Harusnya, dia menjadi kakak iparku. Tapi, malam itu aku merenggut kesuciannya dan aku tak dapat melakukan apapun selain setuju harus menikah dengannya.
Pernikahan kami terjadi karena kesalah fahaman, dan ujian yang datang bertubi-tubi membuat hubungan kami semakin renggang.
Ini lebih rumit dari apa yang kuperkirakan, namun kemudian Takdir memberiku satu benang yang aku berharap bisa menghubungkan ku dengannya!
Aku sudah mati sejak malam itu. Sejak, apa yang paling berharga dalam hidupku direnggut paksa oleh tunanganku sendiri.
Aku dinikahkan dengan bajingan itu, dibenci oleh keluargaku sendiri.
Dan tidak hanya itu, aku difitnah kemudian dikurung dalam penjara hingga tujuh tahun lamanya.
Didunia ini, tak satupun orang yang benar-benar ku benci, selain dia penyebab kesalahan malam itu.~ Anja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atuusalimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 5, part 1
Dalam ingatannya, ini untuk yang pertama kalinya setelah tujuh tahun terakhir ia dapat menangis dengan sangat keras, berteriak meluapkan seluruh kebenciannya hingga tubuhnya merasa lemas.
Baginya, seperti menumpahkan sesuatu dalam wadah sehingga perasaannya tercerai berai. Semuanya sia-sia, kepingan hati yang ia coba susun dengan rapi selama ini, tiba-tiba hancur kembali.
Anja bernapas lelah, ia sudah berusaha menahan rasa sakitnya. Selama ini, ia sudah berusaha memaksakan diri untuk bisa tersenyum, bersikap selayaknya orang normal, juga berbicara santai. namun pada nyatanya, kepalsuan itu tak berlaku ketika dia harus sendiri untuk berhadapan dengannya.
Ia menatap nanar purnama raya dengan pandangan buram sambil beberapa kali mencoba menghapus air matanya. Rasanya begitu letih, sehingga dia tak tau lagi bagaimana cara mengatasi rasa sakit yang terus menggerogoti hatinya. Ia sudah mencoba segala cara untuk melupakan dan memaafkan, akan tetapi semuanya nampak sia-sia saat kenangan lama itu berputar-putar, menjebaknya dalam kebencian yang tidak ada habisnya.
"Dokter Ria tadi mengatakan teori juga penanggulangan yang dipersiapkan selama tujuh tahun, tidak terlalu efektif. Kamu bukan sudah berdamai, melainkan menekan dirimu sehingga semuanya samar. Nyaris tak dapat dibedakan dengan diri kamu yang sudah normal, luapan emosi itu akan meledak sewaktu-waktu seperti halnya tadi. Ini sama dengan memulai dari awal, bahkan katanya bisa lebih buruk lagi. Coba sekarang mbak tanya, apa yang kedepannya kamu rencanakan?"
Anja diam saja, memilih tak berpura-pura lagi. Seperti ini menurutnya lebih nyaman karena dengan begitu dia akan menjadi dirinya sendiri.
Lagipula, ia tak tahu apa yang harus ia rencanakan dimasa depan, jadi dia merasa tak perlu menjawabnya.
"Kenapa dia murung,?" ia mulai membuka diri, tertarik untuk membahas gadis kecil yang memeluk dirinya dibawah sana. Baru-baru ini ia tau, gajebo ditengah kolam ikan menjadi tempat favorit untuk bermain maupun beristirahat semua orang yang ada di rumah ini mau siang atau malam.
Omanya seperti mencoba berbicara, apa memang selalu seperti itu? bukan kah seharusnya ia senang kak Lail nya datang, bukan kah seharusnya dia bahagia mengingat tadi menghabiskan waktu seharian untuk bermain diluar?
"Tadi dia tidur saat papanya pulang, sekarang dia marah minta papanya untuk datang!" Anja menoleh, menatap Erna dengan tatapan seolah mengatakan jangan bahas tentang dia.
"Mbak tidak bermaksud membahas Reka, tapi memang begitu kenyataannya! Tadi masih baik-baik saja, tapi Lail udah tidur sekarang, jadi dia ingat papanya lagi. kalau gak bisa tidur dia harus diusap-usap punggungnya semaleman, dan cuman Reka yang kuat melakukannya " "Ralat Erna seolah dapat menebak apa yang ada dalam pikiran Anja saat ini. Namun tetap saja, pada akhirnya pembahasan itu seperti mata rantai yang terus terhubung.
"Aku sudah mengatakan pada mami sama papi untuk tidak bercerita apapun tentangku pada Kezia, tapi bahkan gadis itu mengenaliku saat pertama kali kita bertemu. Ini benar-benar diluar apa yang aku pikirkan, jadi sekarang aku benar-benar tidak tahu bagaimana aku harus menghadapinya!"
"Hidup selalu berjalan diluar dari rencana kita. Seharusnya, papi dan mami keberatan dengan permintaanmu itu. tapi, sejauh yang mbak amati mereka berusaha melakukannya untuk tidak membahas tentangmu dihadapan Kezia. Hanya saja, Kezia juga tumbuh, bersekolah, mendengar cerita tentang sosok seorang ibu dan hal itu sulit menutupi kemungkinan untuk terus menyembunyikan semuanya," terang Erna sambil memperhatikan Anja demi mengukur reaksinya.
Anja mulai tertarik untuk mendengar lebih banyak lagi tentang putrinya. Lagipula, semuanya sudah terlanjur dan pendekatan selalu dimulai dengan cara mengenalnya. Ia menghampiri Erna, berinisiatif mengambil tempat duduk pada kursi ayunan rotan sambil memeluk dirinya disana.
"Mbak ingat banget, waktu itu tengah malam saat Reka menelpon. Dia menangis bertanya apa yang harus dia katakan pada Kezia.
Katanya dia mengatakan, semua temannya punya mama. Dia bertanya, dimana mamanya?"
Mata Anja berkaca-kaca, hatinya terusik saat membayangkan ketika gadis kecil itu bertanya untuk yang pertama kalinya tentang sosok dirinya.
"Lalu, apa yang dia katakan tentangku?" tanyanya kemudian sedikit ragu,
Tak disangka, Erna meresponnya dengan senyuman.Sepertinya, senang karena wanita yang ada dihadapannya ini mulai membuka diri.
"Tentu saja, mulai saat itu dia memberi tahu bahwa kamu sedang pergi jauh, akan pulang jika memang waktunya pulang. Kezia masih kecil, alasan apapun yang diberikan bisa diterimanya. Hanya saja, setelah itu... Kamu menjadi tokoh utama dalam cerita pengantar tidurnya setiap malam!" Kenangnya, kemudian mengalihkan pandangannya pada langit malam, persis seperti apa yang saat ini Anja lakukan.
semangat kak author 😍