NovelToon NovelToon
Mengejar Cinta Tetangga Tampan

Mengejar Cinta Tetangga Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta Murni / Romansa / Idola sekolah
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Story Yuu

Kiara dan Axel berteman sejak kecil, tinggal bersebelahan dan tak terpisahkan hingga masa SMP. Diam-diam, Kiara menyimpan rasa pada Axel, sampai suatu hari Axel tiba-tiba pindah sekolah ke luar negeri. Tanpa memberitahu Kiara, keduanya tak saling berhubungan sejak itu. Beberapa tahun berlalu, dan Axel kembali. Tapi anak laki-laki yang dulu ceria kini berubah menjadi sosok dingin dan misterius. Bisakah Kiara mengembalikan kehangatan yang pernah mereka miliki, ataukah cinta pertama hanya tinggal kenangan?

*
*
*

Yuk, ikuti kisah mereka berdua. Selain kisah cinta pertama yang manis dan menarik, disini kita juga akan mengikuti cerita Axel yang penuh misteri. Apa yang membuatnya pindah dan kembali secara tiba-tiba. Kenapa ia memutus hubungan dengan Kiara?.

MOHON DUKUNGANNYA TEMAN-TEMAN, JANGAN LUPA LIKE, DAN KOMEN.

Untuk menyemangati Author menulis.

Salam Hangat dari tanah JAWA TENGAH.❤️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Story Yuu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16 Sepenggal Kenangan Manis

Sepulang sekolah, Axel dan Kiara berpapasan di depan gerbang sekolah. Namun Kiara berpura-pura tak melihatnya, ia lewat begitu saja tangannya digandeng oleh Via.

“Ara… kamu beneran nggak apa-apa?” bisik Via memastikan sahabatnya baik-baik saja setelah insiden pertengkaran di lapangan tadi.

Kiara hanya mengangguk pelan.

Via melirik sekilas ke arah Axel. Sorot matanya menyala oleh emosi. “Lihat pria arogan itu, pengen aku cabik-cabik mulutnya.”

“Udah, abaikan aja,” jawab Kiara menenangkan gadis yang terus mengepalkan tangan di sebelahnya.

Via sontak membelalak langsung menoleh ke Kiara. “Akhirnya kamu tersadar? Kamu bakal abaikan dia?”

Kiara menundukkan kepala sambil menyeret langkah beratnya. “Untuk saat ini,” jawabnya lirih nyaris tak terdengar.

“Hah?! Ara… mata hatimu itu yang sudah di butakan cinta, kapan kamu sadarnya?!” omel Via nyaris tersulut emosi, geregetan dengan kepolosan dan kebodohan sahabatnya itu.

“Vi… kalau tiba-tiba Rafa berubah dan nyakitin kamu, apa kamu bisa dengan mudah ngelepas dia?” tanya Kiara menghentikan langkah, ia menatap tajam sahabatnya.

Via menelan ludah, kelopak matanya berkedip cepat. “I-itu…”

“Sama kayak kamu menyukai Rafa, ini juga nggak mudah buat aku. Aku udah suka sama dia bertahun-tahun,” cetusnya getir, membuat Via terbungkam.

Akhirnya Via menghela napas panjang, “Rumit banget sih percintaan monyet ini.”

Kiara spontan terkekeh mendengar celetukan Via. “Percintaan monyet?”

“Iya cinta monyet, dan monyet-monyet yang nggak peka itu,” cetusnya menyindir para laki-laki itu.

Asyik dengan obrolan, kedua gadis itu hampir tak sadar langkah kaki sudah membawa mereka jauh dari sekolah. Di persimpangan, Kiara dan Via akhirnya berpisah karena arah rumah mereka berbeda. Saat melangkah menuju jalan ke rumah, Kiara teringat akan lembaran kertas yang ia temukan di meja kamar bundanya. Pikirannya kalut, ia tak ingin menemui kedua orang tuanya.

Ditambah, insiden di lapangan basket tadi membuatnya tak ingin menemui Axel untuk saat ini. Gadis itu berhenti di trotoar dekat lampu merah, ia bingung tak punya tempat tujuan.

“Aku nggak bisa sembunyi di rumah tante Widia, ada Axel di sana,” gumamnya kalut.

Akhirnya Kiara memutar balik langkahnya, ia terus berjalan menyusuri trotoar tanpa arah tujuan. Setelah lumayan jauh melangkah, gadis itu berhenti di sebuah taman komplek.

Matanya membulat mengamati sekitar, “Taman ini… sudah lama aku nggak main kesini,” ucapnya tersenyum tipis.

Kiara langsung melangkah mendekati sebuah ayunan, ia duduk lalu mengayunkan diri dengan perlahan disana.

Tiba-tiba sudut bibirnya terangkat tipis, ia mengingat momen masa lalunya yang sering bermain di sekitar taman itu bersama Axel.

“Axel… apa kamu juga sempat datang ke sini setelah pulang dari London? Tamannya masih sama, hanya warna catnya saja yang sudah direnovasi,” gumamnya pelan, seolah bicara pada bayangan sendiri.

Kiara termenung disana, bayangan masa lalunya bersama Axel melintas di benaknya. Anak laki-laki yang dahulu ceria dan selalu memperhatikan dirinya, bahkan Axel yang mengajari Kiara cara menaiki sepeda. Kini Axel seperti orang lain bagi Kiara, pemuda itu tumbuh menjadi orang yang berbeda.

Air mata tiba-tiba menetes membasahi pipinya, Kiara menangis tersedu sendirian. Bayangan surat panggilan yang menandakan orang tuanya akan segera pergi memenuhi pikirannya, dan ucapan ‘Gadis Bodoh’ dari mulut Axel menggema keras di telinganya.

“Apa aku benar-benar bodoh? Aku selalu di bohongi dan di bodohi,” isaknya tak tertahan.

****

Sementara itu, sudah pukul tujuh malam namun Kiara belum juga pulang.

Sepulang tugas Desy baru tiba dirumah. Ia membuka pintu lalu memicingkan mata heran. Rumah terasa sunyi, lampu belum ada yang menyala satupun. Ia bergegas ke kamar putrinya.

“Ara…” panggilnya mengetuk pintu kamar.

Tak mendengar jawaban, Desy langsung membuka pintu itu. Ia melotot sejenak, tak melihat Kiara berada di kamarnya.

“Dia dirumah Widia?” gumamnya berpikir positif, karena biasanya Kiara akan menginap disana saat kedua orang tuanya bertugas lembur.

Desy kemudian turun ke lantai satu, ia masuk ke kamarnya hendak membersihkan diri. Namun saat meletakkan tasnya di meja, matanya langsung tertuju pada lembaran kertas disana.

Ia membacanya, lalu matanya membulat. “Jangan-jangan Ara… membaca ini tadi pagi?” gumamnya panik, ia langsung berlari keluar.

Tok,tok.

Desy mengetuk pintu rumah Widia dengan tergesa.

Widia dan Axel yang tengah duduk hendak makan malam spontan keluar memeriksa.

“Ada apa mba Desy?” tanya Widia ikut panik melihat tetangganya menangis sambil menggenggam selembar kertas.

“Ara nggak disini?” tanya Desy.

Axel menggeleng cepat, “Enggak tante.”

“Dia nggak pulang bareng kamu?” 

“Dia… pulang sama Via tadi,” jawab Axel.

Widia reflek memukul bahu putranya. “Kamu ini! Mama sudah bilang untuk menjaga Kiara.”

“Akh!” ujar Axel sambil menghindari serangan ibunya.

“Memangnya kenapa mba?” tanya Widia, sambil mengelus bahu Desy yang bergetar.

Desy lalu menjelaskan bahwa dirinya dan suaminya mendapat panggilan untuk jadi relawan di negara terpencil, ia berencana ingin mengatakan pada Kiara malam ini. Namun sepertinya gadis itu sudah mengetahui karena tak sengaja membaca surat itu di kamarnya.

Mendengar itu, Axel tertegun. Pantas saja dia menangis tadi pagi, lalu aku… membuatnya menangis lagi siang tadi. batinnya sambil meremas kepala.

“Axel, coba hubungi Via. Nomor Ara nggak aktif ini,” titah Widia.

“Iya Ma,” sahut Axel buru-buru merogoh ponsel dan segera menelpon Via.

Di telepon, Via menjelaskan kalau mereka berpisah di persimpangan.

Desy makin menangis. “Kemana putriku…” isaknya tak tertahan.

“Tante, tenang dulu Axel coba cari di komplek sebelah,” tutur Axel menenangkan Desy, ia segera melangkah mencari Kiara.

****

Sepanjang langkahnya mencari Kiara, ucapan kasarnya tadi siang terus menggema di kepalanya.

“Ara… aku salah. Maafin aku, tolong… jangan menghilang,” gumamnya seraya terus berlari, wajahnya sudah memerah menahan tangis.

Axel terus melangkah cepat menyusuri tiap gang komplek, tak lupa ia menanyakan pada setiap satpam yang bertugas. Sampai akhirnya ada salah satu satpam yang melihat Kiara sepulang sekolah.

“Neng Kiara ya? Saya lihat dia tadi di seberang jalan, menuju arah cluster kenanga,” ujar sang satpam.

Axel langsung mengangkat alisnya, “Cluster kenanga?” tanyanya.

Satpam itu mengangguk yakin.

Cluster kenanga… di taman itu? pikirnya, Axel langsung berbalik lari, ia sangat yakin Kiara berada disana.

Dengan langkah mantap laki-laki itu berlari menuju taman yang menyimpan segudang kenangan manisnya bersama Kiara.

Setibanya disana, Axel membungkuk sebentar, napasnya ngos-ngosan. Ia menghela napas sejenak lalu matanya mengamati sekitar taman yang sedikit remang-remang.

“Ara…” panggilnya masih terengah.

Axel mendekati sebuah perosotan, lalu naik ke atasnya. Benar saja, ia melihat Kiara yang duduk di sudut, merangkul erat kedua lututnya.

Kiara mengangkat wajahnya perlahan. Matanya tampak membulat seolah tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

“Axel?”

Axel menghela napas panjang. “Akhirnya ketemu,” ucapnya lega, suaranya tersengal.

Kiara sontak berdiri, “Kamu… ngapain kesini?”

Axel menatap tajam gadis di hadapannya. “Ponselmu, kenapa nggak bisa di hubungi?” tanyanya, suaranya terdengar berat.

“Ponsel?” ucap Kiara, memutar bola matanya bingung. “Kehabisan baterai.”

“Kenapa nggak langsung pulang? Kamu takut gelap, tapi malah bersembunyi gelap-gelapan kayak gini?!” seru Axel membuat Kiara tersentak.

“Kenapa kamu marah?” tanya Kiara, menatap pria yang ngos-ngosan di depannya.

...****************...

Bersambung...

Mohon Dukungannya Teman-teman Sekalian...

Jangan Lupa Like, Vote dan Coment! Untuk Menyemangati Penulis.

Salam Hangat Dari Author, 🥰🥰

1
Anna
alahh modus ee si Axel ..
Anna
cerita nya fress, alur nya simple sukaa pollll ..
Yuu: makasih kakak sudah mampir🥰🥰
total 1 replies
Fausta Vova
thor, bisa ga yah up tiap hari???
🤣
ak pasti menunggunya thor
Fausta Vova
jangan ribet-ribet thor
otakku baru bangun nih
Yuu: Terimakasih sudah mampir, 🥰
total 1 replies
Duane
Gila, endingnya bikin terharu.
Yuu: Terimakasih ka. nantikan update selanjutnya ya🥰
total 1 replies
Maris
Plot yang rumit tapi berhasil diungkap dengan cerdas.
Yuu: Terimakasih 🥰🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!