#Kenakalan Remaja.
Bayu, seorang remaja yang sedang dalam proses pencarian jati diri. Emosinya yang masih labil, membuat ia mudah tersulut emosi dan juga mudah terhasut.
Suatu malam, Bayu pulang dalam keadaan mabuk. Sang ayah yang kecewa dan marah, tanpa sadar memukulinya.
Termakan hasutan tetangga, Bayu tega melaporkan ayahnya dengan tuduhan kekerasan anak. Hubungan ayah dan anak yang sebelumnya sudah goyah, menjadi semakin buruk. Namun, pertemuannya dengan seorang gadis sedikit membuka mata hatinya.
Sebuah rahasia besar terungkap ketika ibunya pulang kembali ke kampung halaman setelah dua tahun menjadi TKW di luar negeri.
Apa rahasia besar itu?
Mampukah rahasia itu menyatukan kembali hubungan ayah dan anak yang terlanjur renggang?
Ikuti kisah selengkapnya dalam 👇👇👇
MAAFKAN AKU, AYAH
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26. Mulai bangkit
.
Bayu duduk di teras rumahnya, menghirup udara segar sambil melihat tetangga yang lalu lalang. Pak Ahmad datang membawa nampan berisi sepiring pisang goreng, secangkir kopi untuk dirinya dan jus buah untuk Bayu, lalu duduk di sampingnya. Sudah dua bulan sejak Bayu pulang dari rumah sakit dan menjalani rawat jalan, dan perubahan padanya sungguh nyata.
"Alhamdulillah, kamu sudah terlihat semakin sehat, ya, Nak? Jangan lupa nanti obatnya diminum, ya," ucap Pak Ahmad penuh perhatian.
Bayu mengangguk, tersenyum lebar. "Iya, Yah. Sekarang pinggang Bayu sudah tidak pernah sakit lagi, buang air kecil juga sudah sepenuhnya normal. Kayaknya aku sudah bisa membantu Bapak jualan nasi goreng, lho!"
Pak Ahmad tersenyum dan menggelengkan kepala. "Jangan pikirkan itu dulu. Kamu sudah sehat saja Ayah sudah Alhamdulillah,” ucapnya tulus.
"Iya, Yah. Makasih, ya. Bayu benar-benar beruntung dan sangat bersyukur memiliki Ayah.” Tangan Bayu terulur menggenggam punggung tangan ayahnya.
“Kalau begitu, kamu harus membalasnya dengan sekolah yang benar, supaya kamu menjadi orang yang sukses kelak. Kamu kebanggaan Ayah dan Ibu.” Pak Ahmad membalas genggaman tangan anaknya. Sesaat mereka saling pandang penuh rasa haru dan kasih sayang.
"Tentu saja, Yah!” Bayu mengangguk penuh semangat. "Aku janji akan jadi kebanggaan Ayah dan Ibu. Oh, iya. Kemarin ibu bilang tinggal tiga bulan lagi, kan kontraknya? Setelah itu, Ibu gak usah kerja di luar lagi ya, Yah. Kita kerja sama-sama saja. Bayu janji akan lulus dengan nilai terbaik biar bisa dapat kerjaan yang bagus.”
Pak Ahmad mengangguk, senang dengan semangat anaknya. Pak Ahmad memang sudah jujur pada istrinya tentang kondisi Bayu dua bulan yang lalu sebelum Bayu mulai menjalani pengobatan. Karena baik pak Ahmad merasa bersalah jika menyembunyikan keadaan Bayu, sedangkan Bayu juga merasa dia akan lebih cepat sembuh jika mendapat doa dari ibunya.
Saat mereka masih asyik berbincang, sebuah mobil yang sangat mereka kenali berhenti di depan pagar rumah mereka. Pak Ahmad dan Bayu spontan berdiri melihat kedatangan dokter Fahmi yang diikuti oleh tiga orang lainnya yang juga berseragam medis.
“Assalamualaikum," ucap mereka berempat bersamaan.
"Waalaikumsalam,” jawab pak Ahmad dan Bayu bersamaan pula. "Wah, dokter Fahmi? Mari masuk. Ada apa gerangan?” Pak Ahmad yang masih terkejut dan bingung, mempersilakan para tamunya itu untuk masuk ke dalam rumahnya.
Akan tetapi, dokter Fahmi malah sudah mengambil tempat duduk di kursi yang ada di teras itu diikuti yang lain.
“Di sini saja, Pak Ahmad. Di sini lebih adem," ucap dokter Fahmi. "Kami cuma mampir saja kok. Ini tadi habis dari rumah Mbah Surip sama Mbah Wiryo, dua orang pasien SAPULIPAT.” Dokter Fahmi menjelaskan.
"Oh, begitu? Lalu bagaimana keadaan Mbah Surip sama Mbah Wiryo sekarang?” tanya pak Ahmad dengan nada prihatin. Dua nama yang disebut oleh dokter Fahmi itu adalah tetangganya yang sudah renta dan tak memiliki keluarga.
Pak Ahmad sedikitnya paham, SAPULIPAT itu adalah salah satu program Puskesmas yang artinya "Sentuhan Lintas Sektor yang Sangat Peduli dengan Pasien Miskin, Sakit dan Terlantar".
Itu adalah program penanganan warga miskin, sakit, dan terlantar yang dilakukan secara terpadu dengan berbagai sektor terkait, meliputi upaya preventif, kuratif, dan rehabilitatif dalam rangka penanggulangan kemiskinan. Kegiatannya antara lain verifikasi data, pemeriksaan kesehatan, pemberian bantuan, dan koordinasi dengan pemerintah desa serta organisasi terkait.
“Keadaan mereka berdua sudah lebih baik. Dan untuk sementara ini akan tetap dipantau oleh petugas kami," jawab dokter Fahmi. "Oh, iya. Gimana keadaan kamu, Bayu? Kelihatannya sudah makin segar nih!"
"Alhamdulillah baik banget, Dokter! Terima kasih sudah mau mampir untuk melihat keadaan saya," jawab Bayu dengan antusias.
"Iya, Dok. Berapa hari ini Bayu juga sudah kembali aktif sekolah.” Pak Ahmad ikut menjawab. Pria itu merasa kagum dan salut atas perhatian Dokter Fahmi.
“Alhamdulillah…” Dokter Fahmi tersenyum. “Saya sempat cari informasi dari dokter Ratna beberapa hari lalu, dan katanya fungsi ginjalmu sudah pulih sepenuhnya,” ucapnya.
“Setelah ini, dokter harap kamu lebih berhati-hati dalam menjaga diri. Jangan lagi ikut masuk dalam pergaulan yang hanya akan membuat kamu sakit lagi. Karena jika ginjalmu kembali bermasalah, mungkin akan sangat sulit untuk ditangani.” Dokter Fahmi memberikan nasehat.
“Iya, Dokter." Bayu mengangguk antusias. “Saya sudah janji pada Ayah dan juga pada diri sendiri. Semua kebodohan saya yang lalu itu, tidak akan pernah terulang lagi. Saya benar-benar sudah kapok," ucapnya.
“Bagus kalau begitu." Dokter Fahmi menepuk punggung tangan Bayu. “Jangan lupa diminum obatnya, konsumsi juga makanan sehat sesuai dengan yang dianjurkan dokter Ratna. Dan jika ada masalah, kamu harus segera ke Puskesmas, ya. Jangan terlambat seperti sebelumnya."
“Baik, Dokter." Lagi-lagi Bayu mengangguk. "Saya akan ingat setia pesan dan nasehat Dokter.”
“Ya sudah kalau begitu, kami pamit, ya. Masih ada yang harus kami kunjungi lagi." Dokter Fahmi berdiri diikuti oleh rekan-rekannya.
*
Baru saja Bayu dan pak Ahmad hendak masuk ke dalam rumah, ketika suara sepeda listrik masuk ke dalam halaman rumahnya. Bayu menghentikan langkahnya dan menoleh.
Ternyata Riana yang datang. Gadis itu tampak begitu enerjik dengan tampilan celana Levis warna biru tua dan kaos oblong warna putih. Rambutnya yang diikat ekor kuda tinggi, nampa terayun mengikuti setiap gerak tubuhnya berlari kecil.
“Assalamualaikum, Pak Ahmad, Bayu," sapanya ketika ia telah sampai di teras. Tangannya terulur untuk mencium punggung tangan pak Ahmad.
“Waalaikumsalam," jawab Bayu dan pak Ahmad bersamaan.
“Nih, aku bawain buku catatan yang pas kamu gak masuk. Besok kan ulangan. Bisa kamu pelajari.” Riana mengulurkan dua buku tulis pada Bayu. Tiga hari lalu Bayu memang gak masuk karena waktunya kontrol ke rumah sakit.
"Wah,,, makasih, ya, Riana. Kamu mau bantuin Bayu. Ayo masuk. Tadi Bapak punya singkong goreng,” ajak pak Ahmad, lalu ia masuk lebih dulu.
“Makasih, ya, Ri. Kamu baik banget."
Bayu benar-benar merasa beruntung memiliki seorang teman baik seperti Riana. Dia lah yang selalu meminjamkan buku catatan jika Bayu terpaksa tidak masuk selama ini, sehingga Bayu tidak sampai ketinggalan pelajaran.
Bayu segera mengajak Riana masuk ke dalam. Ia meninggalkan Riana sebentar untuk mengambil tas sekolahnya di kamar, setelah itu mereka duduk berdua di ruang tamu. Bayu segera menyalin apa yang ada di buku Riana.
“Muka kamu kok bete gitu, Bay?" tanya Riana yang melihat wajah Bayu yang tampah sedih.
"Gimana gak bete, Ri?” ucap Bayu tanpa menoleh. Mata dan tangannya fokus membaca dan mencatat. "Ujian kemarin nilaiku ndlosor.”
Riana terdiam. Dia memang tahu, pada ujian sebulan lalu nilai Bayu benar-benar jauh dari biasanya.
“Ya, mungkin aja karena waktu itu kamu lagi sakit, Bay." Riana berusaha menghibur. Karena memang saat itu Bayu masih dalam keadaan sakit. Ujian saja guru pembimbing yang datang ke rumah membawa lembaran ujian. Karena saat itu Bayu belum bisa datang ke sekolah.
Bayu menggeleng. Bukan sakit yang jadi penyebabnya. Tapi karena sebelum itu dirinya tak pernah belajar. Ia lebih sibuk dengan teman satu geng, nongkrong, minum, hura-hura, kadang bolos demi sedikit upah dari pak Hasan. Kini dia sungguh menyesali semuanya.
Setuju pak Hamid,,jangan bela/ bebaskan pak Hasan...
Ndak tuman....🤭🤭🤭🤭
Semangat ujiannya Yuk,,in syaa Allah,,hasil tdk akan menghianati usaha....💪💪💪💪💪
Dulu pak Achmad di st krn hasutanmu...
Skrg kamu rasakan akibat perbuatanmu sendiri...
Semangat ya Yuk,,jangan lagi kecewakan bpk,,ibu & temanmu...