Kisah gadis ekstrover bertemu dengan dokter introvert..
Awal pertemuan mereka, sang gadis tidak sengaja melukai dokter itu. Namun siapa sangka, dari insiden itu keduanya semakin dekat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss_Fey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
********
Di dapur, terlihat neneknya sedang menyiapkan makan siang.
Suina langsung menghampirinya sambil tersenyum riang.
" Kelihatannya enak banget. " ucap Suina tiba tiba.
Neneknya langsung kaget melihat gadis itu tiba tiba ada di dapur.
" Kamu! kamu kenapa di sini? nanti kakek marah kalau lihat kamu di sini. " tanya neneknya cemas.
" Nenek nggak usah cemaskan kakek, Suina datang kesini bareng Dr. Edo. kakek lagi di depan sama dia, Suina memintanya untuk memeriksa keadaan kakek. " jawab Suina.
Neneknya pun langsung tersenyum mendengarnya.
" Dasar anak nakal. " ucap neneknya tertawa.
" Ya mau gimana lagi, satu satunya cara. Ya buat kakek sibuk ngobrol sama Dr.Edo biar Suina bisa masuk kesini untuk melihat nenek. " jawab Suina terkekeh.
" Memangnya doktermu itu nggak keberatan selalu di repotkan? hati hati loh, nanti dia akan mencampakanmu karena selalu kamu repotkan. " tanya neneknya penasaran.
Namun Suina hanya tersenyum mendengar, karena ia merasa tidak punya hubungan spesial dengan Edo.
Keduanya mengobrol untuk beberapa saat kedepan, Suina benar benar terlihat sangat senang. karena bisa menghabiskan waktu cukup lama dengan sang nenek, tanpa takut ketahuan kakeknya.
Sementara di depan, kakeknya tengah menuangkan segelas teh untuk Edo.
" Lain kali Edo akan membawakan beberapa suplemen kesehatan untuk kakek. " ucap Edo.
" Nggak usah, kakek sangat sehat kok. " jawab sang kakek.
Ketika sedang asyik mengobrol, Suina keluar sambil membawa beberapa kotak makanan.
" Ngapain kamu masih di sini? " tanya kakeknya tidak suka.
" Suina kan sudah bilang, kalau Suina datang kesini ingin ketemu nenek. " jawab Suina tersenyum manis.
" Kalau gitu sekarang pergilah, aku tidak ingin melihatmu di sini lagi. " usir kakeknya.
Namun hal itu tidak membuat Suina putus asah, ia terus saja memperlihatkan sisi positif agar bisa mengambil hati kakeknya.
" Suina di kasih cemilan sama nenek, nanti Suina bakal suru ayah... " ucap Suina yang terlalu senang, sehingga keceplosan dengan kata katanya.
Kakeknya yang mendengar hal itu, langsung terlihat sangat marah.
" Maksud Suina, Suina akan membaginya dengan dokter Edo. " ucap Suina yang langsung mengalihkan ucapannya, agar sang kakek tidak marah.
" Ya udah kek, kalau gitu kita pamit dulu. Suina akan datang berkunjung lagi. " lanjut Suina sambil memegang lengan Edo mengajaknya agar cepat pergi.
Kemudian keduanya langsung cepat keluar, karena raut wajah kakeknya terlihat sudah sangat marah.
"Huff.." Suina menghela nafas panjang segera setelah mereka meninggalkan toko kakeknya.
"Kayaknya kakekmu agak kesal deh, Suina." ujar Edo, mengamati raut wajah Suina.
"Iya, aku terlalu senang sampai lupa kontrol. Gimana ya, harusnya aku lebih hati-hati pas ngomong." Suina mengerucutkan bibirnya, menunjukkan rasa bersalah.
"Tenang aja, Su. Lama-lama kakekmu pasti bisa mengerti kok. Yang penting kamu tetap semangat buat dapetin hati beliau." Edo tersenyum, mencoba mengangkat semangatnya.
"Makasih ya, dok. Aku jadi ngerepotin terus nih." Suina balas tersenyum, matanya bersinar karena rasa terima kasih.
"Ah, nggak repot kok. Justru saya senang bisa spend time sama kamu. Itu malah buat hari-hari saya lebih berwarna." Edo membalas dengan tawa lembut, mencairkan suasana.
Medengar itu, Suina langsung salah tingkah. Ia memalingkan pandanganya menghindari tatapan Edo yang terus melihatnya sambil tersenyum.
Sore menjelang, Riri akhirnya tiba di rumah Suina.
Gadis itu tengah sibuk dengan beberapa pekerjaanya, sehingga sering menghabiskan waktunya di luar kota.
"Yeeey, akhirnya kamu balik juga!" seru Suina sambil melompat kegirangan saat melihat sahabatnya itu."Aku tahu lo pasti laper, makanya bawa ini nih." Riri tersenyum sambil menurunkan tumpukan paper bag ke meja."Oleh-oleh apa aja tuh?" Suina mengintip isi tas dengan penasaran."Camilan kesukaan lo, dong! Sengaja aku mampir ke beberapa tempat buat beliin ini semua." Riri mengeluarkan beberapa bungkus makanan."Wah, nggak sabar nih pengen nyobain. Pasti seger banget nih!" Suina langsung membuka salah satu bungkus dan mengambil sejumput camilan.
Keduanya mulai mengeluarkan semua cemilan itu dari dalam paper bag.
" Oh ya, ngomong ngomong aku dengar dari bibi Yan kamu sering banget ngabisin waktu di luar rumah, benar ya? " tanya Riri penasaran.
" Em! " jawab Suina jujur.
" Ngapain? " tanya Riri penasaran.
" Aku kerumah dokter yang pernah nganterin aku pulang dulu. " jawab Suina.
" Hah! jadi kamu sering nongkrong di rumah pria itu? " tanya Riri memperjelas sekaligus kaget.
" Em! bahkan aku di kasih kunci rumahnya. " jawab Suina.
" SUINA! " ucap Riri terkejut sambil mencubitnya.
" Aaw! sakit Ri. " jerit Suina.
" Kok kamu bisa sebegitu percayanya dengan orang asing itu sih? kamu nggak tau ya itu bahaya banget? gimana kalau kamu sampai di culik sama dia? " tanya Riri heran dengan pemikiran gadis itu.
" Nggak bakal Ri, Dr.Edo pria yang baik kok. bahkan dia bantu aku mengatasi beberapa masalah kesehatanku. " jawab Suina yakin.
" Kau beruntung kalau memang dia pria yang baik, jika dia seorang psikopat seperti kebanyakan pria di luar sana. mungkin kau tidak akan duduk di sini lagi. " omel Riri.
Namun Suina tidak memperdulikan omelannya, gadis itu malah menuju kulkas mengambil sebotol air untuk Riri.
" Aku bahkan terkejut kamu masih hidup sampai sekarang. " ucap Riri.
" Hei! " ucap Suina kaget.
" Makanya jangan mudah percaya sama orang asing, apa lagi pria. bisa bisa kamu di culik dan di jual sama mereka. " jawab Riri.
" Tega banget sih. " ucap Suina sambil memanyunkan bibirnya.
" Dengar! pokoknya kamu harus mengenalkanku pada dokter itu, aku perlu bertemu dan melihat orangnya secara langsung. untuk memastikan jika dia benar benar pria baik seperti omonganmu itu. " pinta Riri.
"Eh, jangan-jangan... dia itu naksir sama kamu, Suina?" celetuk Riri dengan tatapan menduga.
"Ya iyalah, masa iya dia enggak? Kan aku selalu baik sama dia," balas Suina, santai.
"Geez, maksudku naksir-naksir gitu, Suina! Cinta, bukan cuma suka biasa!" Riri mengibas-ngibas tangan, frustasi dengan kebeteaan temannya itu.
"Ha? Naksir sama aku? Wah, nggak mungkin deh, Ri," Suina menggeleng cepat, tidak yakin sama sekali dengan teori sahabatnya.
"Eh, Riri, percaya gak sih, kayaknya Dr. Edo udah punya pacar deh yang setara sama dia," ucap Suina dengan nada serius.
"Serius, Suina? Jangan dong, enggak mungkin kali," Riri terkejut, matanya terbelalak tak percaya.
"Iya, beneran! Aku pernah liat cewek itu, cantik dan berwibawa banget. Nggak main-main deh!" Suina mengangguk tegas, memastikan temannya itu percaya.
"Hmm, kalau iya sih, berarti kamu harus hati-hati Suina. Cewek itu bisa aja nggak ngerti kalo kamu sama Dr. Edo cuma temenan. Nanti salah paham, dia cemburu liat kalian deket, bisa ribet loh," Riri menasehati sambil menepuk pelan bahu Suina.
Suina merenung, mencoba mengingat kembali pertemuan pertama mereka dulu. Dia merasa sedikit tidak enak saat mengenang bagaimana ekspresi Cindi yang tampak tidak menyukainya.
Keesokan harinya, Suina berada di kediaman Edo.
Gadis itu duduk di ruang tengah bersama si putih, mampir untuk melihatnya sejenak.
" Selamat pagi! " ucap Edo turun dari kamarnya.
" Selamat pagi dok. " jawab Suina tersenyum.
" Hari ini hari libur, kenapa dokter bangun pagi sekali? " tanya Suina penasaran.
" Apa aku terlalu berisik sampai membangunkan dokter? " lanjut Suina yang merasa tidak enak.
" Nggak kok, saya memang biasa bangun pagi walaupun libur. " jawab Edo.
Suina tersenyum mendengarnya.
" Oh ya, tadi aku bawakan sarapan untuk dokter. bibiku membuat beberapa menu pagi tadi, jadi aku membawakan beberapa untuk dokter. " ucap Suina.
" Terima kasih. " jawab Edo tersenyum.
" Ya udah deh, kalau gitu aku pamit dulu. " ucap Suina yang langsung beranjak dari duduknya hendak pergi.
Namun Edo langsung menahan tanganya.
" Kamu mau kemana? " tanya Edo penasaran.
" Aku harus mengantar beberapa pekerjaanku ke klien. " jawab Suina.
" Dokter istirahatlah, aku tidak akan datang kesini setelah ini. jadi dokter bisa istirahat dengan penuh. " lanjut Suina.
" Di mana kamu akan bertemu klien? " tanya Edo.
" Di mall pusat kota, setelah itu aku mungkin akan ketempat nenek dan kakek. " jawab Suina.
" Tunggu sebentar, saya akan mengantarmu kesana. " ucap Edo yang hendak naik menuju kamarnya.
" Hah! nggak usah dok, aku bisa pergi sendiri. " jawab Suina.
" Sepuluh menit, saya nggak akan lama. " ucap Edo.
" Tapi dok! " ucap Suina tidak enak, karena akan merepotkan pria itu lagi.
" Kamu duduk dulu, saya siap siap sebentar. " jawab Edo yang tetap kekeh ikut denganya.
Suina pun hanya bisa terheran heran mendengarnya.
Ia pun kembali duduk dan mulai bermain dengan si putih.
" Putih! tuanmu benar benar selalu memaksakan kehendaknnya. " bisik Suina heran.
Setengah jam kemudian, keduanya sudah berada di salah satu pusat perbelanjaan.
Suina tengah duduk bersama kliennya untuk membahas beberapa pekerjaan mereka.
Sementara Edo duduk di salah satu meja tidak jauh dari Suina duduk.
Dengan di temani segelas kopi, Edo duduk sambil sesekali memperhatikan mereka.
Melihat Edo yang terus melihat kearah mereka, membuat klien Suina penasaran.
" Apa dia pacar mbak? " tanya klienya.
" Ah nggak kok, kita cuma temenan aja. " jawab Suina tertawa kaku.
Kemudian ia mulai menunjukan beberapa desain yang sudah di selesaikan.
Suina menjelaskan satu persatu dengan sangat detail, agar kliennya itu merasa puas dengan hasil kerjanya.
Sementara perhatian Edo teralih dengan sepasang suami istri yang sedang merayakan ulang tahun anak mereka.
Kenangan masa kecilnya mulai terlintas di fikirannya, pria itu hampir tidak berkedip menatap keluarga bahagia itu.
Melihat Edo yang terus memperhatikan mereka, membuat Suina penasaran.
Setelah hampir sejam membahas pekerjaanya, kini Suina dan Edo tengah berada di lantai satu mall melihat lihat suasana pusat perbelanjaan itu.
Edo terlihat diam seperti sedang memikirkan sesuatu.
Dan hal itu membuat Suina penasaran, karena melihat Edo tidak seperti biasanya.
" Kenapa dok? ada yang salah? " tanya Suina.
" Oh! nggak. " jawab Edo yang langsung tersenyum.
" Dokter yakin? " tanya Suina ragu.
" Em! " jawab Edo mengangguk.
" Tapi dokter terlihat murung, nggak seperti biasanya. " ucap Suina bingung.
" Saya hanya teringat dengan keluarga yang merayakan ulang tahun anak mereka tadi. " jawab Edo.
" Jangan bilang ulang tahun dokter hari ini, makanya teringat dengan keluarga yang tadi. " ucap Suina sambil tertawa.
" Em. " jawab Edo.
" Hah?! " ucap Suina kaget.
" Ulang tahun saya hari ini. " jawab Edo.
Suina terheran heran mendengar jawaban pria itu.
" Kenapa dokter nggak bilang? " tanya Suina heran.
" Karena menurut saya itu nggak penting. " jawab Edo santai.
" Hah? kok nggak penting? " tanya Suina kaget.
" Saya sangat jarang, bahkan hampir tidak pernah merayakan ulang tahun saya. jadi menurut saya itu bukan hal yang istimewa. " jawab Edo.
" Tapi bagi aku itu penting, pokoknya hari ini aku akan membawa dokter untuk merayakannya. " ucap Suina yang terlihat sangat bersemangat.
" Tapi bukanya kamu akan mengunjungi nenek dan kakekmu hari ini? " tanya Edo kaget.
" Itu bisa di lain hari, pokoknya hari ini aku akan mengajak dokter untuk bersenang senang. " jawab Suina yang langsung menarik tanganya.
" Kita mau kemana? " tanya Edo penasaran.
" Nanti dokter akan tau. " jawab Suina.
Mereka pun langsung menuju salah satu halte bus.
" Kenapa kita naik bus, saya kan bawa mobil? " tanya Edo heran.
" Karena tempat itu cukup jauh, jadi lebih baik kita naik angkutan umum biar dokter nggak kecapean karena harus menyetir. " jawab Suina.
" Memangnya kita mau kemana? " tanya Edo penasaran.
" Pantai! " jawab Suina bersemangat dengan mata berbinar sambil tersenyum lebar.
Edo pun ikut tersenyum mendengarnya, karena melihat Suina sangat bersemangat untuk mengajaknya bersenang senang di hari ulang tahunnya.
" Oh ya, dokter suka pantai juga kan? " tanya Suina memastikan.
" Em! " jawab Edo tersenyum sambil terus menatapnya.
" Pas banget dong, aku juga suka banget dengan yang namannya pantai. pokoknya kita harus bersenang senang nanti di sana. " ucap Suina yang sudah tidak sabar.
Sepanjang jalan menuju tempat itu, Suina terus saja menceritakan hal hal yang selalu ia lakukan ketika sedang berada di pantai.
Sementara Edo terus tersenyum mendengar semua cerita gadis itu, karena merasa seperti punya penyemangat baru.
Satu jam kemudian, mereka pun tiba di pantai.
Setelah turun dari bus, Suina langsung menarik tangan Edo masuk kearea pantai.
" Dokter semangat nggak? " tanya Suina.
" Di banding saya, kamu yang terlihat lebih antusias. " jawab Edo tersenyum.
" Ini pertama kalinya aku mengajak teman pria untuk menghabiskan waktu bersama, terlebih lagi ini hari yang istimewa untuk dokter. jadi aku benar benar sangat semangat. " jawab Suina.
Edo benar benar merasa sangat senang bersama gadis itu, namun ia berusaha untuk menyembunyikannya karena tidak ingin Suina merasa tidak nyaman.
" Mm.. kita foto dulu yuk dok, sebelum cobain semua wahana air hanya ada di sini. " ajak Suina yang langsung mengeluarkan ponselnya.
Namun begitu ia menghidupkan ponselnya, Suina langsung kaget.
" Loh! kok mati? " ucapnya bingung.
" Apa jangan jangan aku lupa cas semalam? " gumamnya heran.
" Pakai ponsel saya aja. " ucap Edo yang langsung memberikan ponselnya.
Dengan cepat Suina langsung membuka kameranya, kemudian mencari anggel yang bagus.
" Dok lihat sini! " ucap Suina sambil berjinjit karena menyesuaikan dengan tinggi badan Edo.
Namun semakin ia berusaha untuk menyesuikan tinggi badanya dengan Edo, tetap saja tidak berhasil.
Hal itu membuat Suina langsung merangkulnya, agar ia bisa mendapatkan foto yang bagus.
Seketika Edo kaget melihat Suina langsung merangkulnya, bahkan posisi wajah mereka benar benar sangat dekat.
" Senyum dok. " pinta Suina.
Walaupun masih merasa kaget, namun Edo berusaha untuk bersikap biasa saja dan tersenyum.
Suina langsung mengambil beberapa gambar dengan berbagai gaya.
Setelah selesai, ia langsung mengajak Edo untuk mencoba berbagai wahana air yang ada di pantai itu.
Suina benar benar terlihat sangat senang berada di tempat itu, bahkan Edo terheran heran melihat keberanian gadis itu ketika mencoba beberapa wahana yang cukup menantang adrenalin.
###NEXT###