Bangkitnya Ratu Yang Terabaikan

Setelah menerima laporan dan perintah dari Ratu Amora, Marco meninggalkan Paviliun Kembang dengan langkah tergesa, hatinya dipenuhi campuran ketakutan, kekaguman, dan loyalitas pada Ratu.

"Yang Mulia akan sangat terkejut saat kembali ke istana nanti, Ratu Amora benar-benar sudah berubah," batin Marco bergegas pergi.

Dua hari berlalu dengan cepat, Ryken, yang kini bergerak dengan efisiensi seorang Jenderal, telah memanggil sekitar dua puluh prajurit paling cerdas dan paling berani dari perbatasan utara, Ryken menamai kelompok mereka Unit Malam, seperti yang dikatakan oleh Ratu Amora.

Kelompok unit malam saat mereka kini sedang dilatih secara rahasia oleh Ryken dan Pandai Besi Theron, mempelajari cara menggunakan Prototipe Senjata Api, sebuah tongkat berkarat yang meludahkan api dan peluru, menimbulkan ketakutan yang lebih besar daripada kematian.

sementara di Paviliun Kembang, Ratu Amora kembali menggoreskan pena di kertas kosong dengan stempel Ratu.

Surat pertama telah memotong lidah Tuan Elar, kini saatnya memaksakan konflik.

Ratu Amora menulis surat kedua kepada Raja Arthur, tetapi kali ini, nadanya jauh lebih emosional, meskipun masih penuh perhitungan.

Yang Mulia Raja Arthur, Suamiku.

Sejak surat terakhir Saya, kengerian telah terjadi, Tuan Victor dan Tuan Edgar telah merencanakan pembunuhan terhadap Saya dan Putra Anda, Pangeran Kevin! Mereka berkolusi dengan bandit perbatasan dan berusaha mencoreng nama baik Anda.

Mereka marah karena Saya membersihkan Istana, mereka tahu Anda akan kembali, dan mereka merencanakan untuk menyambut Anda dengan mayat Saya di kaki mereka! Saya memohon, sebagai Istri dan Ibu dari Pangeran Kevin, Anda segera kembali! Setiap hari yang terlewat adalah bahaya besar bagi Pangeran Kevin. Lindungi Putra Anda!

Surat itu ditutup dengan segel Ratu, dan tampak sedikit basah, seolah-olah karena air mata.

Sangat dramatis sekali😂

Ratu Amora menyerahkan surat itu kepada Marco, yang baru saja kembali setelah mengatur utusan pertamanya.

"Marco," ucap Ratu Amora, matanya dingin.

"Saya Yang Mulia," jawab Marco menunduk sopan.

"Utusan pertama telah memotong kecurigaan, tetapi yang ini harus mempercepat kedatangan Raja Arthur, dan menghancurkan kepercayaan Raja Arthur pada Tuan Victor dan Tuan Edgar," ucap Ratu Amora dingin, menyerah kan surat kedua untuk Raja Arthur.

"Surat ini Yang Mulia, sangat kuat..." gumam Marco, merasakan intensitas emosi palsu di dalamnya.

"Ini adalah umpan Marco, Tuan Victor dan Tuan Edgar akan berpikir mereka menang karena Saya menggunakan kelemahan emosional, dan Raja Arthur akan bergegas kembali fokus pada konflik Istana," ucap Ratu Amora tersenyum sinis.

"Saat Raja Arthur tiba, Dia akan menemukan Tuan Victor dan Taun Edgar bersembunyi di balik tuduhan, sementara kemenangan total Ryken di perbatasan akan menunggu untuk disajikan padanya," lanjut Ratu Amora, dengan rencana yang begitu apik dan matang.

Marco tidak tahu harus merespon seperti apa, Ratu Amora yang baru membuat Marco merasa kagum dengan kepintaran dan kecerdasan nya dalam mengatur strategi dan juga memainkan emosi lawan.

Tidak ada Ratu Amora yang lemah, yang ada adalah Ratu Amora yang sangat berbahaya, setiap ucapan nya seperti duri yang menembus kulit.

"Baik Yang Mulia, Saya akan mengatur seseorang untuk mengirim surat ini pada Yang Mulia Raja Arthur," ucap Marco tegas.

"Akan saya pastikan, surat ini akan diterima langsung oleh Yang Mulia Raja Arthur!" lanjut Marco, tidak ada keraguan di matanya.

"Bagus! Kau yang paling dekat Raja Arthur, kau telah mendampinginya selalu bertahun-tahun, pasti kau tahu apa yang akan terjadi setelah surat itu sampai di tangan Raja Arthur," ucap Ratu Amora datar.

"Saya paham Yang Mulia, Saya permisi," jawab Marco menunduk kan kepala nya, sopan.

Marco membungkuk, dengan cepat meninggalkan Paviliun Kembang, membawa surat yang akan mempercepat laju Raja Arthur dan mengarahkan fokusnya menjauh dari urusan pertahanan.

Di sisi lain, Mina telah bergerak dengan diam-diam, dalam dua hari ini, Mina berhasil merekrut tiga informan kunci dari rakyat biasa.

Pertama Elsa, pemilik Penginapan The Golden Crown di kota perbatasan, yang sering menjadi tempat persinggahan para prajurit.

Yang kedua Baron, seorang pedagang garam yang sering bepergian melalui rute yang sama dengan rombongan Raja Arthur dan Tuan Theodore.

Dan yang terakhir seorang pengemis tua yang menghabiskan hari-harinya di persimpangan jalan utama.

Mereka adalah Jaringan Tiga Mahkota yang berhasil Mina rekrut ke posisi Ratu Amora.

Pada malam ketiga setelah Raja Arthur mempercepat perjalanannya, Baron si pedagang garam tiba di Ibukota, dengan membawa pesan tersembunyi dari Elsa.

Mina, yang mengenakan pakaian pengemis, mengambil gulungan kecil yang ditinggalkan di dalam sebuah sumur tua, dengan kode. Bunga Cendana telah layu

Gulungan itu berisi informasi krusial.

Raja Arthur telah mempercepat perjalanan, dan Ajudan Elar, Ranting Timur, ada bersamanya. Selain itu, ada keributan di dapur rombongan, beberapa juru masak dikirim kembali karena sakit mendadak.

Mina segera kembali ke Paviliun Kembang, untuk melapor pada sang Ratu, melewati jalur-jalur tikus yang hanya dia ketahui.

Di dalam Paviliun Kembang, Ratu Amora sedang membaca laporan keuangan, tapi begitu Mina masuk, dia mengangkat kepalanya, matanya yang tajam menuntut.

"Salam Yang Mulia Ratu Amora," ucap Mina, membungkuk kan badan nya hormat.

"Hem"

Gumam Ratu Amora mengangguk singkat.

"Ada pesan dari Jaringan Tiga Mahkota, Yang Mulia," bisik Mina, menyodorkan gulungan kecil itu.

Ratu Amora mengambilnya, membukanya, dan matanya menyapu kode yang tertera. Bunga Cendana telah layu

Kemudian Ratu Amora membaca isinya. Ekspresi dinginnya sedikit berkurang saat membaca isi di dalam surat itu.

"Bagus! Kerja cepat," ucap Ratu Amora, terlihat puas dengan kinerja Mina.

"Jadi, Raja Arthur memutuskan untuk mempercepat kepulangannya, dan Dia masih membawa Ranting Timur itu bersamanya," ucap Ratu Amora, mengangguk-anggukkan kepalanya kecil.

"Laporan itu juga menyebutkan ada beberapa juru masak yang sakit mendadak dan dikirim pulang, Yang Mulia," tambah Mina, berhati-hati.

Ratu Amora menyunggingkan senyum tipis, senyum yang tidak pernah mencapai matanya.

"Ah, Tuan Victor dan Tuan Edgar rupanya masih mencoba mengirimkan pesan kepada para kaki tangan mereka, atau mungkin, mereka mencoba mengambil langkah pencegahan. Langkah yang terlambat, tentu saja," ucap Ratu Amora, tersenyum miring

"Apa yang harus kita lakukan dengan Tuan Elar, Yang Mulia? Dia yang paling berbahaya dalam rombongan itu, selain juru masak dan penunggang kuda yang loyal kepada para Tuan itu," tanya Mina.

Ratu Amora berjalan ke meja, menunjuk pin biru di peta, tepat di Jalan Raya Kerajaan.

"Kita tidak melakukan apa-apa terhadap Elar, untuk saat ini," jawab Ratu Amora, nadanya penuh perhitungan.

"Dia adalah ranting yang layu, dan dia akan segera tahu bahwa dia sendirian, Saat ini, dia adalah sumber informasi terbaik kita mengenai suasana hati Raja Arthur," ucap Ratu Amora, datar.

Kemudian Ratu Amora menoleh, menatap Mina dengan serius.

"Justru kabar juru masak yang sakit itu yang lebih penting sekarang, mereka pasti akan menyebar rumor. Kita harus mendahului mereka!" ucap Ratu Amora, tegas.