Di Surabaya, berdiri Sebuah pesantren megah pesantren Al - Ikhlas, sebuah lembaga pendidikan Islam yg dikenal dgn tradisi kuat dan menghasilkan santri" yg berprestasi. cerita ini mengikuti perjalanan 5.285 santriwan dan santriwati pesantren Al - ikhlas. ada banyak santri yg berjuang meraih keinginan orang tua dan menggapai mimpi mimpinya. namun terkadang menimbulkan pro dan kontra akibat persaingan di balik semua perjuangan para santri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon blue_era, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15. Aula yang Menanti, Teguran yang Berlanjut dan Harapan akan Perubahan
Usai insiden di asrama putra dan hukuman yang telah diberikan Gus Arga, suasana di pesantren sedikit mereda. Namun, agenda utama hari itu masih menanti: pertemuan di aula utama pada pukul 07.30, yang diumumkan usai shalat Subuh.
Pagi itu, aula utama sudah dipenuhi oleh para santriwan dan santriwati. Namun, aura ketegangan masih terasa kental. Insiden di asrama putra seolah menjadi pengingat bagi semua orang bahwa ada masalah serius yang harus segera diselesaikan.
Gus Arga, Abah Kyai Ghozali, Umi, para pengurus pondok, dan seluruh keluarga Ning Azzahra memasuki aula utama dengan langkah тега. Mereka menempati tempat duduk di bagian depan, menghadap ke arah para santri.
Namun, seperti yang terjadi sebelumnya di masjid, fokus para santriwan dan santriwati kembali terpecah. Para santriwan masih mencuri pandang ke arah Ning Azzahra, sementara para santriwati sibuk mengagumi sosok Gus Zaky dan Gus Irfan.
Abah Kyai Ghozali menghela napas melihat pemandangan ini. Ia merasa prihatin dengan sikap para santri yang seolah tidak belajar dari kesalahan. Ia tahu, teguran keras saja tidak cukup untuk mengubah perilaku mereka. Dibutuhkan pendekatan yang lebih komprehensif dan berkelanjutan.
Sebelum memulai pertemuan, Gus Arga memberikan pengumuman singkat. Ia memanggil beberapa santri yang terlibat dalam insiden di asrama putra untuk maju ke depan. Para santri yang dipanggil maju dengan wajah tertunduk, merasa malu dan bersalah.
Gus Arga kemudian memberikan teguran keras kepada para santri tersebut. Ia mengingatkan mereka tentang pentingnya menjaga adab dan akhlak sebagai seorang santri. Ia juga menekankan bahwa perilaku tidak sopan dan mengganggu tidak akan ditolerir di pesantren ini.
Tidak hanya Gus Arga, Gus Zaky dan Gus Irfan pun ikut memberikan teguran kepada para santriwati yang terlalu fokus pada mereka. Mereka mengingatkan para santriwati untuk lebih fokus pada ilmu dan ibadah, serta menjaga pandangan dan perilaku yang sesuai dengan norma agama dan adat.
Setelah memberikan teguran, Gus Arga meminta para santri yang bersalah untuk meminta maaf kepada seluruh santri di aula utama. Para santri tersebut dengan tulus meminta maaf atas perbuatan mereka yang telah meresahkan dan mengganggu ketertiban di pesantren.
Suasana di aula utama menjadi hening dan khusyuk. Para santri yang lain mendengarkan dengan seksama permintaan maaf dari teman-teman mereka. Mereka berharap, kejadian ini bisa menjadi pelajaran berharga bagi semua orang dan tidak akan terulang kembali di masa depan.
Setelah itu, Gus Arga memulai pertemuan dengan menyampaikan tujuan dan agenda pertemuan. Ia menjelaskan tentang masalah-masalah yang sedang dihadapi pesantren, serta langkah-langkah yang akan diambil untuk mengatasi masalah tersebut. Ia juga mengajak seluruh santri untuk ikut berpartisipasi aktif dalam menjaga keamanan, ketertiban, dan kebersihan di lingkungan pesantren.
Pertemuan di aula utama berlangsung dengan lancar dan конструктив. Para santri memberikan respon yang positif terhadap ajakan Gus Arga. Mereka berjanji akan memperbaiki diri, menjaga adab dan akhlak, serta ikut berpartisipasi aktif dalam menjaga keamanan dan ketertiban di pesantren.
Di akhir pertemuan, Gus Arga menyampaikan pesan yang penting. Ia mengatakan bahwa pesantren ini adalah rumah bagi semua santri. Oleh karena itu, semua santri harus saling menjaga, saling menghormati, dan saling membantu satu sama lain. Ia juga berharap, pesantren ini bisa menjadi tempat yang aman, nyaman, dan kondusif bagi para santri untuk belajar, beribadah, dan mengembangkan diri.
Setelah pertemuan selesai, para santri meninggalkan aula utama dengan semangat baru. Mereka bertekad untuk menjadi santri yang lebih baik, yang berakhlak mulia, berilmu tinggi, dan bermanfaat bagi masyarakat. Mereka berharap, pesantren ini bisa kembali menjadi tempat yang damai, harmonis, dan penuh dengan keberkahan.