpejam.
Bukan hanya para pengunjung pelelangan, George sendiri sempat tersentak kaget, namun dengan cepat dia menormalkan ekspresinya.
Tidak menyangka jika barangnya Naraya katakan adalah potongan kepala manusia. Wajahnya begitu familiar, sampai beberapa detik kemudian George teringat akan sesuatu.
“Nyonya Winters?" Gumamnya pelan. Sementara Naraya juga nampak terkejut, dia memang pernah melihat sang Ayah menyimpan sesuatu untuk mengendalikan Nafla. Namun dia juga tidak menduga jika itu adalah kepala Ibu kandung Nafla.
Keterkejutan itu menjadi ketegangan kala para pengunjung mulai berkomentar, merasa jika pelengan ini adalah kedok penjualan orang tubuh manusia.
Tetapi Tuan Jaco tetap santai, dia duduk tenang, cahaya lampu masih menyoroti satu titik saja, sehingga di bagian pengunjung tidak begitu terang.
Sementara di tempat lain Nafla tengah merasakan tubuhnya tidak nyaman, beberapa kali memuntahkan makanan yang dia makan.
Maid yang di tugaskan menjaga dirinya nampak khawatir. Lantaran wanita yang mereka anggap gila itu duduk lemas dan tidak berdaya.
“Nyonya, bagaimana kalau kita coba alat ini?" Ucap Maid sembari menunjukkan alat tes kehamilan.
Nafla diam tidak menanggapinya, mulutnya terus bergumam memanggil suaminya.
“Lebih baik paksa saja, orang gila mana bisa menggunakan alat seperti itu." Ketus salah satu maid yang tidak menyukai Nafla.
Wanita berbadan mungil yang terlihat begitu perhatian pada Nafla menggeleng pelan. “Jangan bicara seperti itu, mau bagaimanapun Nyonya Nafla tetap menantu Sah yang di akui oleh keluarga Smith."
Setelah mengatakan itu, segera membawa Nafla masuk ke kamar mandi, membantunya untuk menggunakan alat tes kehamilan. Iya, hanya Jessica maid muda nan cantik yang memberikan perhatian pada Nafla.
“Cih, meskipun di akui tetapi tetap saja Tuan George tidak benar-benar tulus padanya, lihat ini." Wanita yang memiliki nama Clarence itu menunjukkan siaran langsung yang di lakukan oleh seseorang.
Dimana nampak George yang duduk tenang sembari menggenggam tangan Naraya. namun bukan itu yang menjadi pusat pandang mereka. Melainkan Kotak kaca yang berada di atas panggung.
“Astaga, itu kepala manusia Alsi?" Tanya salah satunya.
Clarence mengangguk. “Hmm, kalian tau, dari penjelasan Tuan Jaco, itu adalah wanita penggoda, kalau Tidak salah namanya Winters." Wanita itu bicara dengan nada lantang.
Sudah bukan lagi rahasia, nyatanya mereka melakukan siaran langsung.
***
Wajah Max mulai panik dan khawatir, lagi semua tidak berjalan sesuai rencana. Pelelangan privat, yang artinya hanya di hadiri oleh orang-orang pilihan saja, tetapi pria Tua itu malah melakukan siaran langsung.
Terpaksa George harus mengubah renca B. Dia hanya ingin membuktikan kecurigaan kesehatan Nafla dengan menggunakan sesuatu milik Nyonya winters. Tetapi siapa sangka Pria Tua itu juga memiliki renca.
Fatalnya Tuan Jaco memberikan fakta lain dari kenyataannya. jelasnya kepala wanita itu adalah seorang penggoda yang mengganggu rumah tangganya dan menyakiti putri tersayangnya, Naraya.
Tetapi detik kemudian, suasana mendadak hening, hanya terdengar dentingan piano dari balik layar, semua orang penasaran siapa yang memainkan itu.
Dep
Semua lampu mati total, tidak ada penerangan sama sakali, mereka semua mulai khawatir dan waspada. Sampai beberapa menit kemudian.
Suara piano terhenti berganti layar lebar yang menyala, disana terlihat seorang pria berpakaian hitam dengan wajah yang tertutup topeng, khas seorang ketua klan yang jelas mereka kenal tetapi tidak pernah mengetahui wajah aslinya.
Black wolf. Salah satu organisasi terbesar di New York, siapa yang tidak ingin bergabung dengan klan itu, kekuatannya tidak perlu diragukan lagi. Setiap misi berbahaya selalu di selesaikan dengan mudah.
Bisik-bisik kembali terdengar, rasa penasaran muali mengusik mereka.
Lampu menyala dan menyorot kesatu titik, pada seorang pria yang awalnya duduk di kursi roda kini berdiri tegak dengan memeluk seorang wanita.
Tentu saja semua orang terkejut, ternyata pria muda yang di anggap tidak berguna dan lumpuh itu hanya kepura-puraan saja.
Bersamaan dengan itu, di layar pria yang menggunakan topeng menampakkan wajahnya.
“Tuan George?" Ucap mereka bersamaan.
Dor!!
Dor!!
Hening, George menunduk melindungi Naraya, sampai suara tepuk tangan terdengar.
“Sekarang mari kita lihat, siapa yang benar-benar bisa mengendalikan permainan ini, Suamiku."
gk pnts jd ank
puas kau... kau tendag perut ny brkali"... laki kau...
tlg psh kn merk
kalau aku jadi nafia aku si ogah balik lagi ke orang yg plin plan
ud aq tebak dy gk gila cp" kau nara