menceritakan kisah seorang pemuda yang menjadi renkarnasi seorang lima dewa element.
pemuda itu di asuh oleh seorang tabib tua serta di latih cara bertarung yang hebat. bukan hanya sekedar jurus biasa. melainkan jurus yang di ajarkan adalah jurus dari ninja.
penasaran dengan kisahnya?, ayo kita ikuti perjalanan pemuda tersebut.!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Igun 51p17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 16
Di suatu malam yang gelap. Di sudut Kota Rasaujaya.
Di depan sebuah penginapan yang kurang pencahayaan. Berdiri satu sosok yang sedang dalam keadaan ketakutan.
Pandangannya tertuju ke bawah. melihat satu kepala yang tergeletak di atas tanah yang tidak jauh dari kakinya.
Sosok itu adalah Ki Sadika, orang yang sedang dalam menjalankan misi untuk mengawasi seorang pemuda. Akan tetapi, belum sampai satu hari menjalankan misi tersebut. Ia sudah kehilangan tiga rekannya secara mengerikan.
"Tidak mungkin" kata Ki Sadika dengan perasaan yang takut.
Sementara itu, satu sosok sedang bediri di seberang sana dengan kegelapan malam yang menyamarkan identitasnya.
Di tangannya tergenggam erat satu senjata yang sudah berlumuran cairan kental berwarna merah karena sudah memakan tiga korban nyawa yang memutuskan kepalanya.
Sosok itu adalah seorang pemuda yang bernama Bayu Wirata. Dengan kain tipis yang menutupi bagian hidung sampai dagunya.
Bayu Wirata berjalan pelan menuju Ki Sadika yang sedang ketakutan . Sembari ia membuka penutup wajahnya itu. Hingga pada saat itu, wajahny sudah terlihat dengan jelas.
"Aku adalah orang yang kalian awasi" kata Bayu Wirata dengan nada yang menekan lawan.
Ki Sadiwa menatap sosok di depannya. Hingga saat jarak sudah benar benar dekat. Ia melihat wajah asli dari pemuda tersebut yang ternyata adalah seorang pemuda yang menjadi incaran mereka.
Ki Sadika melotot tak percaya, matanya membelalak seolah nyaris mau keluar dari rongganya. Kakinya terayun mundur tanpa sadar, napasnya tercekat.
"Kau..." desisnya serak, suaranya tercekat di tenggorokan, berhenti tanpa kelanjutan.
seketika ia teringat dengan dua pendekar yang sebelumnya temuinya dengan keadaan tenaga dalam mereka yang sudah di hancurkan begitu saja oleh sosok pemuda di depan.
"Pemuda ini bukan sembarang orang," gumamnya dalam hati, akan tetapi, gumaman itu adalah gumaman terakhir bagi Ki Sadika itu sendiri. Sebab sekejap kemudian, bayangan tajam melesat, sebuah tebasan deras memutuskan lehernya dengan suara yang mengerikan.
Crahhs..
Kepala Ki Sadika jatuh tergeletak di tanah, Cairaan kental berwarna merah memancar deras dari lehernya yang sudah terputus.
Bayu Wirata memandang tubuh Ki Sadika yang masih berdiri tanpa kepala, lalu tanpa ragu mengayunkan tendangan keras ke arahnya.
Tubuh Ki Sadika terpental ke belakang, terhempas kaku di tanah tanpa sedikit pun adanya pergerakan. Sunyi dan dingin, tanda ajal telah mengunci hidupnya.
"Sudah selesai" kata Bayu Wirata sembari menarik napas lega.
Sesaat matanya melirik empat jasad tanpa kepala sedang bergelimpangan di atas tanah.
"Besok akan ada keributan di tempat ini. Aku merasa jika mereka masih memiliki anggota lain. Bayi itu dalam bahaya, aku harus cepat mendatangi Perguruan Jaya Abadi, lalu menyerahkannya kepada Ki Kurawa" gumam Bayu Wirata sembari memutar badannya berniat untuk meninggalkan tempat tersebut.
Hupp..
Bayu Wirata melesat dalam kegelapan malam menuju penginapan yang sudah ia sewa sebelumnya.
Bayu Wirata melangkah masuk dengan langkah santai ke dalam penginapan. Seolah olah tidak pernah terjadi apa apa sama sekali. Napasnya tenang, tidak menunjukkan kegelisahan sedikit pun.
Sesaat kemudian, dia sudah berdiri di depan pintu kamar yang sudah ia sewanm sebelumnya.
Krekk..
Suara pintu berderit pelan saat tangannya mendorong pintu itu ke samping.
Bayu Wirata menyusup masuk, lalu dengan hati hati menutup pintu di belakangnya agar tidak mengganggu orang yang ada di dalamnya.
Matanya langsung tertuju pada sosok Liana yang tertidur lelap di samping bayi mungil yang sedang tidur juga.
Di sebelah bayi itu, terdapat sebuah botol susu setengah kosong. Bayu mengerutkan kening, dalam hatinya terlintas pemikiran yang baik
"Sepertinya dia sudah memberikan susu pada bayi itu." Katanya dengan suara napas yang pelan dan gerakan yang lembut
Bayu Wirata duduk di tepi tempat tidur, persis di samping tubuh Liana yang sedang tertidur dengan pakaian yang sudah agak terbuka, memperlihatkan kain tipis yang melindungi bagian paling rahasia dari seorang wanita. Dia menatap dengan pandangan penuh rasa ingin tahu dan hati hati, seolah takut membangunkan mimpi damai yang sedang menyelimuti Liana.
Selain itu pakaian liana juga terkesiap ke atas yang lagi lagi memperlihatkan gundukan daging segar tanpa pelindung sama sekali.
Bayu Wirata melihat hal tersebut laku menggelengkkan kepalanya dengan pelan. Memang pada dasarnya, naluri kelelakiannya sedang bangkit ketika di perlihatkan dengan satu pemandangan yang ada di depannya.
Akan tetapi, ia mencoba menepis apa yang ada di dalam pikirannya itu.
Bayu Wirata menarik napas yang dalam, mengisi rongga paru parunya hingga penuh. Setelah itu ia membuangnya kembali.
Huhhh
"Aku tidak boleg melakukannya" gumam Bayu Wirata sembari membetulan pakaian dan rok kecil yang sudah berantakan.
Kini pakaian Liana sudah rapi. Lalu Bayu Wirata mengambil satu selimut yang akan ia gunakan untuk menutupi seluruh tubuh Liana.
"Istirahatlah dengan tenang" kata Bayu Wirata pelan.
Pemuda itu beranjak dari tempat tidur. Lalu berjalan sedikit menjauh. Setelah itu ia merebahkan tubuhnya di atas lantai penginapan yang terbuat dari kayu keras dengan kualitas terbaik.
Sesaat kemudian ia memejamkan matanya. Lalu tertidur dengan begitu pulas. Memasuki alam mimpi yang menjadi bunga tidurnya di malam itu.
Keesokan harinya.
Kukuruyuk.
Ayam jantan berkokok saling bersahutan ketika mereka melihat cahaya di ufuk timur yang perlahan mulai naik ke atas.
Perlahan namun pasti, cahaya itu mulai terlihat semakin jelas sehingga membuat penerangan bagi seluruh manusia yang ada di bumi.
Di dalam sebuah penginapan, Liana sudah terbangun dari tidurnya dengan mulut yang terbuka.
"Sudah pagi" kata liana, sembari melirik ke tubuhnya yang sudah ada selimut.
"Siapa yang menyelimutiku" tanya
Liana.
Sesaat kemudian. Matanya melirik ke arah lantai kamar. Di sana ia melihat satu pemuda yang sedang tertidur pulas.
"Aku rasa dia yang memakaikan selimut ini padaku, ternyata masih ada laki laki yang tidak memiliki pikiran kotor" gumam Liana sambil tersenyum.
Liana bangun dari tempat tidurnya. Lalu berjalan ke arah Bayu Wirata.
"Bangun tuan muda. Hari sudah pagi" kata Liana membangunkan Bayu Wirata sembari mengguncang tubuh pemuda tersebut.
Bayu Wirata membuka matanya terbangun dari tidurnya. Ia duduk sesaat untuk menghilangkan rasa kantuk yang masih menderanya.
"Aku pergi dulu. Aku harus melanjutkan tugasku" kata liana sembari mengecup bibir Bayu Wirata dengan lembut.
Bayu Wirata sedikit terkejut dengan apa yang di lakukan oleh Liana. Namun, tidak ada penolakan yang ia lakukan. Justru ia menikmati kecupan itu walaupun ia masih di landa kebingungan dengan keadaan tersebut.
Setelah kecupan itu selesai. Liana beranjak berdiri, lalu keluar kamar tersebut meninggalkan Bayu Wirata yang masih terlihat kebingungan.
Hingga beberapa saat kemudian, ia teringat dengan perjalanannya menuju ke Perguruan Jaya Abadi.
"Aku harus cepat" gumam Bayu Wirata sembari berdiri.
Pemuda itu masuk ke kamar mandi terlebih dahulu untuk mencuci muka. dan membersikan tubuhnya sesaat.
Setelah itu, ia keluar kembali dan siap melakukan perjalanan menuju Perguruan Jaya Abadi untuk mengantarkan bayi yang ia bawa.
Bayu Wirata kembali menggendong bayi mungil itu di dadanya dengan sebuah kain yang ia kiat di belakang punggungnya agar tidak membuat bayi itu terjatuh.
Hingga setelah semuanya siap. Ia langsung keluar kamar tersebut lalu menuju pintu keluar.
Bayu Wirata berjalan dalam lorong penginapan kebetulan di saat itu, ia sedang melewati meja petugas penginapan yang di jaga oleh liana.
Bayu Wirata tersenyum hangat kepada liana.
Hal yang sama juga di lakukan oleh Liana. Ia Juga tersenyum hangat ke arah Pemuda tersebut. Sembari berdiri berjalan ke arah Bayu Wirata.
"Ini susu untuk adikmu. Dia pasti lapar pagi ini" kata Liana sembari menyodorkan sebotol susu yang masih hangat kepada Bayu Wirata.
"Terima kasih" kata Bayu Wirata sembari mengambil botol susu tersebut dari tangan Liana.
"Kau lihat di sana,,!" Kata Liana sembari tangannya menunjuk ke arah luar penginapan.
Bayu Wirata menoleh ke arah yang di tunjukkan oleh Liana. Pada saat itu, ia melihat banyak kerumunan orang orang yang sedang membuat lingkaran mengelilingi sesuatu di dalamnya.
Bayu Wirata menyadari apa yang membuat orang orang itu berkumpul, tapi ia sengaja berpura pura bingung seolah tidak mengerahui apa apa. Matanya menelusuri kerumunan yang asyik memperhatikan sesuatu di tanah.
"Apa yang mereka lakukan?" tanya Bayu, suaranya terdengar datar.
Liana menghela napas, sedikit mengernyit.
"Mereka sedang melihat sesuatu. Ada cairan merah menggenang di sana, sepertinya ada pertarungan tadi malam di tempat itu. Tapi anehnya, tidak ada satupun jasad yang di temukan. Kayaknya mayatnya sudah di bawa oleh yang di lawannya," jelasnya sambil melirik ke arah yang sama.
Wajah Bayu Wirata berubah, ada kilatan terkejut dan rasa penasaran yang mengerut di dahinya.
"Jasadnya hilang? Siapa yang membawa?" gumamnya pelan, nadanya penuh tanda tanya. Ia menarik napas dalam dalam, pikirannya berputar cepat mencoba mengurai teka teki itu.
"Apakah rekan mereka sendiri yang mengambil jasad jasad tersebut?" ucapnya lirih, yang membuatnya terjebak dalam lamunan.
Liana yang berdiri di sebelahnya menyadari keheningan Bayu Wirata, lalu ia sedikit menyentuh lengannya pemuda tersebut.
"apakah kau tidak apa apa, Tuan Muda?" tanya Liana lembut, membangunkannya dari lamunan singkat.
"Eh.. eh.. tidak apa apa, terima kasih atas informasinya. Kalau begitu aku pergi dulu" kata Bayu Wiraya sembari melangkahkan kakinya menuju luar.
Bayu Wirata berjalan melewati kerumunan banyak orang tersebut. Pada saat itu, ia melihat dari celah celah tubuh kerumunan orang tersebut. Memang ia juga melihat banyak genangan dari cairan merah yang sudah mengering di tempat tersebut. Akan tetapi tidak ada satupun jasad yang ada di sana.
"Sepertinya memang benar ada orang yang membawa jasad mereka, aku akan mengantarkan bayi ini kepada Ki Kurawa. Setelah itu aku akan menyelidiki semua ini, apakah ini berhubungan dengan Perguruan Badai Neraka yang sudah menghancurkan Perguruan Matahari" gumam Bayu Wirata ketika ia mengingat perkataan terakhir dari Rani Sartika, ibu dari bayi yang ia bawa.
Bayu Wirata mempercepat langkahnya. Meninggalkan lokasi mejadian tersebut. Pada saat ini, ia tidak ingin membuang banyak waktu.
Pemuda itu melesat di tempat yang cukup sepi. Hal itu ia lakukan karena ia tidak ingin memperlihatkan kemampuannya yang tinggi jika di bandingkan dengan pemuda seusia dirinya. Sudah pasti jika tujuan dari pemuda itu adalah Perguryan Jaya Abadi.
Sebelumnya...
Lebih tepatnya saat malam hari.
Empat pendekar dari Perguruan Badai Perkasa yang sudah membagi tim mereka tanpa sengaja lewat di depan sebuah penginapan. Akan tetapi pada saat itu, mereka melihat empat jasad yang tergeletak di atas tanah tanpa kepala.
"Lihat ada jasad" kata salah satu dari mereka yang pertama melihat jasad jasad tersebut.
Rekan rekannya yang lain menoleh ke arah yang di tunjukan. pada saat itu, mereka juga melihat jasad jasad itu. Hingga pada akhirnya mereka memutuskan untuk memeriksanya.
Hupppp..
Empat orang itu mendaratkan kaki mereka tepat di masing masing jasad yang ada di sana. Namun, mereka langsung di buat terkejut ketika mengetahui jasad jasad tersebut adalah rekan mereka sendiri.
"Tidak mungkin " kata mereka secara bersamaan.
"Siapa yang sudah melakukan ini" tanya mereka penasaran namun juga dengan rasa kemarahan, karena tidak terima dengan apa yang sudah terjadi kepada rekan rekan mereka yang sudah tewas dengan kepala terpisah itu.
Akan tetapi, tidak ada satupun dari mereka yang mengetahui apa yang terjadi, dan siapa yang membunuh rekan mereka.
Cukup lama mereka saling bicara dalam memutuskan langkah selanjutnya. Hingga pada akhirnya mereka mengambil satu keputusan untuk mundur terlebih dahulu dari misi tersebut.
Hal itu terjadi, karena mereka sadar jika ada hal berbahaya yang tersembunyi di balik misi yang mereka jalankan.
"Kita mundur terlebih dahulu. Kita akan melaporkan hal ini kepada ketua. Dan kita akan dengar langkah apa yang akan di ambil selanjutnya" kata salah satu dari mereka. Yang di anggukkan kepala oleh rekan rekan mereka tanda setuju.
Akhirnya empat orang itu meninggalkan lokasi tersebut, sembari masing masing menggendong jasad rekan mereka di balik punggungnya
Wushhh...
Ke empatnya melesat dalam kegelapan malam melewati bangunan penduduk kota. Sembari berusaha untuk mencari rekan mereka dari tim lain agar berkumpul kembali.
Beruntungnya, pada saat itu. Mereka dapat bertemu dengan semua tim yang sempat mereka bagi sebelumnya. Lalu mereka menjelaskan situasi yang sudah terjadi.
Hingga pada akhirnya. Mereka semua sepakat dan setuju untuk kembali ke Perguruan Badai Neraka yang tersembunyi di dalam hutan.
"Baiklah kita akan kembali. Semoga ketua dapat mengerti dan memaklumi dengan keadaan yang menyulitkan kita" kata salah satu dari mereka.
Setidaknya enam belas orang tersisa itu melesat bersama sama keluar dari dalam Kota Rasaujaya. Lalu mereka memasuki dan menembus lebatnya hutan di dalam kegelapan malam.
Empat orang dari mereka secara bergantian menggendoang jasad rekan mereka yang sudah terbujur kaku terkena angin malan yang dingin.
Malam yang semakin larut dengan suhu yang semakin dingin, dan jarak pandang yang terhalang oleh kegelapan malam serta membawa empat jasad rekan mereka yang menjadi beban. Maka membuat perjalanan mereka menjadi lebih lambat.
Akan tetapi, mereka semua bersi keras dan tidak pernah berhenti melangkahkan kaki mereka. Demi cepat sampai ketempat tujuan mereka.
Hingga saat matahari mulai terbit. Barulah mereka melihar perguruan mereka dari kejauhan.
"Sebentar lagi kita akan sampai" seru salah satu dari mereka dengar raut wajah yang terlihat lelah.
Pada dasarnya mereka semua sudah sangat kelelahan melesat di dalam kegelapan malam hingga pagi hari. Dengan membawa jasad rekan mereka.