Entah wanita dari mana yang di ambil kakak ku sebagai calon istrinya, aroma tubuh dan mulutnya sungguh sangat berbeda dari manusia normal. Bahkan, yang lebih gongnya hanya aku satu-satunya yang bisa mencium aroma itu. Lama-lama bisa mati berdiri kalau seperti ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rika komalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ritual
Tampak mbak Sinta sedikit ragu melangkahkan kakinya mendekat pada siluman lele tersebut. Bahkan, saat ini dia belum bergerak sama sekali.
"cepat jalan sana!" bentak sang ibu.
Dengan sedikit dorongan akhirnya Sinta mendekat juga pada makhluk itu, tampak dia juga takut tapi bodohnya dia mau saja di peralat sang ibu.
Sementara keadaan berbanding terbalik dengan makhluk itu, dia tampak memindai mbak Sinta dari atas hingga bawah.
"sempurna!" ucap makhluk itu sembari menyeringai.
"ternyata dia gatal juga." ceplosku.
"hmmm, otak mesum!" tambah Galuh.
"diamlah." omel Bima.
Ku lirik Bima, sepertinya dia masih fokus dengan siluman lele itu, bahkan tak berkedip sama sekali.
"apa kita akan terus di sini?" bisikku. Jujur saja, kaki ku sudah mulai pegal.
"sabar, belum waktunya kita bertindak. Kalau sekarang kita keluar itu sama saja kita bunuh diri." ucap Bima.
" sabar Laras, selepas ini kita akan bergerak." ucap Galuh sembari menepuk pundak ku pelan.
Aku mengangguk, dan kembali menatap ke depan tampak buk Surti seperti mengangguk-anggukkan kepalanya pertanda mengiyakan sesuatu.
"cepat kau siapkan ruangan untukku." perintah sang siluman.
" baik tuan, dengan senang hati hamba akan mempersiapkan nya."
Namun belum lagi kaki sang ibu melangkah, mbak Sinta sudah lebih dulu memanggil nya.
"tapi buk, bagaimana dengan mas Rama?"
" untuk apa kau pikirkan lelaki bodoh itu, yang terpenting sekarang kau mendapatkan kalung sakti itu dari sang mulia tuan tampan dan berkharisma."
Mau muntah rasanya saat buk Surti mengatakan sang mulai tampan dan berkharisma. Padahal yang ku lihat hanya makhluk berkepala lele berbadan katak. Dari mana segi tampannya coba.
"itu perempuan matanya udah buta kali Ras, makhluk jelek begitu di bilang tampan." ucap Galuh sambil terus menatap kedepan sana.
Entahlah, aku pun berpikiran yang sama. Tak lama buk Surti pergi meninggalkan mbak Sinta seorang diri di sana tampak sang siluman terus saja. Terlihat tatapan mesum dari mata besarnya, aku kira siluman seperti dia tak memiliki nafsu ternyata aku salah.
"bersiaplah cah ayu." ucap siluman tersebut.
Mbak Sinta hanya diam, tapi aku bisa melihat tatapan takut di sana sementara itu sang siluman mulai bergerak, berjalan dengan gagahnya sembari mengitari mbak Sinta.
"mau apa dia Ras?" ucap Bima.
"mana aku tau,"
" kalau kau penasaran, sambangi sana." ucap Galuh.
" dih, bunuh diri itu namanya."
Tak ku hiraukan ocehan dua sahabatku ini, mataku masih terfokus ke depan. Dan tak lama kemudian ibunya mbak Sinta datang dengan tergesa-gesa.
"sudah siap tuan."
"bagus, ayo cah ayu kau harus melayani ku malam ini." ucap sang siluman sembari menarik tangan mbak Sinta.
Mau tidak mau iparku tersebut mengikuti sang lele siluman sementara si ibu, juga turut serta.
"apa kita harus masuk kesana?" ucapku.
" masuklah, apa kau tidak penasaran apa yang di lakukan siluman itu?" ucap Bima.
" entahlah,"
" sudahlah, ayo kita masuk. Mudah-mudahan kita bisa membawa mas Rama keluar dari rumah iblis itu." ucap Galuh.
Hmmm, ada benarnya juga yang di katakan Galuh. Aku juga penasaran apa yang akan di lakukan siluman itu pada mbak Sinta.
Dengan mengendap-endap kami bertiga mulai memasuki area belakang rumah mbak Sinta. Bau anyir bercampur bangkai menjadi satu.
"bau banget," ceplosku.
"hmmm, sepertinya hidung mereka semuanya tersumbat."
" diam lah, " ucap Bima sembari terus berjalan.
Terus dan terus, entah ruangan mana yang di pakai siluman itu untuk ritual bersama mbak Sinta.
"kita harus kemana ini?" bisikku karena kami menemukan simpang empat, dan semuanya dari lorong ke lorong berisi kamar-kamar.
"kita kesana dulu," tunjuk Bima menuju arah samping ku. Hmmm, gak ada salahnya di coba bukan.
Dengan perlahan kami bergerak ke sana, dan pucuk di cinta ulam pun tiba ternyata benar siluman itu membawa mbak Sinta ke dalam kamar ini.
"sssst, mereka ada di dalam." bisikku .
Kami berusaha mencari celah, pintu yang terbuat dari batang bambu sebenarnya tidak menyulitkan tapi yang aku heran kan bangunan nya terbuat dari batu tapi berpintu dari bahan bambu.
"udah dapat celah belum?" bisik Galuh.
" sabar ini masih di cari." ucap Bima sambil terus menempel kan penglihatannya ke arah pintu.
Aku dan Galuh juga melakukan hal yang sama, dan tara akhirnya aku menemukan celah untuk mengintip di sana.
Jantungku berdetak kencang, bagaimana tidak di dalam sana terlihat jelas bagaimana siluman itu melakukan mbak Sinta, bahkan sang ibu juga turut menjadi penonton di sana.
"dasar gila." umpatku.
Galuh yang mendengar umpatan ku segera menggeser posisi ku, kini gantian dia yang mengintip, matanya seketika membulat bahkan keringat dingin langsung menyergap telapak tangannya.
"siluman itu Laras?" ucapnya sembari melihatku.
Tanpa di jelaskan aku sudah tau ke mana arah pembicaraan ini.
"awas, gantian aku mau lihat." ucap Bima.
Aku dan Galuh seketika menyingkirkan, giliran bima yang mengintip. Berulang kali bima menelan saliva nya, kemudian menarik diri menjauh dari celah tersebut.
"dasar iblis." ucap Bima datar.
"ssttttt, jangan keras-keras nanti kita ketahuan." ucapku.
Suara-suara khas orang bercinta sangat terdengar jelas di telinga kami bertiga, bahkan sesekali terdengar suara jeritan mbak Sinta, seperti sangat menikmati permainan siluman lele itu.
"dasar gatel." umpatku.
"hmmm, iparmu itu sama gatel nya dengan iblis itu Laras, tadi saja dia sok-sokan menolak. Tenyata..." ucap Galuh seraya mencabikkan bibirnya.
Aku yang sudah kepalang muak segara mengajak mereka berdua pergi dari tempat ini, aku harus menemukan di mana mas Rama berada, biar di melihat apa yang di lakukan mbak Sinta saat ini.
"kita mau kemana?" ucap Bima.
"mencari mas Rama, dia harus tau bagaimana kelakuan istri sialannya itu." geramku.
Mereka berdua terdiam, tapi tetap mengikuti langkah kaki ku. Aku sengaja mengambil jalan lurus karena ku yakin di sana lah rumah utama. Hanya memainkan feeling saja.
Terus dan terus, tapi kami tak kunjung menemukan di mana mas Rama, namun siapa sangka ada seseorang yang memergoki kami.
"kalian siapa?" ucap seseorang yang langsung membuat langkah kaki kami terhenti. Mataku seketika membola, bagaimana tidak kami sudah wanti-wanti agar jangan ketahuan ini malah ada yang manggil. Apes.. Apes.
Segera aku menoleh, ternyata Bowo. Mau apa anak itu berkeliaran tengah malam begini, mana di luar rintik-rintik lagi.
Segera aku mendekat, dan tau bagaimana reaksi dia? Terkejut. Sama seperti aku terkejut tadi.
"kak Laras? ngapain di sini kak?" ucapnya bingung, apalagi aku tidak sendirian di sini ada Galuh dan juga Bima.
" sssttt, diam. jangan keras-keras." ucapku sembari memelototkan mata padanya.