Kisah hidup Amaya Mentari yang mencari kebahagian sejati nya di tengah perselingkuhan suaminya.
Dimana delapan tahun pernikahan tidak ada artinya di mata suaminya.
Pengorbanan Mentari tak di hargai selama ini. Kesetiaan nya di balas air mata. Dan yang paling mengenjutkan ternyata selama ini suaminya telah menikah lagi dan memiliki anak dari wanita lain. Dan paling sial nya, keluarga suaminya mendukung itu semua.
Mentari" jika kesetianku di balas penghianatan, jika pernikahan ku tak berarti di mata nya, buat aku pertahankan!"
"Bandingkan aku dengan wanita lain nya mas. Apa ada yang bisa menerima mu dengan kemiskinan mu?"
"Apa ada yang melayani mu sebaik aku saat kamu lumpuh mas?"
"Bahkan mantan si4lan mu meninggalkan mu di hari pernikahan mu mas?"
Dan sekarang, kamu malah menikahinya dan memiliki anak dengan nya, di saat sembuh? Terlalu kamu mas?"
"Apa guna nya hadir ku selama ini di hidup mu mas? "
Yuk ikuti Kisah hidup Amaya Mentari di tenggah badai rumah tangga nya. Mentari
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasri Ani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SAKITNYA JADI MENTARI
Sudah dua jam ini Mentari menanggisi nasibnya. Masih bertempat di pelataran rumah sakit tempat nya memeriksa kesuburan. Malu sudah tak dia rasakan, kesedihan nya mengalahkan semua nya.
Tak ada yang tersisa dari seorang Mentari saat ini.
Semua nya di rampok habisan oleh suaminya. Dan apakah tidak keterlaluan jika dia masih mengharapkan pria seperti itu.
Suami nya hidup bahagia dengan istri tercinta nya.
Dengan penuh kemewahan dan suka cita, sedangkan dia hanya dapat penderitaan dan penyesalan.
Buat apa mereka memaksa Mentari dulu menikah dengan putra nya. Jika hanya butuh perawat anaknya yang lumpuh, Mentari tak keberatan bekerja pada mereka, sebagai pembantu.
"Sampai kapan kamu akan menanggis disana Mentari?"
"Sampai nanggis darah pun mereka tak akan perduli padamu."
" Kau liat sendiri, bagaimana laki laki yang kamu cintai merusak hidupmu. Menghancurkan mu dan keluarga mu."
Mentari terdiam. Siapa lagi yang berani memarahinya. Dia tak punya teman disini. Hanya Ginalah satu nya teman yang dia miliki saat ini.
Tentu saja Gina tahu, apa yang terjadi pada Mentari saat ini. Karena hasil dari tes itu sudah Mentari fotokan buat Gina. Karena Mentari sendiri tak tahu cara membaca hasil tes itu.
Dengan usulan Gina, Mentari di titahkan mencari dokter yang bisa di mintai tolong membaca hasil tes tersebut.
"Ayo bangun,,, jangan mempermalukan dirimu disini." Kembali suara Gina terdengar.
"Aku sudah mendapat pembeli untuk rumah lamamu itu. Bukan nya kamu butuh uang untuk pulang kampung."
"Besok kita ketemuan, setelah dapat bayaran nya.
Kamu pulanglah dulu, tenangkan pikiranmu."
" Pikirkan apa yang akan jadi tujuan mu saat ini. Apa yang ingin kamu lakukan dan masalah pernikahan mu itu, akan kamu bawa kemana."
Mentari menoleh ke arah Gina. Usulan teman nya ini memang terbaik. Dan itu sepertinya baik untuk nya saat ini.
Toh dia juga tak punya siapapun disini, suaminya itu sudah membuangnya.
"Ayo bangun kita pulang?" ajak Gina.
Mentari mengangguk,,, baru juga dia berdiri taktahunya ada telpon dari kampung.
Heran, tentu saja. Tak biasa nya orang tua nya menghubungginya. Ada apa? Mendadak Mentari merasa cemas dan khawatir, takut terjadi sesuatu pada orang tua nya.
Mentari langsung menerima panggilan itu.
"Nduk,,,pulang nduk, bapak mu sakit nduk."
Terdengar suara tanggis ibunya dari sebrang sana.
"Sakit,,,, bapak sakit apa buk?" tanya Mentari.
"Bapak mu tetiba kena serangan jantung nduk. Dan sekarang di rumah sakit dekat kelurahaan."
Kampung Mentari sudah ada rumah sakit ya? Bukan hanya puskesmas aja. Perkampungan nya bukan desa sekali. Meski rumh sakit nya tak terlalu besar, dan fasilitas nya tak lengkap.
"Apa?"
"Kok bisa? Bukan nya bapak nggak ada riwayat penyakit jantung ya buk?"
"Nanti ibu cerita nduk. Ayok buruan pulang nduk. Ibu nggak rela kamunya di hina di keluarga suami mu nduk."
"Ha? Ada apa buk?"
"Pokok nya pulang nduk?"
"Iya buk, Mentari pulang sekarang buk. Tunggu Mentari buk."
Ponsel di matikan, Mentari bingung harus berbuat apa. Tapi satu yang dia tangkap pasti ini ada hubungan nya dengan keluarga suaminya.
Mentari berjanji kalau emang bener ini seperti dugaan nya. Dia bakalan balas dendam. Dia tak akan membiarkan suami dan keluarga nya itu hidup tenang. Dia bakalan balas sakit hatinya dan keluarga, pershetan dengan cinta nya.
"Ada apa?" Gina menangkap perubahan wajah pada sahabat nya ini.
"Jualin rumah itu sekarang juga, aku butuh uang banyak seperti nya. Bapak ku kena serangan jantung masuk rumah sakit."
"Dan aku yakin ini pasti ulah para baj!ngan itu."
"Astagfirullah,,," ucap gina pelan.
"Yakin?"
"Ibu ku ada bilang tadi, meski sepintas."
"Bangs4t umpat Gina. Ini sudah keterlaluan nama nya. Kenapa melibatkan orang tuamu."
"Elo masih mau diam aja udah kayak gini."
"Masih meratapi cinta lo."
"Gue ogah,,, para pria si4lan itu memang harus di musnahkan. Apalagi yang namanya pelakor, harus di kasi pelajaran setimpal."
"Aku harus pulang ke kampung dulu. Soal mereka, aku pasti balik lagi."
"Ya ayok kita temui yang mau beli. Tapi aku yakin pasti murah."
"Rampok suami ku, aku yakin dia selalu membawa uang di tas nya dalam jumlah besar."
" Yakin?"
"Iya, sangat!"
"Tapi sulit kayak nya. Kalau pak Haykal yang di rampok harus malam hari. Pasti nya dia tak akan tinggal diam. Bisa aka kasus nya akan panjang lebar jadinya."
"Terserah,,, setelah dapat uang banyak aku langsung pulang."
Tepat yang Gina ucapkan, rumah habis terbakar cuma tanah doang, mana lokasinya termasuk di dalam komplek biasa aja, ya lakunya nggak seberapa.
Hanya bisa muat membangun dua kamar dan sisa tanah sedikit. Syukur masih di hargai dua ratus jutaan. Karena Mentari punya surat lengkap, dan pembeli nya lagi dan lagi orang yang kenal Gina.
Sekarang Mentari dan Gina ada di depan kantor perusahaan Haykal. Rencana nya mereka mau menunggu petang, para preman sudah Gina sewakan.
Sejauh ini Gina membantu Mentari. Padahal tujuan nya sendiri belum tercapai. Tapi miris kehidupan Mentari
Membuat nya kasihan. Toh musuh mereka juga sama secara tak langsung.
"Andai aku bisa masuk ke dalam perusahaan itu," lirih Mentari.
" Memang apa yang mau kamu lakukan?"
"Kamu pikir si suami bangs4t mu itu menyimpan harta di sana, belum cctv nya," timpal Gina.
" Mending rumah mertua mu. Itu sudah jelas. Paling tidak berlian sudah pasti mereka punya." Gina kembali saran.
"Susah nggak sih masuk nya?"
"Sekarang Haykal di perusahaan dengan istrinya. Ya paling tidak ada mertua mu aja disana."
"Aku pernah tinggal disana, aku masih ingat keadaan di dalam sana. Cuma masuk melewati satpam itu yang susah. Mereka senantiasa mengusirku."
"Aku akan alihkan perhatian mereka, dan kamu masuk ke dalam sana. Gimana?"
Akhirnya mentari menyetujui usulan Gina. Daripada menunggu disini nggak pasti. Mana tahu itu suaminya di tas nya kosong, nggak ada apapun.
Masuk ke perusahaan juga sulit. Tentu nya banyak cctv. Dan paling penting belum tentu ada apapun di sana.
Kini mereka sudah ada di depan kediaman mewah Haykal. Berbekal palu dan alat pembobol brangkas.
Mentari masuk dengan pakaian serba hitam nya. Tentu saja semua sudah mereka siapkan.
Gina sang kawan berperan sebagai orang yang menanyakan alamat, sedikit merayu, dengan dandanan sangat menor.
Dan beruntung nya mereka, nyata nya rumah dalam keadaan kosong. Agung dan Ningrum masih ke luar kota katanya bersama cucunya liburan. Sedangkan Lisa dan Haykal masih di kantor. Hanya ada pembantu, itupun tempat nya di belakang.
Dua orang petugas PDAM datang, ijin mengecek Meteran. Tentu saja petugas abal abal. Dan saat itulah Mentari ikut masuk ke dalam sana, Menjadi salah satu petugas yang menyamar.
Dua Satpam sengaja di buat sibuk, dan Mentari langsung berlari ke dalam sana, masuk dalam rumah mewah yang tak di kunci itu.
Hati Mentari kembali tergores mana kala memasuki rumah mewah ini. Foto kebahagian keluarga mereka terpampang besar di dinding. Belum foto pernikahan sang suami dengan madunya, yang terlihat sangat amat bahagia.
Mata nya kembali menggenang, dari balik dinding dia menyaksikan itu semua. Andai tak ada cctv dia pingin hancurkan rasa nya foto itu.
Mungkin besok dia akan kembali kesini membawa bom sekalian, biar hancur semua.
Tak ingin membung waktu, Mentari langsung menuju kamar Mertua nya. Dia tahu kalau ibu Mertua nya doyan barang berkilau. Dan si papa mertua suka menimbun uang. Jadi dia yakin pasti bakalan banyak harta karun disana.
Tepat seperti dugaan nya di dalam lemari sang mertua ada brangkas kecil di dalam nya.
Untung tadi dia membawa alat pembobol sandi brangkas. Mereka membeli dadakan, dengan alasan brangkas rumah lupa pin nya. Tak lupa Gina memberikan gambar brangkas yang dia punya. Karena tak semua bisa membeli alat ini secara bebas. Takut di salah gunakan.
Dalam sepuluh menit barulah itu brangkas dapat terbuka. Meski sudah punya alat, ternyata menggunakan nya menimbuklan suara bising. Tentu saja Mentari takut ketahuan.
Jadilah dia mencoba berbagai nomor, tapi tak bisa juga. Teringat akan tanggal lahir suami bangsat nya dan ternyata itu bisa.
"Harta karun," lirih Mentari. Dengan sarung tangan dia mengambil semua harta mertua nya. Baik uang, emas dan berlian. Sama halnya di kamar Haykal, semua Mentari ambil, karena disini lebih mudah barang berharga Lisa tanpa menggunakan brangkas.
Cuma harta Haykal yang tak dapat Mentari sentuh. Di kamar mereka tak ada apapun, hanya milik Lisa.
" Ini sepertinya cukup. Lain kali aku akan merampok
kamu mas," membathin Mentari.
Baru juga niat turun dari tangga, terdengar suara berisik dari bawah. Ternyata suami nya sudah pulang bersama madunya.
"Astaga,,,gawat" membathin Mentari!
tetapi blm bucin
yg bucin duluan Gina
mentari hamil
yg ngidam Yg bikin mentari hamil...
lanjut Thor ceritanya