NovelToon NovelToon
Balada Cinta Suratih

Balada Cinta Suratih

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Terlarang
Popularitas:10.2k
Nilai: 5
Nama Author: Irawan Hadi Mm

Cinta membuat seorang gadis bernama Suratih, menentang restu ayahnya. Damar, pemuda yang membuat hatinya lebih memilihnya daripada apa yang dikatakan orang tuanya, membuatnya mengambil keputusan yang sebenarnya mengecewakan sang ayah. Apakah Suratih akan bahagia membangun rumah tangga bersama Damar, setelah jalan yang dia tempuh salah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irawan Hadi Mm, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB. 28

"Abang bawa keranjang pakaian kotor dulu ke luar ya, Tih! Sekalian mau ambil sarapan buat kita berdua, Tih!" pamit Damar, dengan balutan celana bahan dan kemeja putihnya, harus membuang rasa malunya dengan keranjang pakaian kotornya dalam pelukannya.

"Iya, bang! Jangan lupa kunci pintunya, bang!" gumam Suratih, sebelum akhirnya memejam kan kembali kedua matanya.

"Untung di ingetin, abang hampir aja lupa bawa kunci kamarnya, Tih!"

Damar mengunci pintu kamarnya dengan tatapan penuh harap.

‘Semangat Damar, pintu kebahagiaan sebentar lagi menyapa mu! Hidup bersama dengan orang yang aku cintai!’ batin Damar, menyemangati dirinya sendiri.

"Loh, Damar! Kamu bawa apa itu?" tanya Suryo.

Bukannya menjawab, Damar justru memberikan pertanyaan pada Suryo.

"Paman punya mata kan?" tanya Damar dengan wajah datarnya.

Suryo mengerutkan keningnya penuh tanya, sepersekian detik kemudian. Ia menjawab dengan bangga.

"Iya lah, Damar. Paman mu ini punya mata, seperti yang kamu lihat! Kita ini terlahir dengan keadaan sempurna. Kenapa kamu masih menanyakan itu?" cicit Suryo dengan nada angkuh.

"Nah itu, gunakan mata paman dengan sebaik baiknya! Jangan tanyakan yang sudah paman tau pasti jawabannya! Pertanyaan paman terlalu basi untuk Damar jawab!" sarkas Damar, lalu melengos meninggalkan Suryo yang di buat terpaku di tempatnya.

Suryo menendang angin, dengan wajah kesal, senebtara ke dua tangannya terkepal erat.

"Sialan bocah tengik! Makin hari, makin aja kurang aja sama orang tua! Saking aja lu tambang emas, kalo bukan! Udah gua hajar lu!" umpat Suryo dengan penuh emosi.

Usai meletakan keranjang pakaian kotor miliknya di tempat pencucian baju, Damar langsung melenggang ke dapur.

"Ibu kemana, mpo?" tanya Damar dengan nada santai.

Saat pria berbadan kekar itu menginjakkan kakinya di area dapur yang cukup luas. Dapur di rumah itu menyatu dengan ruang makan tanpa dinding pembatas. Gak ada gurat kesal di wajahnya.

Sementara Inah tengah menyajikan makanan yang ia masak di atas meja makan.

"Ada itu di kebun belakang, tadi mah lagi nyiramin pohon anggrek kesayangannya, den!" jelas Inah, dengan ramah.

Damar mengambil sebotol minuman berukuran 2 liter dari dalam lemari pendingin. Lalu meletakkannya di atas meja makan.

Damar berdiri di depan meja makan, di samping kursi yang biasa ia duduki. Tanpa permisi membalikkan piring makannya yang sudah di tata di atas meja makan.

"Sama siapa, po?" tanya Damar tanpa mengalihkan perhatiannya dari lauk yang tampak menggugah selera.

"Sama bu Sari, aden ada perlu sama mak haji? Biar Inah panggilin kalo aden mau!"tawar Inah, memperhatikan anak majikannya itu yang 2 hari ini tampak berbeda tingkahnya.

"Gak perlu. Biarin aja ibu sibuk sama urusannya."

Damar mulai mengisi piringnya dengan nasi dan lauk kesukaannya, porsinya pun menjadi 2 kali dari porsi biasanya.

Tanpa sadar, Inah menelan salivanya dengan sulit, ‘Bujuk dah, kaga salah itu den Damar? Segitu banyaknya lokan abis di makan sendiri?’

Damar yang sadar akan tatapan Inah, langsung menegurnya.

"Lanjut lagi aja mpo, ngapain diam di situ?" seru Damar dengan santai, tangannya sibuk menambahkan sedikit demi sedikit lauk ke dalam piringnya.

Inah menggaruk kepalanya dengan canggung, "Eeemmm anu, itu. Apa aden mau makan di kamar lagi? Apa gak sebaiknya aden makan di meja makan, bareng sama yang lain?" tanya Inah tanpa saringan.

Tak.

Damar meletakkan dengan kasar, sendok lauk yang baru ia gunakan.

Inah berjingkat kaget, "Astaga!"

"Dengar ya, mpo! Mau saya makan di kamar, di meja makan, di jalan sekali pun! Itu bukan urusan mpo Inah! mpo Inah gak berhak atur atur hidup Damar! Sadar diri, mpo! mpo itu di sini jadi kuli! Bukan buat ngatur majikan!" sentak Damar dengan nada tinggi, lalu berlalu dari dapur.

Inah mengelus dadanya dengan wajah memelas, "Bujuk dah, ngapa jadi kasar amat ya itu den Damar? Ora tau apa ya! Inah kan cuma kasih masukan! Di terima ya sukur, ora terima ya kaga usah pake ngegas gitu napa ya! Copot ini jantung Inah!"

Brugh.

Dengan susah payah, Damar menutup pintu kamarnya. Lalu mengunci pintunya kembali.

"Dasar pembantu kurang ajar! Bisa-bisanya Inah ngajarin gua! Belum lagi si Suryo, keluarga penjilat!" gerutu Damar dengan wajah merah padam.

Suratih mengerjap, memijat keningnya yang terasa pening. Netranya tertuju pada Damar yang membawa botol minum dan sepiring nasi dengan lauk yang menggunung.

"Kenapa lagi, bang? Abang ditegur ibu? Apa ada yang buat abang kesel selama di luar tadi?" cecar Suratih, dengan wajah meringis berusaha menyandarkan punggungnya pada kepala ranjang.

Damar melangkah semakin masuk ke dalam kamarnya.

"Gak usah dibahas, Tih! Abang lagi kesel. Kamu jangan bikin abang tambah kesel!" sarkas Damar gak mau di bantah.

‘Baru tau aku, bang Damar kalo lagi kesel. Mukanya nyeremin bangat, sama persis kaya muka babeh kalo lagi marah. Gimana kabar babeh sama ibu ya? Tar deh aku telepon ibu.’ pikir Suratih.

"Kita sarapan aja dulu! Abis itu abang langsung berangkat! Kamu juga bisa lanjut tidur." seru Damar dengan tegas.

Damar meletakkan botol minum yang ia bawa di atas nakas, tanpa segan menyuapi Suratih dan dirinya secara bergantian.

"Sini gantian, bang! Ratih juga mau suapin abang!"

***

Hingga waktu yang di tunggu Suratih dan Damar pun tiba. Tiga malam telah Suratih lalui di dalam kamar Damar.

Dalam balutan handuk mandi, Suratih meringis kesakitan, dengan tangannya yang mencengkram erat lengan Damar.

"Ugghhh!"

Sementara Damar memekik kesakitan, lalu mengumpat.

"Awwwhhh gilaa, kuku kamu panjang panjang ya, Tih?" tebak Damar dengan wajah kesalnya.

Suratih tersenyum canggung, "Dikit, bang!"

"Kamu gak boleh panjangin kuku, Tih! Kuku tangan kamu harus pendek! Kamu lihat nih, dada, punggung, sama lengan abang jadi korban kuku panjang kamu!" cerocos Damar dengan nada agak santai.

Damar yang mengenakan handuk di pinggang sampai batas lutut, memperlihatkan jejak yang di tinggalkan kuku Suratih pada tubuhnya dengan tatapan meyakinkan.

"Kok harus dipotong si bang? Abang juga udah ninggalin jejak tau di tubuh Ratih! Coba tuh lihat! Banyak kan!"

Suratih gak mau kalah, menyingkap sedikit jubah handuk yang ia kenakan pada bagian dadanya.

Damar terkekeh dengan canggung, "I- itu mah be- beda lagi, Tih! Ungkapan cinta abang itu ke kamu, Tih!"

"Si abang bisa aja! Itu juga bisa dibilang ungkapan cinta Ratih ke abang!" timpal Suratih dengan pipi merona, ia bahkan dengan malu mencubit lengan Damar sebelum melangkah ke luar dari kamar mandi dengan langkah tertatih.

"Ugghhhh Tiiiih! Jangan pake kuku kamu!" ringis Damar dengan penuh penekanan.

"Gemes bang!"

Damar menatap nakal kaki jenjang Suratih yang tampak lucu saat berjalan.

"Gemas-gemas, abang telan lagi kamu, Tih! Abis kamu, gak bakal bisa bangun dari tempat tidur!" ancam Damar seiring langkahnya yang menyusul Suratih.

"Akkkhhh!"

Suratih memekik kaget, saat Damar langsung menggendong tubuh.

Tepat di depan pintu kamar Damar, suara gedoran pintu terdengar nyaring yang disusul dengan suara Sumi yang melengking.

Tok tok tok.

"Damar! Buka pintunya Damar!"

***

Bersambung…

1
Gaby
Geregetan sama author, Suratih kenapa dibikin begitu
Liliana
gemes bener ini sama Suratih, cinta boleh oon jangan dong. Thor bikin gemes bener
Jia
saya nonggol thor
Jia
lanjutkan up thor
Shafa Adeena
hadir
Be-Trhee
semangat untuk upgrade
Kinanti Putri
terus kan kak, di tunggu bab berikut nya
Kinanti Putri
semangat ya kak
Ummu Marhamah
bagus untuk karya mu kak, jangan lupa jaga kesehatan biar selalu up
Kiki Fitri
lanjutkan up nya kak
Kiki Fitri
is the best
Dinda Shaza
hadir kak
Amanda
sipppp keren banget thor
Amanda
keren
Alana
semangat terus thor
Nesia
keren banget nih💪💪💪😍
Sonia
💪💪💪💪💪 semangat terus thor
Nona
lanjutkan up nya kak
Ayah Fifi
👍👍👍👍👍👍👍👍👍
Donita
Bagus sih, lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!