FB Tupar Nasir, ikuti FB nya ya.
Diam-diam mencintai kakak angkat. Namun, cintanya tidak berbalas. Davira, nekad melakukan hal yang membuat seluruh keluarga angkatnya murka.
Letnan Satu Arkaffa Belanegara, kecewa dengan kekasihnya yang masih sesama anggota. Sertu Marini belum siap menikah, karena lebih memilih jenjang karir yang lebih tinggi.
Di tengah penolakan sang kekasih, Letnan Arkaffa justru mendapat sebuah insiden yang memaksa dia harus menikahi adik angkatnya. Apa yang terjadi?
Yuk kepoin.
Semoga banyak yang suka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16 Bertemu Marini
"Aku harus mencari tahu di mana keberadaan Davira. Aku harus mencari info dari teman-temannya, kira-kira mereka terakhir melihat Davira di mana." Kaffa bertekad untuk mencari Davira.
"Tapi, kalau seumpama dia ketemu dan ternyata tidak mau diajak pulang, bagaimana? Dia masih istriku, walaupun pernikahan kami hanya siri. Aku belum pernah menalaknya," lanjut Kaffa bertekad.
***
Siang itu, langit kota Lembang tampak mendung meski matahari masih menyinari kota dengan teriknya. Kaffa berdiri di depan sebuah café modern yang berlokasi di sudut jalan ramai.
Tempat itu sudah tidak asing baginya. Justru di sanalah dulu ia pernah memergoki Marini bersama pria yang diakuinya sebagai sepupu.
Kaffa menghela nafas panjang, lalu dihembuskan perlahan. Kali ini ia tidak ingin hanya menebak-nebak. Ia butuh kepastian, sekalipun itu menyakitkan.
Ketika pintu kafe terbuka, aroma kopi dan roti hangat menyambutnya. Matanya langsung menangkap sosok perempuan berwajah ayu dengan seragam PDH di tubuhnya. Rambutnya terurai rapi sebahu, bibirnya terhias lipstik tipis. Marini sungguh cantik. Itu sebabnya Kaffa begitu terpesona terhadap Marini.
Namun, kini berbeda. Kecantikan Marini sudah bukan untuk dikagumi dirinya lagi, sejak bukti-bukti yang tertuang dalam diary Davira diketahuinya.
Pertemuan itu anugerah bagi kaffa, setelah kemarin ia memohon meminta waktu pada Marini. Dan di sinilah Kaffa, di Kafe yang pernah Marini dan seorang pria yang diakuinya sepupu, duduk mesra dan hangat layaknya kekasih.
Kaffa sudah bisa melihat Marini, Ia sedang duduk di pojok ruangan, menatap layar ponsel sambil sesekali tersenyum. Di hadapannya, secangkir kopi hampir tandas.
Kaffa ingin tahu, seperti apa sikap Marini ketika melihatnya lagi, setelah satu tahun tidak bertemu karena satgas.
Kaffa melangkah mantap. Suara langkah botnya terdengar jelas di lantai kayu, membuat kepala Marini terangkat. Senyum itu sempat muncul, namun seketika memudar saat melihat siapa yang berdiri di hadapannya.
"Bang Kaffa….” Suara Marini tercekat. Ada sedikit kaget di wajahnya.
"Boleh aku duduk?" Kaffa meminta dengan nada dingin. Tanpa menunggu jawaban, ia sudah menarik kursi di hadapannya.
Marini tampak gugup. Namun berusaha menjaga wibawanya. "Kamu pulang tanpa kabar. Satgas sudah selesai, ya?"
Pertanyaan Marini seperti sebuah ironi. Bukankah dia yang sukar dihubungi? Jangankan memberi kabar, dihubungi saja susah.
Kaffa tidak menjawab. Ada senyum kecil di bibirnya. Tanpa basa-basi ia meletakkan sebuah buku diary di atas meja, lalu beberapa foto yang semalam membuatnya hampir kehilangan kendali. Foto-foto Marini bersama pria berseragam polisi.
Wajah Marini mendadak pucat.
"Tolong, jelaskan tentang semua ini?" Kaffa melemparkan tatapan yang menelisik.
Lagi-lagi Marini terkesiap, dia pucat dan tidak paham dari mana Kaffa bisa mendapatkan foto-foto itu.
"Apa maksudnya ini. Dari mana Abang dapat ini?” tanyanya gugup tapi cepat.
"Dari seseorang yang lebih jujur daripada kamu.” Suara Kaffa berat, nadanya menekan. “Marini, aku datang bukan untuk basa-basi. Aku hanya ingin satu hal darimu, kejujuran. Apa benar kamu mengkhianatiku?” sorot mata Kaffa tajam menusuk, sehingga Marini seakan tidak sanggup menatap.
Marini tertawa hambar, suaranya terdengar getar. “Abang, jangan konyol. Dia hanya sepupu. Foto-foto itu bisa disalahartikan.” Marini berusaha menyangkal.
Kaffa menatap tajam, tatapannya menusuk seakan mampu membaca isi hati lawan bicaranya. “Sepupu? Hebat, sepupu bisa saling suap-suapan. Tertawa hangat dan penuh cinta," sinisnya, mengena ulu hati Marini.
Marini gelagapan, namun cepat-cepat menguasai diri. "Abang, aku mencintaimu. Aku menunggumu satu tahun penuh. Mana mungkin aku punya hubungan dengan orang lain?”
Kaffa mengetukkan jarinya ke atas foto. “Kalau memang mencintai, kenapa kamu terlihat sangat bahagia saat bersama polisi itu? Wajahmu bersinar. Tapi, semakin kamu menyangkal, semakin aku melihat kebenarannya.”
Marini menelan ludah. Wajahnya memerah, matanya berair, tapi tidak ada ketulusan di sana, lebih mirip kepanikan.
"Bang Kaffa, kamu tidak bisa menuduh tanpa bukti kuat. Foto bisa menipu.” Marini masih berusaha menyangkal.
"Cukup!” Suara Kaffa meninggi. Beberapa pengunjung café menoleh, namun segera berpura-pura sibuk kembali.
Kaffa mencondongkan tubuhnya, suaranya kini rendah tapi penuh tekanan. “Aku sudah buta oleh cintaku padamu, Marini. Aku mengabaikan seseorang yang tulus demi mempertahankanmu. Tapi, sekarang mataku terbuka. Kamu sudah menghancurkan kepercayaanku. Dan aku tidak akan biarkan kamu bermain-main lagi dengan perasaanku," tegasnya sungguh-sungguh.
Marini terdiam, wajahnya kaku. Bibirnya bergetar, ingin menyangkal lagi, namun tatapan Kaffa terlalu tajam. Ia tahu pria itu tidak akan percaya lagi, apa pun alasannya.
Kaffa berdiri, meraih kembali buku dan foto-foto itu. “Mulai hari ini, anggap aku tidak pernah ada dalam hidupmu. Aku tidak akan mengejarmu lagi. Aku hanya berharap kamu tidak menyesali kebohonganmu sendiri.”
Ia melangkah pergi tanpa menoleh, meninggalkan Marini yang terpaku dengan mata berkaca-kaca.
***
Hari berikutnya, selepas pulang kerja, Kaffa menyempatkan diri mencari tahu tentang Davira melalui teman kampusnya.
Sayangnya, mereka tidak ada satupun yang bisa memberikan infomasi terkait Davira.
Kaffa tidak menyerah, dia berinisiatif menyebarkan info kepada teman dekatnya.
"Davira, aku janji akan menemukanmu secepatnya. Aku tidak akan membiarkan lebih lama di luaran sana. Kamu masih istriku," gumamnya penuh tekad.
dr awal sudah dianggap rendahan..
klo kafa g suka mending talak aja biarkan davira bahagia dgn caranya
krn tdk prnh mo jujur tu yg sdh bw davira dlm kebodohanx😏🙄
sm halx dgn diri qt,
suami mna yg tdk marah lo dpati qt ber2 sm laki" lain sx pun qt cm anggap tmn yg suami qt tdk knl???
psti mrh kan....
sm lo suami qt kdpatan ber2 sm perem lain qt j9 psti marah.
z ttap d pihak kafa, krn sbgai istri tdk mnjaga MARWAHNYA.
pinterx cm mghilang sj n jd prempuan bodoh.
z jd jemek jengkel dgn sifat davira ni, dsni jd tokoh utama tp tokoh utamax goblok bin o'on🙄🙄🙄
bner yg d blg kafa lo davira ni pengecut, kafa jg tdk slh dgn kata" yg d lontarkan buka sj hijab mu n menarikx hingga lepas
krn kafa jg py hAk krn suamix, lo kafa blg bk sj hijab mu mang benar ...
krn apa....krna davira goblok, sbgai istri tdk bs mnjaga MARWAHNYA
seenakx jln sm laki" lain bhkan smpe dbw krmh ortux,
untung ortux arda menolak
jd perempuan tu hrs tegas davira, jgn jd prempuan goblok trus.
lo ad apa" tu mulut mu bicara jgn diam jd pengecut.
lm" z jd pngin ulek mulut davira ni biar bs bicara jujur bkn jd pengecut trus mnerus