Ujian hidup yang di alami Erina Derranica seakan tiada habisnya. Di usia 19 tahun ia dituntut kedua orang tuanya memenuhi wasiat mendiang kakeknya untuk menikah dengan cucu temannya yang menetap di Singapura.
Pernikahan pun telah sepakati untuk dilaksanakan. Mempelai pria bernama Theodoriq Widjanarko, 34 tahun. Seorang pebisnis di bidang real estate. Theo panggilan pria itu tentu saja menolak permintaan orangtuanya meskipun sudah melihat langsung surat wasiat kakeknya.
Pada akhirnya Theo menerima putusan orangtuanya tersebut, setelah sang ayah Widjanarko mengancam akan menghapus namanya dari penerima warisan sang ayah.
Namun ternyata Theo memiliki rencana terselubung di balik kepatuhannya terhadap wasiat mendiang kakeknya tersebut.
"Apa rencana terselubung Theodoriq? Mampukah Erina bertahan dalam rumah tangga bak neraka setelah Theo tidak menganggapnya sebagai istri yang sebenarnya?
Ikuti kelanjutan kisah ini. Jangan lupa tinggalkan jejak kalian setelah membaca ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Emily, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AMARAH THEODORIQ
"Lepaskan aku..!!!"
Sekuat tenaga Erina berusaha melepaskan cengkraman tangan Theo.
"Masuk!!!", teriak laki-laki itu tidak dapat menahan emosinya lagi. Amarah Theo mencapai puncak ubun-ubun kepalanya.
Theo mendorong tubuh Erina agar masuk ke dalam mobil. Kemudian ia duduk di belakang kemudi.
"Brukk.."
"Brukkkkk..."
Theo memukul keras setir mobilnya.
Spontan Erin menggeser tubuhnya, menjauh dari Theo yang di kuasai amarah itu.Ternyata Theo benar-benar marah besar kali ini.
"Shittt!!!".
Laki-laki itu mengendurkan dasinya. Bahkan ia masih memakai pakaian kerja pagi tadi.
Theo melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, tak perduli dengan pengendara lain yang membunyikan klakson.
"Bagaimana bisa kau bersama Bryant teman ku Erina. Aku tidak menyangka ternyata kau ini wanita murahan. Gampang sekali pergi dengan laki-laki yang bahkan tidak kamu kenal!", hardik Theo dengan suara tinggi memekakkan telinga.
Spontan Erin menutup telinganya.
"Aku tidak melakukan apa-apa dengan kak Bryant. Aku mau menemaninya karena ia sudah baik pada ku", balas Erina dengan mata yang sudah berkabut karena tuduhan Theo yang mengatakan ia wanita murahan.
"Shittt!!".
"Kau ini membuat kepalaku bertambah pusing saja, Erina!".
Mobil Theo berhenti di depan lobby apartemen. Tanpa memperdulikan kondisi Erin yang gemetaran ketakutan sambil menangis, ia menarik kuat tangan gadis itu.
Seperti sudah kerasukan Theo tidak perduli dengan tatapan orang yang melihatnya.
Bahkan keamanan yang menyapanya pun tidak ia gubris. Laki-laki itu melemparkan kunci mobilnya pada security, sementara Theo tetap melangkah pergi dengan mencengkram kuat lengan Erina yang berlarian menyeimbangi langkah Theo.
Ketika tiba di unit apartemen, Erina berhasil melepaskan cengkraman tangan Theo. Erin berlari ke kamarnya. Hendak mengunci pintu, namun ternyata Theodoriq mendorong kuat pintu kamar Erina.
"Kau pikir bisa lari dari ku, hah?!"
Theo mendorong keras tubuh Erin ke belakang pintu kamar. Menghimpit tubuh mungil gadis yang masih menitihkan air matanya itu. Erina memejamkan kedua netranya kala punggungnya bersentuhan dengan pintu cukup keras.
Sekuat tenaga Erina menahan rasa sakit yabg yang ia rasa.
Bibir gadis itu bergetar hebat, pun tubuhnya gemetaran merasa tersiksa atas perlakuan Theodoriq.
Kini tangan Theo mencengkram kuat tangan Erina, menekannya ke atas kepalanya menempel ke pintu.
"Aku sengaja tidak mengekang mu tapi bukan berarti kau seenaknya pergi dengan laki-laki lain Erina. Kau lupa, kau itu istri ku?", ucap Theo menatap tajam Erina yang berlinang airmata.
Meskipun Erin ingin menahan air mata agar tidak keluar namun dengan sendirinya buliran bening itu jatuh membasahi pipinya.
"Oh ya? Jadi kamu mengakui aku istri mu? Kakak tidak malu mengatakan itu? Apa artinya hubungan kakak dgn Nella?", balas Erina dengan suara bergetar lirih.
"Kenapa kau boleh mengajak Nella kemanapun kamu pergi, sementara aku tidak boleh? Padahal aku tidak berbuat macam-macam. Aku bisa menjaga kehormatan ku. Aku ke toko buku pun aku minta izin pada mu kak. Apa kakak lupa?". Erina memberanikan diri membalas tatapan tajam Theo padanya.
"Bahkan kau mengajak kekasih mu itu mengunjungi proyek mu. Aku mendengar sendiri kau bersama Nella ketika menelpon ku. Apa kau tahu, malam itu aku sangat ketakutan karena hujan deras. Dan kalian enak-enak menikmati malam bersama. Apa seperti itu dikatakan baik untuk laki-laki yang sudah menikah–".
Kata-kata Erina begitu menancap di hati Theo. Terdengar ketus dan lugas meski gadis itu menangis. Theo tersentak mendengarnya.
Theodoriq tidak tahan kata-kata pedas Erina yang di tujukan untuk nya.
Laki-laki itu semakin menghimpit tubuh mungil Erina ke pintu, menundukkan wajahnya menyatukan bibirnya dengan kasar pada bibir Erina yang terbuka.
Erina terkejut. Ia tidak menyangka Theo akan berbuat seperti itu pada nya. Ia di serang Theodoriq yang sudah kalaf.
Sekuat tenaga Erin memberontak memukul dan menendang Theo. Namun apalah arti tenaganya di banding Theo yang bertubuh atletis dan sangat kuat. Dengan amarah yang membuncah Theo semakin bertindak kasar ia menekan tubuh Erina sementara kedua tangan gadis itu di cengkram dengan tangan kirinya keatas kepala yang menempel ke pintu.
Terdengar suara mendesis Erin. Gadis itu sekuat tenaga memberontak menggerakkan wajahnya ke kiri dan ke kanan. Tindakan Erina semakin memancing amarah Theo yang kian membuncah.
Tangan kanan Theo kian menekan kuat tengkuk Erina. Penolakan gadis itu, membuat dirinya semakin tertantang. Theo semakin bertindak jauh, ia menggigit bibir Erina.
Suara mendesis dari mulut Erin kian terdengar. Ia terus memberontak sekuat tenaga, sampai tenaganya habis.
Air mata Erin tak terbendung lagi. Isakan tangisnya pun tak di hiraukan Theo yang kian menghimpit tubuh nya.
"Akan aku tunjukkan pada mu siapa Theodoriq Widjanarko, jika kau main-main dengan ku Erina Derranica!!"
"Aku sangat membenci wanita munafik seperti dirimu ini!!"
Tanpa ampun Theo menghisap kuat mulut Erin yang tidak pernah menyangka di perlakukan demikian kasar oleh Theo yang telah menjadi suaminya sejak tiga bulan yang lalu. Theo menekan kepala Erina, membuat gadis itu merasa sesak luar biasa. Erina hanya bisa pasrah menghadapi kebrutalan Theo.
Menit selanjutnya Theo menghentikan serangannya. Menatap tajam Erina yang membalasnya dengan tatapan sayu dan nafas tersengal-sengal.
"Jangan pernah berdebat dengan ku. Kau paham, Erin!!"
Theodoriq nampak begitu kacau. Raut wajahnya pun menggelap.
"Brukkkkk...!!
Erina memalingkan wajahnya ketika tangan Theo yang terkepal menghantam pintu kamar.
Laki-laki itu menjauhi Erin. Ketika netranya melihat buku-buku di atas tempat tidur.
"Ohh jadi karena buku-buku ini yang membuat mu menjadi wanita gampangan? Mau-maunya di ajak Bryant!"
"Brettt..
Kedua mata Erin melotot. Gadis itu berlari hendak mengambil buku milik Bryant yang telah di sobek Theo, tapi ia terlambat. Theo telah merobek banyak halaman. Bahkan tubuh Erina yang menghalanginya, Theo dorong keras ketempat tidur.
"K-ak Theo jangan!!", teriak Erina ketika Theo semakin menjadi-jadi merobek setiap halaman.
"Jangan pernah melawan ku Erina, atau kau dan keluarga mu aku hancurkan!!!".
"Kenapa kamu membawa-bawa keluarga ku. Apa salah mereka!", balas Erina sambil mengumpulkan lembaran buku yang masih bisa ia selamatkan.
Theo menyugar rambutnya tanpa menjawab lebih lanjut kata-kata Erin.
Theo keluar kamar itu dengan membanting pintu keras-keras.
Erina duduk di atas tempat tidur menatap kertas yang berserakan di lantai. "Kenapa dia marah sekali pada ku. Aku tidak melakukan apa-apa dengan temannya".
"Ternyata kak Theo benar-benar menakutkan untuk ku", lirih Erin sambil mengusap air matanya yang kembali menetes.
...***...
Bersambung..
Maaf, update-nya udah kemalaman ya. Semoga kalian masih baca 🙏
Selamat malam, selamat beristirahat. Kita jumpa lagi besok🤗