💔 Dikhianati & Dibangkitkan: Balas Dendam Sang Ibu
Natalie Ainsworth selalu percaya pada cinta. Keyakinan itu membuatnya buta, sampai suaminya, Aaron Whitmore, menusuknya dari belakang.
Bukan hanya selingkuh. Aaron dan seluruh keluarganya bersekongkol menghancurkannya, merampas rumah, nama baik, dan harga dirinya. Dalam semalam, Natalie kehilangan segalanya.
Dan tak seorang pun tahu... ia sedang mengandung.
Hancur, sendirian, dan nyaris mati — Natalie membawa rahasia terbesar itu pergi. Luka yang mereka torehkan menjadi bara api yang menumbuhkan kekuatan.
Bertahun-tahun kemudian, ia kembali.
Bukan sebagai perempuan lemah yang mereka kenal, melainkan sebagai sosok yang kuat, berani, dan siap menuntut keadilan.
Mampukah ia melindungi buah hatinya dari bayangan masa lalu?
Apakah cinta yang baru bisa menyembuhkan hati yang remuk?
Atau... akankah Natalie memilih untuk menghancurkan mereka, satu per satu, seperti mereka menghancurkannya dulu?
Ini kisah tentang kebangkitan wanit.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adrina salsabila Alkhadafi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16: Negosiasi Terselubung.
Natalie tidak ingin negosiasi dengan Menteri X dilakukan di kantor Whitmore. Itu terlalu berisiko dan bisa terekam. Ia mengatur pertemuan di sebuah ruang rapat pribadi di salah satu hotel mewah di Jakarta, tempat yang netral dan menjamin kerahasiaan.
Pukul 14:00. Natalie duduk bersama Hadiningrat. Menteri X, seorang pria paruh baya yang tenang namun memancarkan kekuasaan yang kejam, masuk, didampingi oleh Kepala Stafnya.
"Nyonya Natalie," sapa Menteri X, senyumnya tidak mencapai mata. "Saya senang akhirnya bertemu dengan pemilik baru Whitmore. Saya harap transisi ini tidak mengganggu kesepakatan lama kami."
"Tentu saja tidak, Yang Terhormat Menteri," balas Natalie, juga dengan senyum profesional yang dingin. "Justru saya meminta pertemuan ini untuk memastikan kesepakatan kita lebih kuat, lebih transparan, dan yang paling penting, lebih aman untuk kedua pihak."
Menteri X mengangkat alisnya. "Aman? Kesepakatan kita aman selama Whitmore terus mendanai Proyek Resor Bawah Laut sesuai jadwal. Dana itu untuk pembangunan infrastruktur nasional yang penting, Nyonya."
Natalie meletakkan sebuah tablet di atas meja. Layarnya menampilkan rincian transfer dana $60 juta yang terbagi ke berbagai perusahaan cangkang, tanpa bukti konstruksi yang nyata.
"Menteri yang terhormat, mari kita jujur. Saya baru saja mengambil alih Whitmore. Saya telah membersihkan dewan direksi dari elemen yang korup. Proyek Resor Bawah Laut, yang didanai $60 juta dari Whitmore, hanyalah fiksi di atas kertas," kata Natalie, nadanya datar. "Tidak ada kapal selam, tidak ada resor. Uang itu digunakan untuk membiayai operasi politik tertentu, dan Anda tahu itu."
Wajah Menteri X seketika mengeras. Kepala Stafnya bergerak gelisah.
"Anda datang untuk mengancam saya, Nyonya?" Menteri X bersandar, kekuatannya muncul. "Jika data ini bocor, Whitmore yang akan hancur dulu. Investigasi akan menunjukkan bahwa mantan CEO Anda, Aaron Whitmore, dan ibunya, Eliza, mengatur skema penipuan dana publik yang besar. Saham Anda akan anjlok, dan nama Anda akan tercemar di hari pertama Anda menjabat."
"Tepat sekali," jawab Natalie tanpa gentar. "Itu adalah risiko yang sama-sama kita hadapi. Perjanjian rahasia yang mengikat Anda untuk tidak membocorkan ini terletak di brankas Eliza Whitmore. Begitu pula dokumen yang mengikat kami untuk terus mendanai Anda. Kita berdua memegang bom waktu yang bisa meledak kapan saja."
Hadiningrat membuka tas kulit dan mengeluarkan sebuah dokumen legal.
"Negosiasi saya bukan untuk memutus dana, Menteri," lanjut Natalie. "Negosiasi saya adalah untuk mengganti format dana. Kami akan menghentikan transfer uang tunai ilegal yang berisiko ini. Sebagai gantinya, Whitmore Group akan mengalokasikan $30 juta untuk memimpin dan menyelesaikan tiga proyek infrastruktur nyata yang sangat dibutuhkan di daerah pemilihan Anda. Proyek nyata, dengan tender yang transparan, diawasi oleh auditor independen, dan memberikan manfaat politik yang nyata bagi Anda di mata publik."
Menteri X terdiam. Ini adalah tawaran yang cerdik. Natalie tidak memotongnya; dia mengubah korupsi menjadi kekuatan politik yang legal dan positif. Natalie menawarkan legacy yang bersih, bukan uang kotor yang berisiko.
"Mengapa hanya $30 juta, dan mengapa proyek nyata?" tanya Menteri X curiga.
"Karena $30 juta adalah nilai bisnis nyata yang bisa kami alokasikan tanpa dicurigai. Sisanya sudah hilang di perusahaan cangkang Aaron," jawab Natalie. "Dan proyek nyata, Menteri, akan membuat Anda terlihat seperti pahlawan, bukan seperti penjahat. Anda akan terbebas dari ancaman skandal, dan mendapatkan proyek yang bisa Anda gunakan untuk kampanye. Ini adalah win-win solution yang bersih."
Natalie mendorong dokumen baru itu ke depan. "Saya akan menanggapi Anda sebagai mitra bisnis yang menghargai keberlanjutan. Saya akan melindungi Anda, jika Anda melindungi perusahaan ini. Untuk memulai ini, saya perlu satu hal: perjanjian rahasia yang ada di tangan Eliza. Saya harus menghancurkannya untuk menjamin tidak ada yang bisa membocorkan ini dari pihak Whitmore."
Menteri X mempertimbangkan sejenak. Akhirnya, dia mengangguk pelan. "Kesepakatan yang cerdas, Nyonya Natalie. Berikan saya 24 jam. Saya akan memberikan Anda informasi tentang di mana Eliza menyembunyikan kunci brankas itu."
Negosiasi selesai. Natalie telah mengubah musuh politik menjadi sekutu taktis yang terpaksa.
Perburuan Kunci dan Serangan Balik Eliza
Malam itu, Natalie menerima pesan sandi dari Menteri X. Kunci brankas Eliza disimpan di kotak perhiasan kuno di balik cermin lemari pakaian di kamar tidur utama Whitmore Residence.
Namun, Natalie tidak tahu bahwa Eliza sedang bersiap melakukan serangan balik terakhirnya.
Di kediaman Whitmore, Eliza duduk di samping Aaron yang masih depresi. "Wanita itu berpikir dia sudah menang," desis Eliza, suaranya dipenuhi kebencian. "Dia mengambil perusahaan kita, dan sekarang dia mencoba menjebak kita dengan Menteri X."
"Kita sudah tidak punya apa-apa lagi, Bu," kata Aaron putus asa.
"Kita masih punya satu hal," kata Eliza, senyum licik muncul. "Kita punya reputasinya. Jika kita tidak bisa mengembalikan perusahaan, kita akan memastikan reputasinya hancur berantakan."
Eliza mengeluarkan ponselnya dan menelepon seorang reporter tabloid. Ia memberikan informasi sensitif: "Natalie W. menceraikan Aaron dan mengklaim pelecehan emosional, tetapi kembali tiga tahun kemudian untuk menghancurkan Aaron secara finansial. Semua yang ia lakukan adalah pembalasan dendam pribadi, bukan bisnis."
Pada saat yang sama, Eliza pergi ke kamar tidur utama. Ia membuka cermin lemari, mengeluarkan kotak perhiasan kuno, dan mengambil kunci brankas di dalamnya. Ia menggantinya dengan kunci palsu yang baru dibuatnya. Kunci asli itu ia bungkus rapi dan dikirimkannya kepada pengacara kepercayaannya di luar negeri.
Dia boleh mendapatkan perusahaan, tapi dia tidak akan pernah mendapatkan bom waktu terakhir, pikir Eliza penuh kemenangan.
Natalie Mengakali Jebakan
Pukul 23:00, Natalie, ditemani Maya dan Hadiningrat, masuk kembali ke Whitmore Residence yang sebagian besar asetnya masih berada di bawah kendalinya. Aaron dan Eliza berada di ruangan yang berbeda.
Natalie langsung menuju kamar tidur utama. Ia menemukan kotak perhiasan di balik cermin. Kunci brankas ada di sana.
"Brankasnya ada di kantor pribadi Eliza di lantai bawah," bisik Maya.
Mereka turun. Natalie membuka brankas itu dengan kunci yang ditemukannya. Di dalamnya, ada beberapa dokumen lama, akta tanah, dan sebuah flash drive. Tidak ada perjanjian dengan Menteri X.
"Dia tahu kita akan datang," kata Natalie, matanya menyipit. "Ini adalah umpan."
"Flash drive ini, Nyonya," kata Hadiningrat, memeriksanya. "Ini berisi data-data pribadi Aaron, foto-foto, dan dokumen yang tidak penting."
"Bukan itu yang kita cari," potong Natalie. Ia melihat sekeliling ruangan dan mendekati sebuah bingkai foto keluarga. Itu adalah foto Aaron, Eliza, dan ayahnya.
"Eliza tidak pernah membuang apa pun yang penting. Dia selalu menyembunyikannya di tempat yang paling jelas," kata Natalie. Ia melihat ukiran di belakang bingkai foto itu.
"Brankas itu adalah jebakan. Kunci brankas ini adalah jebakan," kata Natalie, memegang kunci palsu yang ditemukan. "Dia tidak akan menyimpan salinan perjanjian itu di brankas. Dia akan menyimpannya di tempat yang hanya bisa dia ambil saat dia pergi."
Tiba-tiba, Maya teringat sesuatu. "Nyonya, Tuan Aaron sempat menyebutkan bahwa Nyonya Eliza selalu menyimpan 'cadangan asuransi' di kotak deposit aman di bank lain, yang hanya dibuka dengan sidik jari Nyonya Eliza."
Natalie menghela napas. "Tentu saja. Kotak Deposit Aman." Eliza telah membawa bom waktu itu keluar dari perusahaan.
Tepat pada saat itu, ponsel Natalie berdering. Itu adalah Daniel, pengacaranya.
"Natalie, ada berita buruk. Tabloid baru saja merilis cerita tentangmu. Mereka mengatakan seluruh pengambilalihan ini adalah pembalasan dendam istri yang pahit, bukan langkah bisnis. Mereka menggunakan kata-kata 'pelecehan emosional' yang kamu ajukan di gugatan cerai sebagai motif utama. Ini akan sangat mempengaruhi kasus hak asuh dan citra Elara di pasar!"
Natalie memejamkan mata. Eliza telah melakukan serangan balik terakhirnya di ranah publik dan berhasil menyembunyikan dokumen kunci.
"Baik, Daniel. Jangan pedulikan Eliza. Biarkan media sosial berpikir itu pembalasan. Kita akan merespons dengan aksi nyata di pengadilan," ujar Natalie. "Sekarang, fokus pada satu hal. Kita harus mencari tahu di bank mana Eliza menyimpan kotak deposit aman itu. Itu akan menjadi kunci untuk menetralisir Menteri X dan memenangkan hak asuh Kenzo."